2. 2. Aaptos aaptos Laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup spons Aaptos aaptos dan Petrosia (petrosia) nigricans pada sistem resirkulasi

29 berwarna putih serta terlepasnya pinacoderm dari permukaan tubuh karena jaringannya menyusut dan hancur. Kandungan nitrit yang rendah dan nilai nitrat serta amonia yang tinggi pada air kolam dapat mempengaruhi pertumbuhan spons, begitu juga dengan nilai salinitas air kolam yang rendah dapat menghambat pertumbuhan spons, karena spons melakukan penyesuaian diri terlebih dahulu terhadap kondisi air kolam tersebut. Penelitian sebelumnya oleh Suparno 2009 selama satu tahun, dimana pertumbuhan spons Petrosia nigricans di perairan pulau Pari dan pulau Pramuka berkisar 402,34-540,93, hasil penelitian tersebut tergolong lebih cepat dari penelitian lainnya. Penelitian Subhan 2009 selama empat minggu diperairan pulau Pari memperoleh pertambahan volume tubuh berkisar 1,39 cm 3 – 4,98 cm 3 . Penelitian Astuti 2007 di perairan pulau Pari memiliki rata-rata volume pertumbuhan mutlak selama 5 minggu berkisar 1,39 cm 3 - 4,92 cm 3 . Penelitian ini sangat berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan di habitat alaminya, dimana pemeliharaan di kolam mengalami rata-rata laju pertumbuhan negatif sedangkan pada perairan terbuka memiliki rata-rata laju pertumbuhan yang cepat. Menurut Duckworth Battershill 2003 bahwa spons Latrunculia wellingtonensis yang ditransplantasikan di perairan terbuka memiliki biomassa dan pertumbuhan tiga kali lebih besar dari pada lokasi terlindung.

4. 2. 2. Aaptos aaptos

Tekstur tubuh spons Aaptos aaptos lebih lembut dari pada spons Petrosia petrosia nigricans, dan lebih mudah menyesuaikan diri dari pada spons Petrosia petrosia nigricans pada saat pemeliharaan di kolam. Sama halnya dengan spons 30 Petrosia petrosia nigricans, setelah mengalami aklimatisasi dan ditransplantasi kemudian dilakukan pengukuran terhadap pertumbuhan dan penutupan luka. Rata-rata dan simpangan baku pertumbuhan panjang spons tiap minggu sebesar 3,97 ± 0,23 cm dan rata-rata dan simpangan baku pertumbuhan lebar spons berkisar 2,85 ± 0,20 cm. Gambar 16. Rata-rata dan simpangan baku pertumbuhan spons Aaptos aaptos Rata-rata laju pertumbuhan panjang dan lebar spons pada penelitian ini mengalami proses kenaikan dan penurunan, yang dapat disebabkan oleh kualitas air dan salinitas pada kolam pemeliharaan. Kondisi air kolam yang tidak sesuai dapat mengakibatkan lubang saluran air ostia dan oskula menutup diikuti dengan mengkerutnya ukuran tubuh spons. 31 Gambar 17. Rata-rata dan simpangan baku laju pertumbuhan panjang spons Aaptos aaptos Gambar 18. Rata-rata dan simpangan baku laju pertumbuhan lebar spons Aaptos aaptos Rata- rata laju pertumbuhan panjang sebesar 0,06 ± 0,07 cmminggu dan rata-rata laju pertumbuhan lebar sebesar 0,05 ± 0,09 cmminggu. Penelitian ini menunjukkan pertumbuhan mutlak pada spons Aaptos aaptos meningkat, namun memiliki rata-rata laju pertumbuhan yang fluktuatif . Hal ini diduga karena 32 kondisi salinitas, algae dan organisme menempel. Setiap minggu selama pemeliharaan kolam disebar fitoplankton jenis Chlorella sp. yang berfungsi sebagai pakan alami, juga disebar Liquifry Marine sebagai pakan tambahan yang diberikan setiap 2 minggu sekali. Pengukuran rata-rata laju pertumbuhan panjang mengalami penurunan yang besar pada minggu 6-7 karena pada minggu tersebut mengalami penurunan salinitas yang cepat, meskipun masih didalam kisaran untuk toleransi hidup spons. Hal ini sangat jauh dari baku mutu air laut yaitu 32-34 00 , namun tidak berpengaruh pada penurunan suhu karena masih dalam kisaran baku mutu toleransi hidup spons. Akibat penurunan salinitas perairan, tekanan terhadap hidup spons Aaptos aaptos semakin meningkat ditandai dengan mengkerutnya tubuh spons dan menutupnya oskulum serta astiolum pada permukaan tubuh spons sehingga, ukuran spons setiap minggu dapat mengalami perubahan. Keberadaan organisme yang menempel juga sangat mempengaruhi kelangsungan hidup dan pertumbuhan spons karena menjadi kompetisi dalam memperoleh makanan dan cahaya matahari Pengukuran rata-rata laju pertumbuhan lebar pada minggu ke-7 mengalami peningkatan yang tinggi berbeda dengan laju pertumbuhan panjang. Hal tersebut dapat diduga karena pertambahan lebar tubuh spons mengikuti substrat tali yang telah merekat erat pada seminggu setelah penusukan substrat berbeda dengan pertumbuhan panjang tidak memiliki pondasi untuk tumbuh. Spons Aaptos aaptos membutuhkan substrat untuk tempatnya menempel dan menurut Pong- Masak 2003 bahwa spons memiliki respon yang relatif baik pada substrat yang lebih keras. 33 Penelitian sebelumnya dilakukan selama 9 minggu di kolam pemeliharaan Fitrianto, 2009 dengan rata-rata laju pertumbuhan panjang 3,0573 mm tiap minggu dan rata-rata laju pertumbuhan lebar 2,2713 mm setiap minggu. Penelitian yang dilakukan di perairan pulau Pari oleh Subhan 2009 selama 4 minggu berkisar antara 0,33-1,94 cm 3 , dan Haris 2004 selama 5 bulan memperoleh nilai rata-rata laju pertumbuhan berkisar antara 75,92-83,64 cm. Hasil tersebut menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan yang cepat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa bahan organik yang terlarut pada perairan terbuka pada pemeliharaan spons dapat meningkatkan jumlah mikrosimbion fragmen spons, dengan meningkatnya jumlah mikrosimbion spons tersebut akan meningkatkan pertumbuhannya, sehingga pigmentasi pada spons semakin sempurna sejalan dengan saluran air terekontruksi dengan baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Duckworth et al. 1999 in Haris 2005 menunjukkan bahwa pertumbuhan spons yang ditransplantasikan, secara umum relatif rendah pada semua metode dan jenis, sedangkan sintasannya relatif tinggi pada semua metode, kecuali pada metode dengan menggunakan tali untuk jenis Latrunculia brevis. 4. 3. Laju Penutupan Luka 4. 3. 1. Petrosia petrosia nigricans