Pakan dan Cara Makan Transplantasi Spons

7

2.3. Pakan dan Cara Makan

Spons merupakan suspension feeders karena dapat memakan material tersuspensi di dalam air laut. Spons juga merupakan filter feeder karena menyaring makanan dari air Karlenskit, 1998. Partikel makanan yang akan dikonsumsi oleh spons, pada awalnya diseleksi berdasarkan ukuran dan disaring dalam aliran menuju flagella. Spons dapat memakan partikel berukuran besar 5- 50µm secara fagositosis dan pinasitosis. Partikel berukuran kecil atau seperti bakteri 1µm ditelan oleh choanocyte. Amebocytes bertindak sebagai pusat penyimpanan untuk cadangan makanan Barnes, 1987. Penelitian lain menggunakan pakan dari campuran mikroalga, bakteri dan jamur yang berukuran lebih kecil dari 10 Am dan zooplankton. Jenis mikroalga fitoplankton yang digunakan sebagai sumber makanan spons yaitu Chlorella vulgaris, Escherichia coli, Rhodomonas sp., Dunaliella sp.. Jenis zooplankton yang digunakan sebagai pakan spons yaitu dari Diaphanesoma sp., Akartia sp. dan Oithona sp.. Penebaran organisme fitoplankton dan zooplankton pada kolam pemeliharaan bertujuan agar jenis fitoplankton tersebut dimakan oleh jenis zooplankton, kemudian zooplankton yang terkandung diperairan diharapkan sebagai pakan bagi spons. Kegunaan Chlorella sp. mulai berkembang sebagai makanan hidup bagi jenis-jenis tertentu golongan ikan sehingga sering kali diperlukan pada saat budidaya. Penyediaan makanan alami berupa plankton nabati maupun plankton hewani yang tidak cukup tersedia sering menyebabkan kegagalan alam dalam mempertahankan kelangsungan hidup larva pada pemeliharaan udang atau ikan. Hasil penelitian Brusca dan Brusca 1990 menyatakan bahwa makanan yang diambil oleh spons jenis Jamaika 80 8 merupakan bahan organik terlarut dan 20 berupa bakteri, plankton dan dinoflagelata.

2.4. Transplantasi Spons

Transplantasi spons adalah metode fragmentasi buatan yang dilakukan dengan pemotongan anggota tubuh spons yang bertujuan untuk melindungi biomassa spons dari habitat alaminya, sehingga keberadaan spons diperairan tidak berkurang dan tidak mengganggu ekosistem perairan di sekitarnya De Voogd. 2005. Pengembangan transplantasi ini diarahkan untuk memproduksi anakan atau penyediaan bibit bagi keperluan restocking agar keanekaragaman hayati di perairan Indonesia tetap terjaga Rani dan Haris, 2005. Pada umumnya kegiatan transplantasi dilakukan sebagai usaha restorasi yang bertujuan dalam perbaikan suatu ekosistem, usaha perikanan, kegiatan penelitian dan perlindungan terhadap erosi pantai Syahrir, 2003. Transplantasi spons dapat dilakukan di habitat buatan seperti, akuarium, kolam atau bioreaktor dengan sistem tertutup maupun terbuka Osinga et al., 1999. Penggunaan sistem ini diharapkan dapat menghasilkan kemudahan dan mendapatkan hasil yang lebih baik dengan mengontrol beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan transplantasi yaitu parameter lingkungan. Parameter yang perlu diperhatikan dalam transplantasi spons dengan sistem terkontrol yaitu pakan, oksigen, cahaya, salinitas, temperatur, kualitas air, racun, kontaminan, penyakit dan predator Intan, 2006. Aspek lain yang menarik bagi para peneliti adalah pengaruh faktor pakan dan fisik seperti sistem sirkulasi air dan cahaya. 9 Spons yang ditransplantasi akan sangat rentan mati apabila perlakuannya dilakukan pada perairan tertutup. Spons yang ditransplantasi akan mengeluarkan bahan bioaktif sehingga dapat mengeliminasi tubuhnya sendiri maupun tubuh spons lainnya. Spons yang ditransplantasi sebaiknya dilakukan pada aliran air yang mengalir sehingga bahan bioaktif yang dikeluarkan oleh spons yang dipotong tidak terkena spons lainnya Subhan, 2009. Spons hasil transplantasi ini akan ditumbuhkembangkan di perairan terkontrol dan akan lebih baik pertumbuhannya jika dilakukan dengan menggunakan substrat keras dari pada substrat yang lembut Pong-Masak, 2002. Kondisi tersebut dimungkinkan oleh bentuk permukaan substrat yang keras dan tertutup sehingga energi yang dikeluarkan untuk melakukan penempelan lebih sedikit sehingga proses penempelan akan lebih baik untuk mendukung pertumbuhan.

2.5. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup