Analisis Stakeholder TINJAUAN PUSTAKA

8. Accountability. Tanggung jawab kepada publik 9. Strategic vision. Pemimpin dan publik mempunyai perspektif good governance. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata tata sebagai aturan biasa dipakai dalam kata majemuk, kaidah, susunan, sistem. Sedangkan kelola berarti mengendalikan, menyelenggarakan pemerintahan, mengurus perusahaan, proyek. Tata kelola dalam konteks pemerintahan dan pariwisata alam dapat diartikan sebagai aturan, kaidah, susunan atau sistem yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk keperluan wisata alam. Muntasib 2009 menjelaskan bahwa tata kelola pariwisata adalah suatu mekanisme pengelolaan pariwisata alam secara kolaboratif yang melibatkan sektor pemerintah dan non pemerintah dalam suatu usaha yang kolektif. Dalam tata kelola tersebut banyak pihak yang terlibat dimana pihak-pihak tersebut membentuk sebuah hubungan kerjasama, tujuan pengelolaan ditentukan bersama- sama serta masyarakat memberikan perannya dalam pengelolaan. Pengelolaan secara kolaboratif didefinisikan sebagai sebuah bentuk resolusi konflik yang mengakomodasikan sikap bekerjasama Tadjudin 2000. Pengelolaan kolaboratif dapat dikatakan sebagai sebuah situasi dimana beberapa atau semua pihak terlibat dalam aktivitas pengelolaan. Hal ini juga menghasilkan sebuah kesepakatan kerjasama antara para pihak yang terkait dengan menjamin dan memperjelas fungsi, hak serta kewajiban masing-masing pihak dalam sistem pengelolaan tersebut Borrini Feyerabend 1995.

2.5 Analisis Stakeholder

Reed et al. 2009 mendefinisikan bahwa stakeholder merupakan individu, kelompok atau institusi yang memiliki kepentingan dalam suatu proses atau peristiwa. Sedangkan analisis stakeholder adalah suatu proses yang mendefinisikan aspek dari kejadian atau gejala alami dan sosial yang dipengaruhi oleh suatu pengambilan keputusan, mengidentifikasi individu, kelompok dan organisasi yang dipengaruhi atau mempengaruhi aspek atau gejala-gejala tersebut serta prioritas individu atau kelompok atau organisasi dalam keterlibatannya dalam suatu pengambilan keputusan. Lindenberg dan Crosby 1981 dalam Reed et al. 2009 menjelaskan bahwa analisis stakeholder berguna untuk mengidentifikasi stakeholder yang memiliki peran dalam pengambilan keputusan, mengetahui kepentingan dan pengaruh stakeholder, memetakan hubungan antar pihak berdasarkan besarnya pengaruh dan kepentingan masing-masing stakeholder serta pemahaman stakeholder dalam pengembangan organisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepentingan mempunyai arti kebutuhan sedangkan pengaruh adalah daya yang dimiliki untuk mengubah keputusan, kebiasaan. Reed et al. 2009 mengkategorikan stakeholder berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya menjadi : 1. Key Player Key player merupakan stakeholder yang paling aktif dalam pengelolaan dikarenakan stakeholder tersebut memiliki kepentingan dan pengaruh yang besar. Besarnya kepentingan dan pengaruh stakholder ini mencerminkan bahwa stakeholder dalam kuadran ini mendapatkan manfaat yang besar dan mampu mengendalikan sistem yang telah ada. 2. Subject Subject memiliki kepentingan yang besar, tetapi pengaruhnya kecil. Stakeholder jenis ini mungkin bersifat supportive, tetapi memiliki kapasitas yang kecil untuk mengubah keadaan. Stakeholder ini dimungkinkan akan memiliki pengaruh yang jauh lebih besar jika bekerjasama dengan stakeholder lain. 3. Context Setter Context setter memberikan pengaruh yang besar, tetapi memiliki kepentingan yang kecil. Stakeholder pada kuadran ini mungkin akan memberikan gangguan yang signifikan terhadap suatu system pengelolaan. Sehingga dalam suatu pengelolaan, stakeholder jenis ini harus selalu berdayakan supaya besarmya pengaruh yang dimilikinya tidak digunakan untuk menentang sistem yang telah ada. 4. Crowd Crowd merupakan stakeholder dengan kepentingan dan pengaruh yang kecil. Stakeholder ini akan mempertimbangkan segala kegiatan yang mereka lakukan. Dalam pelaksanaan suatu sistem, stakeholder dalam kuadran ini harus selalu diberikan informasi keep inform. Gambar 3 Matriks kepentingan-pengaruh Reed et al. 2009.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN