Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kepentingan sebagai kebutuhan. Stakeholder dengan nilai kepentingan tertinggi adalah Pokdarwis
“Dieng Pandhawa” dan PPDB dengan nilai 22 poin. TKPD memiliki nilai 19 poin, Disbudpar Banjarnegara, Dispertan Banjarnegara dan BKSDA Jawa Tengah
dengan nilai 18 poin, Disparbud Wonosobo, Dishutbun Wonosobo dan Dishutbun Banjarnegara dengan nilai 16 poin, Dispertan Wonosobo dengan 15 poin serta
PHRI dan APC dengan nilai 12 poin. Unsur-unsur penilaian yang digunakan adalah aspek kepentingan, manfaat yang diperoleh, sumberdaya, kapasitas
sumberdaya dan prioritas kegiatan. Sedangkan Pengaruh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti
daya yang dimiliki untuk mengubah suatu keadaan. Stakeholder yang memiliki nilai pengaruh tertinggi adalah Disparbud Wonosobo dan Disbudpar Banjarnegara
dengan nilai 18 poin. PPDB dan Pokdarwis “Dieng Pandhawa” memiliki nilai pengaruh sebesar 13 poin, Dispertan Wonosobo dan Dispertan Banjarnegara
dengan nilai 12 poin, Dishutbun Wonosobo dan Dishutbun Banjarnegara dengan nilai 11 poin, TKPD dengan nilai sepuluh poin, serta BKSDA Jawa Tengah, PHRI
dan APC dengan nilai sembilan poin. unsur-unsur yang digunakan untuk penilaian pengaruh adalah keterlibatan, kebijakan, kontribusi, kerjasama dan kemampuan
yang dimiliki oleh stakeholder.
5.2.1 Key player
Key player merupakan stakeholder yang paling aktif dalam tata kelola wisata di Dataran Tinggi Dieng karena stakeholder tersebut memiliki kepentingan
dan pengaruh yang besar. Stakeholder ini memiliki pengaruh yang besar untuk mengendalikan pengelolaan Dataran Tinggi Dieng. Selain itu, stakeholder
tersebut juga memiliki kepentingan yang besar dalam hal pariwisata, kebudayaan serta transportasi sehingga stakeholder tersebut bersifat supportive dalam tata
kelola wisata di Dataran Tinggi Dieng. Besarnya kepentingan dari stakeholder tersebut dikarenakan sumberdaya yang dimiliki serta kapasitas sumberdaya
tersebut. Di dalam kuadran ini, PPDB memiliki nilai kepentingan yang terbesar tetapi memiliki nilai pengaruh yang terkecil diantara stakeholder yang berada
pada kuadran key player.
1. Kepentingan
Berdasarkan hasil penghitungan nilai kepentingan Tabel 2 yang dihitung menggunakan panduan penilaian untuk mengetahui nilai kepentingan Lampiran
3, Disparbud Wonosobo memiliki nilai 16 poin, Disbudpar Banjarnegara memiliki nilai 18 poin serta Pokdarwis “Dieng Pandhawa” dan PPDB dengan
nilai masing-msing 22 poin. Perbedaan perolehan nilai tersebut dipengaruhi oleh beberapa unsur penilaian.
Disparbud Wonosobo dan Disbudpar Banjarnegara memiliki nilai yang sama yaitu tiga poin, dalam hal aspek pengelolaan, yaitu stakeholder tersebut
hanya fokus pada aspek pariwisata dan kebudayaan saja. Bahkan Disparbud Wonosobo dan Disbudpar Banjarnegara cenderung kurang peduli pada aspek lain.
PPDB memiliki tiga poin dalam hal ini, yaitu PPDB terlibat dalam aspek Pariwisata dan Transportasi. Sedangkan Pokdarwis “Dieng Pandhawa” memiliki
nilai lima poin dalam hal ini karena memiliki kepentingan baik itu pada aspek pariwisata, kebudayaan, pertanian, keamanan, pertanian dan lingkungan hidup
serta transportasi. Hal ini terlihat dengan adanya delapan kelompok kerja pokja yang dimiliki, yaitu pokja souvenir dan kerajinan, pokja home industry makanan
khas, pokja pramuwisata dan angkutan, pokja seni dan budaya, pokja keamanan, pokja agrotourism dan lingkungan hidup serta pokja promosi dan pemasaran.
Tata kelola dataran tinggi wisata di Dataran Tinggi Dieng, keempat stakeholder tersebut memperoleh manfaat ekonomi. Perolehan manfaat,
Pokdarwis “Dieng Pandhawa” dan PPDB memiliki nilai yang lebih besar, yaitu tiga poin. Pokdarwis “Dieng Pandhawa” tidak hanya mendapatkan keuntungan
ekonomi saja, tetapi juga memberikan manfaat sosial bagi masyarakat sekitar dan anggotanya. Hal ini dikarenakan, Pokdarwis “Dieng Pandhawa” aktif dalam tata
kelola wisata di Dataran Dieng untuk membantu masyarakat sekitar. Masyarakat yang dimaksud dalam hal ini adalah masyarakat Desa Dieng Kulon. PPDB
memberikan manfaat secara sosial, karena tujuan dari organisasi ini adalah untuk saling membantu antar sesama anggotanya. Disparbud Wonosobo dan Disbudpar
Banjarnegara memperoleh manfaat ekonomi dengan adanya pengadaan tiket masuk kawasan yang besarnya masing-masing adalah Rp 6.000,-.
Nilai yang sama yaitu lima poin juga diperoleh dalam hal sumberdaya yang dimiliki oleh keempat stakeholder tersebut. Seluruh stakeholder tersebut memiliki
sumberdaya yang sama, yaitu SDM, dana, fasilitas serta informasi. Dalam hal pemilikan SDM. manajemen SDM pada Disbudpar Banjarnegara lebih baik
daripada Disparbud Wonosobo dan Pokdarwis “Dieng Pandhawa”. Perbedaannya adalah penempatan SDM pada Disbudpar Banjarnegara sudah sesuai dengan
bidang keahlian masing-masing. Berbeda dengan Disparbud Wonosobo dan Pokdarwis “Dieng Pandhawa” dengan pemilikan SDM yang penempatannya
belum sesuai dengan bidang keahliannya. Ketiga stakeholder tersebut memberikan pelatihan terhadap SDM yang dimiliki. Sehingga meskipun
penempatan SDM tidak sesuai dengan bidang keahliannya, SDM yang dimiliki oleh Disparbud Wonosobo dan Pokdarwis “Dieng Pandhawa” dapat
menyesuaikan diri. Bagi Disbudpar Banjarnegara, kualitas SDM yang telah ditempatkan sesuai dengan bidang keahliannya menjadi lebaih baik. Pelatihan
yang diberikan kepada SDM yang dimiliki oleh Disparbud Wonosobo dan Disbudpar Wonosobo berasal dari pemerintah pusat. Sedangkan pelatihan yang
diperoleh oleh Pokdarwis “Dieng Pandhawa” berasal dari Disparbud Wonosobo dan Disbudpar Banjarnegara dalam bentuk pembinaan secara intensif. Jumlah
SDM yang dimiliki oleh Disparbud Wonosobo dan Disbudpar Banjarnegara relatif lebih sedikit atau kekurangan SDM jika dibandingkan dengan Pokdarwis
“Dieng Pandhawa” yang memiliki SDM yang lebih banyak. Selain itu, jumlah SDM yang dimiliki oleh Pokdarwis “Dieng Pandhawa” dibagi ke dalam delapan
pokja yang dimilikinya. Lain halnya dengan PPDB, SDM yang dimiliki, memliki kesamaan profesi, yaitu sama-sama sopir bus. Jumlah SDM yang dimiliki adalah
153 orang. Masing-masing stakeholder memiliki kantor atau sekretariat, Disparbud
Wonosobo memiliki nilai yang terkecil, karena kantor yang dimiliki berada di Kelurahan Wonosobo yang terletak hampir 30 km dari Dataran Tinggi Dieng.
Sekretariat yang dimiliki oleh PPDB juga berada di Kelurahan Wonosobo. PPDB memiliki fasilitas berupa armada bus untuk keperluan wisata, yaitu berjumlah 153
unit bus. Lain halnya dengan Disbudpar Banjarnegara yang meskipun lokasi kantor berada di Kecamatan Banjarnegara, akan tetapi Disbudpar Banjarnegara
memiliki kantor Unit Pelaksana Teknis UPT Dieng yang berada di Dataran Tinggi Dieng. Sedangkan Pokdarwis “Dieng Pandhawa” memiliki kantor
sekretariat di Desa Dieng Kulon yang berada di Dataran Tinggi Dieng. Adanya kantor atau skretariat yang berada di Dataran Tinggi Dieng akan memudahkan
stakeholder tersebut dalam melakukan kegiatan di Dataran Tinggi Dieng. Dalam hal pariwisata, keempat stakeholder tersebut merupakan sumber informasi bagi
stakeholder lainnya maupun bagi wisatawan yang mengunjungi Dataran Tinggi Dieng.
Pokdarwis “Dieng Pandawa” dan PPDB telah mampu mancari dana mandiri. Dana mandiri yang dimiliki Pokdarwis “Dieng Pandhawa” berasal dari
keuntungan yang diperoleh dari adanya pokja suvenir dan pokja home industry makanan khas. Selain itu, dana yang dimiliki juga berasal dari keuntungan yang
diperoleh dari pengadaan kegiatan, seperti “Dieng Culture Festival” yang diadakan pada 11 Juli 2010. Sumber dana lainnya dari Pokdarwis “Dieng
Pandhawa” berasal dari sponsor. Sumber pendanaan yang dimiliki oleh PPDB berasal dari iuran anggota sebesar Rp 2.500,- per orang setiap bulannya dan
keuntungan dari penyewaan bus untuk keperluan wisata yaitu sebesar Rp 25.000,- dari sewa kendaraan sebesar Rp 350.000,-. Disparbud Wonosobo dan Disbudpar
Banjarnegara dalam melakukan kegiatannya hanya mengandalkan dana APBN maupun APBD. Secara umum, dana yang dimiliki oleh masing-masing
stakeholder untuk kegiatannya masih kurang. Fokus pengelolaan Pokdarwis “Dieng Pandhawa” dan PPDB memiliki nilai
lima poin, diikuti oleh Disbudpar Banjarnegara dengan nilai empat poin serta Disparbud Wonosobo dengan tiga poin. Hampir seluruh kegiatan yang dilakukan
oleh Pokdarwis “Dieng Pandhawa” untuk mengembangkan Dataran Tinggi Dieng, terutama Desa Dieng Kulon. Sedangkan fokus PPDB adalah transportasi dari
Wonosobo menuju Dataran Tinggi Dieng. Fokus pengelolaan Disbudpar Banjarnegara terbagi ke dalam dua bagian, yaitu objek wisata Seruling Mas dan
Dataran Tinggi Dieng itu sendiri. Sedangkan fokus pengelolaan Disparbud Wonosobo terbagi ke dalam beberapa bagian, yaitu objek wisata Telaga Menjer,
benda-benda bernilai sejarah yang berada di seluruh Kabupaten Wonosobo, Gelanggang Renang Kalianget dan Mangli serta Dataran Tinggi Dieng.
Disparbud Wonosobo dan Disbudpar Banjarnegara memiliki nilai yang sedikit berbeda. Disparbud Banjarnegara memiliki SDM yang jumlahnya lebih
besar serta SDM yang dimiliki telah sesuai kompetensinya. Disbudpar Banjarnegara juga memiliki Unit Pelaksana Teknis Dieng, yangmenyebabkan
Disbudpar Banjarnegara lebih fokus dalam pengelolaan Dataran Tinggi Dieng. Sehingga Disbudpar Banjarnagera memiliki nilai kepentingan yang lebih besar
dibandingkan dengan Disparbud Wonosobo.
2. Pengaruh
Berdasarkan hasil analisis stakeholder, diperoleh hasil bahwa Disparbud Wonosobo dan Disbudpar Banjarnegara memiliki pengaruh dengan nilai 18 poin.
Sedangkan Pokdarwis “Dieng Pandhawa” dan PPDB memiliki nilai 13 poin. Masing-masing stakeholder memiliki keterlibatan yang berbeda-beda. Disparbud
Wonosobo dan Disbudpar Banjarnegara mempunyai nilai keterlibatan sebesar empat poin. Angka tersebut menunjukkan bahwa tata kelola wisata di Dataran
Tinggi Dieng tidak dapat berjalan tanpa kehadiran, arahan dan pengawasan dari Disparbud Wonosobo dan Disbudpar Banjarnegara namum, Pokdarwis “Dieng
Pandhawa” dan PPDB hanya memiliki nilai dua poin,yaitu kedua organisasi tersebut hanya terlibat dalam bentuk kehadiran saja.
Keempat stakeholder yang ada di kuadran key player tidak mengeluarkan kebijakan yang dapat mempengaruhi tata kelola wisata di Dataran Tinggi Dieng.
Disparbud Wonosobo dan Disbudpar Banjarnegara hanya melaksanakan tupoksi, sedangkan Pokdarwis “Dieng Pandhawa” dan PPDB hanya melaksanakan
ADART yang telah dibuat. Nilai masing-masing stakeholder dalam hal kebijakan adalah tiga poin, karena tidak mengeluarkan kebijakan atau aturan yang dapat
mempengaruhi tata kelola wisata di Dataran Tinggi Dieng. Kontribusi yang diberikan oleh Disparbud Wonosobo dan Disbudpar
Banjarnegara adalah nilai lima poin, yaitu berupa bantuan dana, SDM dan fasilitas. Akan tetapi kontribusi yang diberikan hanya ditujukan pada aspek
pariwisata saja. Pokdarwis “Dieng Pandhawa” berkontribusi dalam hal SDM dan dana sehingga nilai yang dimiliki adalah tiga poin. PPDB berkontribusi dalam hal
SDM berupa awak bus dan fasilitas berupa bus wisata.
Disparbud Wonosobo dan Disbudpar Banjarnegara bekerjasama dalam hal pengadaan tiket terusan serta melakukan pembinaan kepada Pokdarwis “Dieng
Pandhawa”. Nilai yang dimiliki oleh Disparbud Wonosobo dan Disbudpar Banjarnegara dalam hal kerjasama masing-masing adalah tiga poin. Sedangkan
Pokdarwis “Dieng Pandhawa” adalah dua poin, karena tidak dapat mempengaruhi stakeholder lainnya. PPDB juga memiliki nilai dua poin, karena PPDB melakukan
kerjasama dengan beberapa biro perjalanan, seperti FOX, Panorama, Asia Link dan Evergreen.
Keempat stakeholder tersebut memiliki kemampuan berupa kewenangan dan perijinaan dalam tata kelola wisata di Dataran Tinggi Dieng. Pokdarwis
“Dieng Pandhawa” terlibat dalam tata kelola wisata di Dataran Tinggi Dieng karena kesadaran dari masyarakat Desa Dieng Kulon dengan membentuk
organisasi tersebut. PPDB terlibat dalam tata kelola wisata di Dataran Tinggi Dieng karena kesadaran untuk memberikan jasa berupa transportasi untuk
keperluan wisata. Sedangkan Disparbud Wonosobo dan Disbudpar Banjarnegara mempunyai kepentingan di Dataran Tinggi Dieng karena melaksanakan tupoksi
yang telah ditetapkan.
5.2.2 Subject