3. Laju Penutupan Luka 3. 1. Petrosia petrosia nigricans

33 Penelitian sebelumnya dilakukan selama 9 minggu di kolam pemeliharaan Fitrianto, 2009 dengan rata-rata laju pertumbuhan panjang 3,0573 mm tiap minggu dan rata-rata laju pertumbuhan lebar 2,2713 mm setiap minggu. Penelitian yang dilakukan di perairan pulau Pari oleh Subhan 2009 selama 4 minggu berkisar antara 0,33-1,94 cm 3 , dan Haris 2004 selama 5 bulan memperoleh nilai rata-rata laju pertumbuhan berkisar antara 75,92-83,64 cm. Hasil tersebut menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan yang cepat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa bahan organik yang terlarut pada perairan terbuka pada pemeliharaan spons dapat meningkatkan jumlah mikrosimbion fragmen spons, dengan meningkatnya jumlah mikrosimbion spons tersebut akan meningkatkan pertumbuhannya, sehingga pigmentasi pada spons semakin sempurna sejalan dengan saluran air terekontruksi dengan baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Duckworth et al. 1999 in Haris 2005 menunjukkan bahwa pertumbuhan spons yang ditransplantasikan, secara umum relatif rendah pada semua metode dan jenis, sedangkan sintasannya relatif tinggi pada semua metode, kecuali pada metode dengan menggunakan tali untuk jenis Latrunculia brevis. 4. 3. Laju Penutupan Luka 4. 3. 1. Petrosia petrosia nigricans Spons jenis Petrosia petrosia nigricans memiliki tekstur tubuh yang lebih kaku dari pada spons jenis Aaptos aaptos, bagian tubuh yang terluka pada spons ini ditandai dengan warna coklat yang memudar. Spons ini ditransplantasi 34 dengan ukuran fragmen rata-rata 3-5 cm, namun spons hanya sebagian kecil yang dapat bertahan hidup setelah ditransplantasi. Proses regenerasi spons Petrosia petrosia nigricans akibat transplantasi dapat dikenali dengan warna pada permukaan luka dan muncul lapisan film yang mengkilat disekitar luka. Lapisan tipis yang mengkilat ini dapat terlihat pada hari keempat setelah transplantasi setelah itu fragmen menjadi pucat dan kemudian mati, sehingga tidak terlihat penutupan luka dan jumlah oskulum seperti penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Suparno 2009 untuk spons Petrosia nigricans, masa penyembuhan terjadi pada masa 1 bulan ditandai dengan pigmentasi penuh, fragmen spons mengkontruksi tubuhnya menjadi bulat dan membentuk kembali saluran airnya. Penenelitian Astuti 2007 selama 5 minggu menyatakan bahwa proses regenerasi fragmen spons Petrosia sp. dimulai sesaat setelah transplantasi berlangsung. Pada minggu ke-4 fragmen spons sudah berwarna coklat tua dengan oskulum yang terlihat jelas dan fragmen menempel pada substrat tali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa spons Petrosia petrosia nigricans memiliki tekanan hidup yang lebih rentan stress dan mati di sistem perairan tertutup, berbeda dengan di alam memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi Astuti, 2007; Subhan, 2009; dan Suparno, 2009. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya kandungan nutrient pada air kolam, kedalaman kolam juga mempengaruhi paparan sinar matahari langsung terhadap spons. Menurut Suparno 2009 bahwa kelangsungan hidup dan pertumbuhan Petrosia nigricans lebih tinggi pada perairan yang kaya nutrient pulau Pari dari pada yang sedikit nutrien pulau Pramuka. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup spons ini pada 35 kedalaman 15 meter lebih tinggi dari pada kedalaman 7 meter. Selain itu, perbedaan kualitas perairan seperti kecerahan, fosfat, nitrat, TOM, salinitas dan TSS sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup Petrosia nigricans.

4. 3. 2. Aaptos aaptos