tanaman keras. Kepedulian dan kesadaran dari masyarakat sangat penting dalam upaya pengamanan Dataran Tinggi Dieng.
Artikel dalam harian SM seringkali memuat tentang bencana yang sering terjadi di Dataran Tinggi Dieng, yaitu tanah longsor, kekurangan air bersih,
degradasi lahan, ancaman gunung berapi dan menurunnya kualitas hasil pertanian. Bencana yang paling menjadi perhatian adalah tanah longsor. Salah satu bencana
tanah longsor terjadi pada 20 Januari 2010 yang mengakibatkan beberapa orang meninggal dunia serta terputusnya jalur transportasi dari Wonosobo menuju
Dieng. Putusnya jalur transportasi tersebut mengakibatkan menurunnya produktivitas pertanian maupun pariwisata.
5.6 Penerapan Prinsip Good Governance dalam Tata Kelola Wisata di
Dataran Tinggi Dieng
Menurut Lembaga Administrasi Negara 2000 dalam Widodo 2001 good governance memiliki beberapa karakteristik, yaitu: participation, rule of law,
transparency, responsiveness, consensus orientation, equity, effectiveness and efficiency, accountability, strategic vision.
1. Participation
Masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik itu secara langsung maupun melalui intermediasi institusi atau lembaga yang mewakili
kepentingannya. Berdasarkan hasil pengamatan, dalam tata kelola wisata di Dataran Tinggi Dieng, beberapa stakeholderyang melibatkan masyarakat dalam
kegiatannya adalah Pokdarwis “Dieng Pandhawa”, Dishutbun Wonosobo dan Dishutbun Banjarnegara, Dispertan Wonosobo dan Dispertan Banjarnegara serta
APC. Pelibatan masyarakat yang dilakukan oleh Dishutbun Wonosobo dan Banjarnegara sangatlah kecil, yaitu hanya sebatas mengajak masyarakat untuk
melakukan penanaman pohon peneduh di pinggir jalan. Dispertan Wonosobo dan Dispertan Banjarnegara sangat kecil intensitasnya, hanya sebatas sosialisasi dan
pelatihan. Komunitas masyarakat yang dilibatkan oleh Pokdarwis “Dieng Pandhawa”
adalah masyarakat Desa Dieng Kulon. Pokdarwis “Dieng Pandhawa” berusaha memberikan pemahaman kepada masyarakat Desa Dieng Kulon bahwa pariwisata
merupakan masa depan bagi masyarakat Dataran Tinggi Dieng. Pokdarwis “Dieng
Pandhawa” bermaksud memulai segala bentuk kegiatannya mulai dari lingkup yang kecil, yaitu masyarakat Desa Dieng Kulon saja. Hal ini dikarenakan,
Pokdarwis “Dieng Pandhawa” merupakan organisasi yang dibentuk oleh para pemuda Desa Dieng Kulon. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah
pengembangan industri makanan khas berskala rumah tangga, kerajinan khas Dieng, pengembangan agrotourism
serta kesenian dan kebudayaan Dieng. Masyarakat yang semula gemar menanam kentang diajak untuk berubah menjadi
menanam carica. Selain bermanfaat secara ekonomi, tanaman carica juga bermanfaat secara konservasi. Oleh karena itu, Pokdarwis “Dieng Pandhawa”
mengembangkan industri rumah tangga berupa pengolahan carica dan makanan khas lainnya seperti keripik jamur. Harapannya, kegiatan yang dilakukan oleh
Pokdarwis “Dieng Pandhawa” dan masyarakat Desa Dieng Kulon dapat menjadi contoh dan ditiru oleh masyarakat di Dataran Tinggi Dieng dan sekitarnya.
APC melibatkan masyarakat dalam bentuk pembelian bahan-bahan pembuatan oleh-oleh khas, yaitu buah carica. Seperti halnya Pokdarwis “Dieng
Pandhawa”, APC melibatkan masyarakat masih dalam skala yang kecil. APC mendorong sekelompok masyarakat di Dataran Tinggi Dieng untuk menanam
carica. Hal ini dikarenakan, masih sulit mengubah citra masyarakat Dieng terhadap kentang. APC bermaksud membuka peluang pasar bagi petani carica,
karena selama ini pasar buah carica masih belum terbuka. Harapannya, peluang pasar bagi para petani carica terbuka lebar, sehingga petani ketang dapat beralih
menjadi menanam carica.
2. Rule of Law
Kerangka hukum dijalankan tanpa memberikan toleransi kepada siapapun yang melakukan penyimpangan. Seluruh stakeholder yang berbentuk instansi
pemerintahan memberlakukan aturan-aturan bagi PNS secara tegas. Bagi PNS yang melakukan pelanggaran, instansi pemerintahan terkait memberikan sanksi
mulai dari peringatan hingga dilakukan mutasi atau bahkan diberhentikan sebagai PNS. Dalam melakukan mutasi, instansi pemerintahan melakukannya dengan
hati-hati, karena PNS belum tentu melakukan pelanggaran karena faktor-faktor internal dari PNS itu sendiri, tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor eksternal
yang menyebabkan PNS tersebut bekerja kurang optimal.
Kerangka hukum yang diberlakukan di organisasi swasta hampir sama dengan instansi pemerintahan, yaitu mulai dari diberikannya peringatan atau
teguran hingga diberhentikan dari status keanggotaan. Contoh nyata dari pemberlakuan kerangka hukum adalah pada PPDB. PPDB memberikan sanksi
berupa larangan mengemudi bagi sopir yang ketahuan secara diam-diam menyewakan busnya untuk keperluan wisata. Biasanya, sopir tersebut
menyewakan bus dengan harga sewa yang lebih murah, misalnya Rp 250.000,00 dari harga normalnya yaitu Rp 350.000,00 Sopir yang menyeleweng tersebut
dapat dipastikan tidak akan membayar iuran wajib Rp 25.000,00 yang diwajibkan jika busnya disewa untuk keperluan wisata.
3. Transparency
Transparansi yang dimaksud adalah kebebasan arus informasi. Dalam tata kelola wisata di Dataran Tinggi Dieng, informasi mengalir dengan baik. Baik itu
dari pemerintah ke masyarakat maupun sebaliknya. Adapun arus informasinya adalah dari pemerintah pusat memberikan informasi kepada pemerintah daerah,
kemudian pemerintah daerah memberikan informasi tersebut kepada masyarakat. Begitu juga sebaliknya aliran informasi dari masyarakat ke pemerintah pusat
adalah melalui pemerintah daerah. Akan tetapi, arus informasi dalam tata kelola wisata di Dataran Tinggi Dieng hanya berjalan bagi stakeholder-stakeholder yang
mempunyai kepentingan yang sama. TKPD diharapkan dapat menjadi instansi pemerintah yang menyalurkan informasi kepada stakeholder-stakeholder yang
berbeda kepentingan. Berdasarkan hasil pengamatan, Pokdarwis “Dieng Pandhawa” merupakan stakeholder yang paling efektif dalam menyalurkan
informasi kepada masyarakat.
4. Responsiveness
Masing-masing stakeholder memberikan pelayanan kepada stakeholder lainnya. Berdasarkan hasil penelitian, tidak terlihat adanya pelayanan kepada
stakeholder lain yang memiliki kepentingan yang berbeda. Pelayanan hanya sebatas kepada stakeholder yang memiliki kepentingan yang sama. Dalam tata
kelola wisata Dataran Tinggi Dieng, kegiatan saling melayani hanya terlihat antara Disbudpar Banjarnegara, Disparbud Wonosobo, dan Pokdarwis “Dieng
Pandhawa dalam bentuk pembinaan kepada Pokdarwis Dieng Pandhawa.
5. Consensus orientation
Good governance menjadi perantara untuk beberapa kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas.
Berdasarkan hasil analisis stakeholder, stakeholder yang memiliki nilai tertinggi dalam hal aspek kepentingan di DataranTinggi Dieng adalah Pokdarwis “Dieng
Pandhawa” dan TKPD. Kedua stakeholder tersebut merupakan stakeholder yang masih tergolong baru, yaitu berdiri pada tahun 2007. TKPD memiliki tugas
mengkoordinasikan stakeholder-stakeholder yeng mempunyai kepentingan di sepanjang DAS Serayu dimana mata Sungai Serayu berada di Dataran Tinggi
Dieng. Sedangkan Pokdarwis Dieng Pandhawa memiliki divisi cluster yang masing-masing divisi mewakili kepentingan yang berbeda-beda.
6. Equity
Masyarakat mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka. Masyarakat mendirikan beberapa organisasi untuk dapat
ikut terlibat dalam tata kelola wisata di Dataran Tinggi Dieng. Organisasi- organisasi tersebut adalah PPDB, APC dan Pokdarwis “Dieng Pandhawa”.
Pemerintah memberikan dukung kepada organisasi-organisasi tersebut dengan cara memberikan legalitas terhadap organisasi-organisasi tersebut, memberikan
pelatihan dan memberikan bantuan alat-alat yang dibutuhkan. Selain dalam bentuk organisasi, masyarakat juga mempunyai kebebasan
untuk mengelola tanah yang mereka miliki menjadi lahan pertanian kentang. Akan tetapi, kebebasan yang dimiliki masyarakat kurang bertanggung jawab. Lahan-
lahan pertanian yang digarap oleh masyarakat merambah masuk ke lahan-lahan milik negara. Hampir seluruh lahan yang ada di Dataran Tinggi Dieng dan
sekitarnya dirubah menjadi lahan pertanian kentang oleh masyarakat. Bahkan pada lahan-lahan yang seharusnya tidak ditanami tanaman pertanian pun ikut
digarap, misalnya lahan-lahan dengan kemiringan yang curam. Oleh karena itu, berkembanglah isu-isu tentang kerusakan lahan.
7. Effectiveness and efficiency
Setiap stakeholder dalam good governance berusaha untuk mencapai tujuan sesuai dengan yang telah direncakanan menggunakan sumberdaya yang tersedia.
Seluruh stakeholder yang memiliki kepentingan dan pengaruh dalam tata kelola
wisata Dataran Tinggi Dieng memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam keterlibatannya. Tujuan tersebut tertera di dalam TUPOKSI masing-masing dinas
pemerintahan dan rencana kegiatan masing-masing organisasi masyarakat. Walaupun dengan sumberdaya yang kurang memadai, masing-masing
stakeholder berusaha untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Berdasarkan hasil penelitian, beberapa kendala sumberdaya yang paling banyak
dihadapi oleh masing-masing stakeholder adalah keuangan, kurangnya jumlah SDM, SDM yang ditempatkan tidak sesuai dengan bidang keahliannya serta
fasilitas. Seringkali, tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai karena masalah kurangnya sumberdaya, baik itu dana, SDM maupun fasilitas.
8. Accountability
Lembaga Administrasi Negara 2000 dalam Widodo 2001 menjelaskan bahwa akuntabilitas merupakan kewajiban perorangan atau sekelompok orang
dalam suatu organisasi untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumberdaya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan
kepadanya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bentuk pertanggungjawaban setiap penggunaan sumberdaya yang telah
digunakan dalam rangka mencapai suatu tujuan, masing-masing stakeholder membuat laporan keuangan setiap akhir tahun maupun membuat laporan kegiatan
dan laporan pertanggungjawaban untuk setiap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
9. Strategic Vision
Stakeholder diharapkan memiliki perspektif good governance dan pengembangan manusia yang luas dan jangka panjang. Setiap stakeholder yang
terlibat dalam tata kelola wisata di Dataran Tinggi Dieng menerapkan prinsip ini dalam bentuk memberikan pelatihan kepada SDM yang dimilikinya untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Instansi pemerintahan biasa meningkatkan kualitas SDM dengan cara melakukan study banding.
Pengembangan SDM yang dilakukan oleh stakeholder non-pemerintahan biasanya dilakukan dengan adanya pelatihan dan seminar yang diberikan oleh instansi
pemerintahan yang bersangkutan.
Stakeholder yang terlibat dalam tata kelola wisata di Dataran Tinggi Dieng belum seluruhnya melaksanakan prinsip good governance. Stakeholder yang telah
melaksanakan seluruh prinsip good governance tersebut adalah Pokdarwis Dieng Pandhawa. Akan tetapi, wewenang yang dimiliki oleh Pokdarwis Dieng
Pandhawa tidak sebesar yang dimiliki oleh instansi pemerintahan lainnya. Sehingga keberadaan Pokdarwis Dieng Pandhawa kurang berpengaruh dalam
tata kelola wisata di Dataran Tinggi Dieng. Stakeholder yang potensial dapat menjalankan seluruh prinsip good
governance dengan baik adalah TKPD. TKPD merupakan stakeholder masih baru, yaitu baru dibentuk pada tahun 2007. Prinsip yang telah dijalankan oleh
TKPD adalah rule of law dan consensus orientation. Dengan dijalankannya prinsip consensus orientation berarti TKPD telah menjadi perantara bagi beberapa
kepentingan yang berbeda. Hal ini sesuai dengan tujuan dibentuknya TKPD adalah untuk mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan mensinergiskan kinerja
perangkat daerah di Kabupaten Wonosobo dan pihak-pihak lainnya yang terkait
dalam upaya pemulihan Kawasan Dieng dalam konteks Daerah Aliran Sungai DAS Serayu.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Teridentifikasi sebanyak 12 stakeholder yang terlibat dalam tata kelola
wisata di Dataran Tinggi Dieng. Stakeholder tersebut termasuk ke dalam kuadran key player, subject dan crowd. Stakeholder yang termasuk ke
dalam kuadran key player adalah 1 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Disparbud Wonosobo, 2 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Disbudpar
Banjarnegara, 3 Kelompok Sadar Wisata Pokdarwis “Dieng Pandhawa” dan 4 Paguyuban Pengemudi Dieng Batur PPDB. Stakeholder dalam
kuadran key player mampu mengendalikan arah pengelolaan dalam tata kelola wisata di Dataran Tinggi Dieng. Stakeholder yang berada dalam
kuadran subject adalah 1 Balai Konservasi Sumberdaya Alam BKSDA Provinsi Jawa Tengah, 2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Dishutbun
Wonosobo, 3 Dishutbun Banjarnegara, 4 Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Dispertan Wonosobo, 5 Dinas Pertanian, Peternakan dan
Perikanan Dispertan Banjarnegara dan 6 Tim Kerja Pemulihan Dieng TKPD. Stakeholder yang ada dalam kuadran subject memiliki
kemampuan yang kecil untuk mengubah siatuasi di Dataran Tinggi Dieng. Sedangkan stakeholder yang termasuk dalam kuadran crowd adalah
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia PHRI dan Asosiasi Pedagang Carica APC. Stakeholder yang ada dalam kuadran crowd akan
mempertimbangkan segala kegiatan mereka untuk ikut terlibat dalam tata kelola wisata di Dataran Tinggi Dieng.
2. Kebijakan atau peraturan yang berkaitan dengan tata kelola wisata di
Dataran Tinggi Dieng adalah Keputusan Bersama No. 485 Tahun 2002 dan No. 17 Tahun 2002 Bupati Banjarnegara dengan Bupati Wonosobo
tentang Kerjasama Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Dataran Tinggi Dieng serta Peraturan Gubernur No. 5 Tahun 2009 tentang
Pengendalian Lingkungan Hidup di Kawasan Dataran Tinggi Dieng.