3 PBA, seperti: Dr. Mohammad Matsna, MA. dan Almarhum Drs. Muhammad
Mansur. Dengan demikian, benih-benih penciptaan lingkungan berbahasa Arab di FITK
ini sesungguhnya sudah lama ditanam, namun pertumbuhan dan perkembangannya mengalami pasang-surut. Persoalananya kemudian adalah: Bagaimana upaya
penciptaan lingkungan bahasa Arab di FITK maupun di UIN ini dapat direvitalisasi dan dikembangkan menjadi sebuah model yang dapat memahirkan sivitas
akademika PBA dan lainnya, sehingga jurusan ini dapat menjadi percontohan dalam pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia? Tulisan ini dimaksudkan
untuk menjawab permasalahan tersebut dengan dilandasi oleh sebuah asumsi dasar bahwa kita belum terlambat untuk menciptakan suasana lingkungan berbahasa
Arab di kampus ini, jika kita semua berkomitmen untuk itu.
B. Lingkungan sebagai Subsistem Pembelajaran
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dan menentukan keberhasilan proses pembelajaran adalah lingkungan environment, bî
’ah, tak terkecuali lingkungan berbahasa. Keberadaan lingkungan berbahasa Arab menjadi sangat
penting karena ia selalu hadir, melingkupi, memberi nuansa dan konteks pembelajaran bahasa Arab itu sendiri. Jika lingkungan tempat pembelajaran bahasa
Arab itu kondusif, niscaya proses pembelajaran juga berlangsung kondusif. Sedemikian pentingnya lingkungan pembelajaran itu, sehingga Nabi Muhammad
saw. mengilustrasikan bahwa lingkungan keluarga itu dapat merubah keyakinan dan agama seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan itu. Sabda Nabi saw.:
―Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah lingkungan keluarga yang kemudian menjadikan anak itu beragama Yahudi, Nashrani, atau
Majusi…” HR Muslim.
2
Menurut hasil penelitian Ahmad ibn Abd al-Rahmân al-Sâmarraî, tingkat pencapaian pengetahuan melalui indera penglihatan mencapai 75, sementara
melalui indera pendengaran hanya 13. Sedangkan melalui indera lain, seperti pengecapan, sentuhan, penciuman, pengetahuan hanya dapat diperoleh sebesar 12.
2
Lihat Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjâj, Mukhtashar Shahîh al-Muslim, Tahqîq Muhammad Nâshir al-Dîn al-Bânî, Beirut: al-Maktab al-Islâmî, 2000, Cet. I, hadîts No. 1803.
4 Lingkungan pembelajaran yang dilengkapi dengan gambar-gambar memberikan
dampak 3 tiga kali lebih kuat dan mendalam daripada kata-kata ceramah. Sementara jika gambar dan kata-kata dipadukan, maka dampaknya enam kali lebih
kuat daripada kata-kata saja.
3
Karena itu, lingkungan pendidikan yang berbahasa Arab diyakini memainkan peran penting dalam menunjang efektivitas pembelajaran
bahasa Arab di lembaga pendidikan. Lingkungan berbahasa Arab tidak hanya dapat menjadi sumber dan motivasi belajar, melainkan juga menjadi aset dan kebanggaan
lembaga pendidikan itu sendiri dalam menunjukkan citra positif dan keunggulan kualitasnya.
Beberapa penelitian yang lain juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan alâqah dâllah antara lingkungan bahasa dan kemampuan
berbahasa kedua. Carol, Upshur, dan Mason meneliti sejumlah mahasiswa asing di Amerika Serikat yang mengikuti kuliah tambahan bahasa Inggris dan yang tidak
mengikuti kuliah tambahan. Ternyata pada akhir semester, kemampuan berbahasa Inggris kedua kelompok mahasiswa itu hampir sama. Penelitian Krashen juga
membuktikan bahwa lingkungan formal dan informal mempengaruhi kemampuan berbahasa asing dalam cara yang berbeda. Lingkungan informal memberikan
masukan bagi pemerolehan bahasa iktisâb al-lughah, language acquisition, sedangkan lingkungan formal memberikan masukan bagi monitor menyunting dan
memperbaiki wacana kebahasaan yang telah dimiliki melalui pemerolehan. Akan tetapi, kontak dengan suatu bahasa dalam lingkungan informal tidak menjamin
kemampuannya dalam berbahasa itu bertambah, kecuali kalau mahasiswa terlibat dalam penggunaan bahasa itu.
4
Ibarat sebuah komplek perumahan, lingkungan bisa menjadi salah satu ―nilai
jual‖ yang tinggi. Sebelum dibentuk dan diciptakan sedemikian rupa, lahan yang menjadi pemu
kiman itu semula boleh jadi rawa, tempat ―jin buang anak‖, atau tempat yang
―menyeramkan‖. Namun, setelah diolah, ditata dan dikembangkan dengan berbagai nuansa, seperti: nuansa Bali, nuansa Espanyola, nuansa Belanda
dan sebagainya, lingkungan perumahan itu -sebut saja misalnya: Pondok Indah,
3
Ahmad ibn Abd al-Rahmân al-Samirrai, Ajhijah al-Ardh al-Hâithiyyah, dalam http:www. Tarbawi.com.
4
Lihat Ahmad Fuad Effendy, Pendekatan Komunikatif untuk Menciptakan Lingkungan Bahasa Arab Bîah Arabiyyah di Madrasah, Makalah disampaikan dalam Pelatihan Bahasa Arab
Bagi Guru Bahasa Arab di Madrasah, Jakarta, Oktober 2004.
5 Permata Simprug, Bali View, Telaga Golf Sawangan
— kemudian nilai jual tanah dan bangunannya menjadi sangat tinggi dan mahal. Mereka yang berduit tertarik
untuk membeli kapling atau rumah tinggal di sana, meskipun harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Jadi, penataan dan pengelolaan lingkungan pendidikan
bahasa Arab yang sehat dan kondusif akan menjadi daya tarik dan nilai jual yang tinggi dari lembaga pendidikan tersebut. Karena itu, penciptaan lingkungan
berbahasa Arab perlu mendapat perhatian serius dan pengelolaan yang profesional dan optimal.
Dalam konteks itu, perlu ditegaskan bahwa tujuan utama penciptaaan lingkungan berbahasa Arab, tentu, bukan untuk mereduksi nasionalisme sebagai
warga bangsa, melainkan menumbuhkan tradisi positif dalam belajar bahasa Arab aktif. Tujuan penciptaan lingkungan berbahasa Arab, tidak lain, adalah: 1 untuk
membiasakan dan membisakan sivitas akademika dalam memanfaatkan bahasa
Arab secara komunikatif, melalui praktik percakapan muhâdatsah, diskusi munâqasyah, seminar nadwah, ceramah muhâdharah dan berekspresi melalui
tulisan tabîr tahrîrî; 2 memberikan penguatan reinforcement pemerolehan bahasa Arab yang sudah dipelajari dalam kelas, sehingga para mahasiswa lebih
memiliki kesempatan untuk mempraktikkan bahasa Arab; dan 3 menumbuhkan kreativitas dan aktivitas berbahasa Arab yang terpadu antara teori dan praktik dalam
suasana informal yang santai dan menyenangkan.
5
Singkatnya, tujuan utama penciptaan lingkungan berbahasa Arab adalah meningkatkan kemampuan dan
keterampilan mahasiswa, dosen dan lainnya dalam berbahasa Arab secara aktif, baik lisan maupun tulisan, sehingga proses pembelajaran bahasa Arab di kampus ini
menjadi lebih dinamis, efektif dan bermakna.
C. Revitalisasi Lingkungan Berbahasa Arab