Klasifikasi dan Morfologi Spons Karakteristik Lingkungan Hidup Spons

4

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Spons

Spons merupakan hewan invertebrata yang termasuk dalam Filum Porifera. Filum Porifera terdiri dari 4 kelas, yaitu : Calcarea, Demospongiae, Hexactinellida dan Sclerospongia telah punah menurut Wcrren 1982, Pechenik 1991, Ruppert dan Barnes 1991. Klasifikasi spons Petrosia petrosia nigricans menurut Hooper dan Soest 2002 dan Aaptos aaptos menurut Berquist 1978, adalah sebagai berikut. Kingdom : Animalia Philum : Porifera Class : Demospongia Sub Class : Ceractinomorpha Ordo : Haplosclerida Famili : Petrosidae Genus : Petrosia Spesies : Petrosia petrosia nigricans Sub Class : Tetratinomorpha Ordo : Hadromerida Famili : Subertidae Genus : Aaptos Spesies : Aaptos aaptos 5 Morfologi luar spons sangat dipengaruhi faktor fisik, kimiawi dan biologis lingkungannya. Bergquist 1978 menyatakan bahwa spons pada perairan lebih dalam cendrung bertumbuh lebih simetris dan lebih besar sebagai akibat dari lingkungan yang lebih stabil apabila dibandingkan dengan jenis yang sama yang hidup pada perairan dangkal. Jumlah dan kelimpahan Petrosia sp. dan Aaptos aaptos menjadi lebih tinggi seiring bertambahnya kedalaman. Spons yang hidup pada perairan yang lebih dangkal akan dipengaruhi oleh sedimentasi yang lebih besar dari pada spons yang hidup di perairan dalam.

2.2. Karakteristik Lingkungan Hidup Spons

Laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup spons sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan perairan. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan spons yaitu suhu, salinitas, kedalaman, kekeruhan dan sedimentasi Gerrodette dan Flechsig, 1979 in De Voogd, 2005. Menurut De Voogd 2005 spons dapat tumbuh pada kisaran suhu 26-31 C dan salinitas 28-38 ‰. Kekeruhan yang tinggi dalam suatu perairan dapat menutupi permukaan tubuh spons sehingga, spons memerlukan energi lebih untuk memproduksi lendir dalam jumlah banyak. Lendir tersebut berfungsi mengikat partikel pengganggu namun, lendir tersebut juga dapat mengisolasi spons sehingga menghambat pertukaran gas serta dapat menutupi ostia dan oskula. Kandungan oksigen dalam suatu perairan sangatlah penting karena erat kaitannya dengan keberadaan bahan organik. Bakteri yang bersimbiosis dengan spons mampu mengurai bahan-bahan organik apabila terdapat kandungan oksigen yang cukup karena, menurut Nybakken, 1992 in Susanna, 2006 bahwa kandungan 6 bahan organik dan tingginya populasi bakteri dalam sedimen menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen di perairan. Besarnya kandungan oksigen yang dibutuhkan per cm 3 volume spons yaitu 0,2-25 µmol O 2 per jam . Mikroba simbiotik spons untuk pertumbuhan terdiri dari heterotropik, cyanobakteri dan alga uniseluler. Nitrifikasi adalah oksidasi biologi dari amonia menjadi nitrit dan nitrit menjadi nitrat oleh bakteri autotropik. Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp. bakteri utama sebagai proses nitrifikasi pada sistem tertutup. Nitrosomonas sp. mengoksidasi ammonia menjadi nitrit dan Nitrobacter sp. mengoksidasi nitrit menjadi nitrat Gambar 1. Kawai et. al. 1964 in Spotte 1970 menemukan bahwa sebagian dari bakteri anaerob dalam sistem perairan laut dapat mereduksi nitrat. Gambar 1. Siklus Nitrogen Spotte, 1970 Bahan Organik NitratNO 3 Nitrit NO 2 Amonia NH 3 Asimilasi nitrat oleh bakteri dan tumbuhan NITROSOMONAS NITROBAKTER NO N z O N z Denitrifikasi Fiksasi Nitrogen 7

2.3. Pakan dan Cara Makan