menengah atas SMA merupakan kategogori pendidikan menengah dan perguruan tinggi merupakan kategori Pendidikan Tinggi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rita Ariesta, tingkat pendidikan yang tinggi akan memberikan pemahaman secara matang kepada individu untuk
memilih dan memutuskan suatu hal. Tingkat pendidikan tinggi membuat perempuan banyak belajar dari lingkungan sekitar dan media sehingga dapat
mengubah sikap dan pandangan sesuai dengan apa yang dia pahami. Dengan dasar pendidikan segala permasalahan yang mungkin menghampiri remaja dapat
dicerna, dipikirkan dan dipertimbangkan sehingga diharapkan setiap keputusan yang dibuat perempuan tersebut benar-benar mendukung dirinya dalam menjalani
kehidupan termasuk keputusannya untuk menikah nantinya.
5.1.3 Hubungan Pendidikan Orangtua Responden dengan Pernikahan Usia
Dini di Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan
Berdasarkan hasil Penelitian, didapatkan hasil tidak ada hubungan antara pendidikan orangtua dengan pernikahan usia dini dengan nilai
p-value=
1.000. Sedangkan nilai OR= 0,492, maka dapat disimpulkan orangtua yang
berpendidikan dasar berisiko menikahkan anaknya di usia dini dibandingkan orang tua yang pendidikan lanjut. Dengan taraf CI 0,623-16,655 maka secara
statistik terdapat hubungan yang bermakna antara orangtua berpendidikan rendah dengan orangtua yang berpendidikan tinggi.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari 2014 menyatakan bahwa pendidikan orangtua tidak ada hubungan terhadap pernikahan
usia dini dengan nilai
p
-
value
0,10. Dari hasil analisis data statistik, jika nilai
p-
value
penelitian yaitu sebesar 0,10 lebih besar dari nilai 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan orangtua tidak ada hubungan terhadap pernikahan
usia dini. Berdasarkan data di lapangan sebagian besar pendidikan orangtua kasus
maupun kontrol adalah pendidikan dasar. Data tidak menunjukan semakin tinggi pendidikan Ayah maupun Ibu remaja akan mempengaruhi pernikahan pada usia
dini.
5.1.4 Hubungan Sikap Responden dengan Pernikahan Usia Dini
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil ada hubungan antara sikap responden dengan pernikahan usia dini dengan
p-value =
0,001 dan nilai OR= 4.200 menunjukan bahwa sampel yang mendukung mempunyai risiko 4,200 kali
lebih besar melakukan pernikahan usia dini di banding sampel yang tidak mendukung pernikahan usia dini.
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus sosial, sikap mengandung unsur menerima, merespon, menghargai, dan bertanggungjawab Notoadmojo,2005.
Hasil penelitian ini menujukan sikap terhadap pernikahan usia dini, memiliki hubungan dengan pernikahan usia dini. Hal ini dikarenakan sikap responden
terbentuk oleh lingkungan tempat tinggal di mana sekitar tempat tinggal responden banyak yang seusia responden yang melakukan pernikahan usia dini.
5.1.5 Hubungan Faktor Pekerjaan Responden dengan Pernikahan Usia Dini di Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan responden dengan kejadian pernikahan usia dini dengan nilai
p- value
0.016; OR= 2.667, menunjukan bahwa sampel yang tidak bekerja mempunyai resiko 2,667 kali lebih besar untuk melakukan pernikahan usia dini
dari pada responden yang bekerja. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunita 20120 ,
menyatakan tidak ada hubungan antara pekerjaan responden dengan kejadian pernikahan usia muda pada remaja putri di desa Pagerejo Kabupaten Wonosobo,
nilai OR= 0,54 artinya bahwa pekerjaan bukan merupakan faktor risiko untuk meningkatkan terjadinya pernikahan usia dini.
Hal ini sesuai dengan teori Notoadmojo, 2005 ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan salah satunya adalah pekerjaan. Hal ini tidak
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Irene W.Desiyanti yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara pekerjaan responden dengan pernikahan usia dini.
Berdasarkan hasil observasi, responden yang melakukan pernikahan usia dini kebanyakan setelah lulus sekolah menengah pertama SMP sebagian besar
melakukan pernikahan usia dini, sedangkan responden yang setelah lulus sekolah menengah pertama memutuskan untuk bekerja terlebih dahulu sebagian besar
tidak melakukan pernikahan usia dini.
5.1.6 Hubungan Faktor Status Pekerjaan Orangtua dengan Pernikahan Usia Dini