2.3. Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan
Kelengkapan adalah suatu bentuk kualitas. Menurut Imhoff dalam Na’im dan Rakhman 200, kualitas tampak sebagai atribut-atribut yang penting dari
suatu informasi akuntansi, banyak penelitian yang mengemukakan bahwa kualitas pengungkapan dapat diukur dan digunakan untuk menilai manfaat potensial dari
isi suatu laporan keuangan tahunan. Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan.
Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi yang bermanfaat, karena apabila
tidak bermanfaat, tujuan dari pengungkapan tersebut tidak akan tercapai Chariri dan Ghozali, 2003: 235.
Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup
mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian, informasi tersebut harus lengkap, jelas, dan dapat menggambarkan secara tepat mengenai kejadian-
kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut. Informasi yang diungkapkan harus berguna dan tidak membingungkan pemakai
laporan keuangan dalam membantu pengambilan keputusan ekonomi. Berapa banyak informasi yang harus diungkapkan tidak hanya tergantung pada keahlian
pembaca, tetapi juga pada standar yang dibutuhkan.
Menurut Belkaouli 2000: 219 tujuan pengungkapan antara lain : 1.
Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan item-item yang belum diakui serta menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut.
2. Untuk menyediakan informasi dan item-item yang potensial untuk diakui dan
yang belum diakui bagi investor dan kreditor dalam menentukan risiko, dan return-nya.
3. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan aliran kas
keluar di masa mendatang. Kelengkapan dan keterbukaan pengungkapan laporan keuangan sangat
penting karena laporan keuangan merupakan sumber utama informasi keuangan yang disampaikan oleh manajemen pengurus. Menurut Chariri dan Ghozali
2003: 247 pengungkapan disclosure dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu :
1. Pengungkapan Wajib mandatory disclosure
Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan tentang informasi yang diharuskan oleh peraturan yang telah ditetapkan oleh badan otoriter IAI
dalam PSAK. 2.
Pengungkapan sukarela voluntary disclosure Pengungkapan sukarela merupakan informasi yang tidak diwajibkan
oleh suatu peraturan pasar modal yang berlaku, tetapi diungkapkan oleh perusahaan yang Go Public emiten karena dianggap relevan dengan
kebutuhan pemakai tahunan.
Chariri dan Ghozali 2003: 235 mengemukakan ada tiga konsep mengenai luas pengungkapan laporan keuangan, yaitu :
a. Pengungkapan yang cukup adequate disclosure
Pengungkapan yang cukup, mencakup pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar laporan keuangan tidak menyesatkan.
b. Pengungkapan yang wajar fair disclosure
Pengungkapan secara wajar menunjukkan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai
laporan keuangan. c.
Pengungkapan yang lengkap full disclosure Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus
lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan omission mengakibatkan informasi menjadi tidak benar
atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi IAI dalam PSAK tentang kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan, par. 38. Pengungkapan yang lengkap mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi yang relevan.
Bagi beberapa pihak, pengungkapan yang lengkap ini diartikan sebagai penyajian informasi yang berlebihan sehingga tidak bisa dikatakan layak
Hendriksen dan Breda dalam Chariri dan Ghozali, 2003 : 235. Apabila dalam laporan keuangan terdapat terlalu banyak informasi, maka akan
membahayakan, karena penyajian rincian yang tidak penting justru akan
mengaburkan informasi yang signifikan dan membuat laporan keuangan tersebut sulit dipahami. Oleh karena itu, pengungkapan yang tepat mengenai
informasi yang penting bagi para pengguna laporan keuangan koperasi, hendaknya bersifat cukup, wajar, dan lengkap.
Tingkat pengungkapan menunjukkan seberapa banyak butir laporan keuangan material yang diungkapkan oleh koperasi. Jadi tingkat
pengungkapan laporan keuangan ditunjukkan dengan keluasan pengungkapan butir-butir yang disyaratkan oleh regulasi yang berlaku. Di
Indonesia, butir-butir laporan keuangan yang wajib diungkapkan oleh koperasi ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 27 Tahun 1999 tentang akuntansi perkoperasian yang berisi pedoman penyajian dan pengungkapan laporan
keuangan koperasi. Untuk mengukur keluasan kelengkapan pengungkapan wajib laporan
keuangan dapat digunakan rumus sebagai berikut: indeks Wallace =
100 x
k n
Nugraheni dkk, 2002:80 Dimana, n : jumlah butir yang diungkapkan oleh perusahaan
k : jumlah butir yang seharusnya diungkap
Pengungkapan laporan keuangan dalam penelitian ini terbatas pada pengungkapan wajib dalam laporan keuangan koperasi, dengan asumsi apabila
suatu transaksi tidak dapat dikategorikan sebagai bagian dari laporan keuangan utama, maka transaksi tersebut dapat diungkapkan melalui cara lain, seperti
melalui catatan atas laporan keuangan, informasi sisipan, media pelaporan lain serta informasi lainnya.
Kriteria kelengkapan pengungkapan wajib dalam laporan keuangan koperasi yang ditetapkan oleh IAI dalam PSAK No. 27 tentang akuntansi
perkoperasian, meliputi : a.
Neraca Neraca menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas
koperasi pada waktu tertentu PSAK No.27, par.75. Untuk mempermudah penyajian aktiva dalam neraca, maka aktiva
dikelompokkan menjadi aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap, dan aktiva lain-lain.
Kewajiban dapat diklasifikasikan menjadi kewajiban kepada anggota dan bukan anggota, kewajiban sehubungan dengan simpanan dari anggota
yang bersifat sukarela menurut UU No. 25 tahun 1992, simpanan semacam ini dikelompokkan dalam permodalan koperasi, kewajiban kepada koperasi
lain atau anggota sehubungan dengan program pemerintah di bidang pengadaan dan penyaluran komoditi merupakan bagian dari harga pertukaran
yang menjadi hak koperasi lain atau anggota tersebut.
Ekuitas koperasi terdiri dari modal anggota berbentuk simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan lain yang memiliki karakteristik yang sama
dengan simpanan pokok atau simpanan wajib, modal penyertaan, modal sumbangan, cadangan, dan sisa hasil usaha belum dibagi PSAK No. 27, par.
36. b.
Perhitungan Hasil Usaha Menurut UU RI No. 25 tahun 1992 pasal 45, menyebutkan bahwa:
1 Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan koperasi yang
diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
2 Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada
anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh, masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan
perkoperasian dan keperluan lain dari koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
3 Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.
Perhitungan hasil usaha harus memuat hasil usaha dengan anggota dan
laba atau rugi kotor dengan non-anggota PSAK No. 27, par.76. Perhitungan hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban-beban
usaha dan beban perkoperasian selama periode tertentu. Perhitungan hasil usaha menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha. Sisa hasil usaha
yang diperoleh mencakup hasil usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor dengan non-anggota. Istilah perhitungan hasil usaha digunakan mengingat
manfaat dari usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari sisa hasil usaha atau laba, tetapi lebih ditentukan pada manfaat bagi anggota.
Pendapatan koperasi yang timbul dari transaksi dengan anggota diakui sebesar partisipasi bruto PSAK No. 27, par. 67, sedangkan pendapatan
koperasi yang berasal dari transaksi dengan non-anggota diakui sebagai pendapatan penjualan dan dilaporkan terpisah dari partisipasi anggota dalam
laporan perhitungan hasil usaha sebesar nilai transaksi. Selisih antara pendapatan dan beban pokok transaksi dengan non-anggota diakui sebagai
laba rugi kotor dengan non-anggota PSAK No. 27, par. 69. Beban pada koperasi berbeda dengan beban yang ada di badan usaha
lain. Beban pada koperasi berupa beban pokok kepada anggota, beban pokok penjualan kepada non-anggota, beban operasi yang terdiri dari beban usaha
dan beban perkoperasian serta beban-beban lain. Beban usaha dan beban- beban perkoperasian harus disajikan terpisah dalam laporan perhitungan hasil
usaha PSAK No. 27, par.72. c.
Laporan Arus Kas Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Setara
kas cash equivalent adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa
menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan PSAK No.1, par. 05.
Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, dan saldo akhir kas pada
periode tertentu PSAK No. 27, par. 78. Penyajian laporan arus kas terdiri dari tiga kategori, yaitu kas yang
berasal dari digunakan untuk kegiatan operasional, kas yang berasal dari digunakan untuk kegiatan investasi, kas yang berasal dari digunakan untuk
kegiatan pembiayaan Sofyan Syafri Harahap, 2002: 93 – 94. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan
perusahaan principal revenue-producing activities dan aktivtas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Aktivitas
investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Aktivitas pendanaan financing adalah
aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan PSAK No.1, par. 05.
Tujuan menyajikan laporan arus kas adalah memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dari
suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Laporan ini akan membantu para pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam memasukkan kas di masa yang akan datang, menilai kemampuan perusahaan untuk menilai alasan-alasan perbedaan antara laba bersih dan
dikaitkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas, serta menilai pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi keuangan lainnya terhadap
posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu Sofyan Syafri Harahap, 2001: 243 – 244.
d. Laporan Promosi Ekonomi Anggota
Menurut IAI dalam PSAK No. 27 par.80, laporan promosi ekonomi anggota adalah laporan yang memperlihatkan manfaat ekonomi yang
diperoleh anggota koperasi selama satu tahun tertentu. Laporan promosi ekonomi anggota mencakup empat unsur, yaitu:
1 Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama.
2 Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan bersama.
3 Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi.
4 Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian sisa hasil usaha.
Manfaat tersebut mencakup manfaat yang diperoleh selama satu tahun berjalan dari transaksi pelayanan yang dilakukan koperasi untuk anggota dan
manfaat yang diperoleh pada akhir tahun buku dari pembagian sisa hasil usaha tahun berjalan. Laporan promosi ekonomi anggota ini disesuaikan dengan
jenis koperasi dan usaha yang dijalankannya PSAK No. 27, par. 81. e.
Catatan Atas Laporan Keuangan PSAK No. 27 par.83 menyatakan bahwa catatan atas laporan
keuangan menyajikan pengungkapan disclosures yang memuat: 1
Perlakuan akuntansi, antara lain mengenai: a
Pengakuan pendapatan dan beban sehubungan dengan transaksi koperasi dengan anggota dan non-anggota.
b Kebijakan akuntansi tentang aktiva tetap, penilaian persediaan,
piutang, dan sebagainya. c
Dasar penetapan harga pelayanan kepada anggota dan non-anggota. 2
Pengungkapan informasi lain, antara lain: a
Kegiatan atau pelayanan utama koperasi kepada anggota baik yang tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga maupun
dalam praktik, atau yang telah dicapai oleh koperasi. b
Aktivitas koperasi dalam pengembangan sumber daya dan mempromosikan usaha ekonomi anggota, pendidikan dan pelatihan
perkoperasian, usaha, manajemen yang diselenggarakan untuk anggota dan penciptaan lapangan usaha baru untuk anggota.
c Ikatan atau kewajiban bersyarat yang timbul dan transaksi koperasi
dengan anggota dan non-anggota. d
Pengklasifikasian piutang dan hutang yang timbul dari transaksi koperasi dengan anggota dan non-anggota.
e Pembatasan penggunaan dan risiko atas aktiva tetap yang diperoleh
atas dasar hibah atau sumbangan. f
Aktiva yang dioperasikan oleh koperasi tetapi bukan milik koperasi. g
Aktiva yang diperoleh secara hibah dalam bentuk pengalihan saham dari perusahaan swasta.
h Pembagian sisa hasil usaha dan penggunaan cadangan.
i Hak dan tanggungan pemodal modal penyertaan.
j Penyelenggaraan rapat anggota, dan keputusan-keputusan penting
yang berpengaruh terhadap perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan.
2.4 Analisis Realisasi Terhadap Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Koperasi Tahun 2005