Analisis Data .1 Deskriptif Persentase DP
4.1.2 Analisis Data 4.1.2.1 Deskriptif Persentase DP
Analisis deskriptif persentase digunakan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi
yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang. Berikut ini disajikan hasil perhitungan skor deskriptif persentase kelengkapan pengungkapan wajib
laporan keuangan koperasi tahun 2004: Tabel 4.4 Skor Deskriptif Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib
Laporan Keuangan Koperasi yang Terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang Tahun 2004
Skor yang Diungkapkan Skor
Ideal No. Nama
Koperasi Neraca PHU LPEA LAK CALK
Total Persentase
1 Bina Eka Karsa 10
4 7
21 61
34.43 2 Bina
Sejahtera 13
61 47.54
9 7
29 3 Dispertan
13 6
2 6
27 61
44.26 4
Dwija Makmur
9 7
16 61
26.23 5 Dwija
Mulya 10
5 7
22 61
36.07 6 Kanasritex
13 8
7 28
61 45.90
7 Kanigara 16
9 3
7 35
61 57.38
8 Karya Makmur
9 5
4 18
61 29.51
9 Kendali Harta
19 11
7 37
61 60.66
10 Kop. Kebun 10
7 7
24 61
39.34 11 KPPDK
13 6
5 24
61 39.34
12 Pelita 14
7 6
27 61
44.26 13 Poli Kusuma
14 9
7 30
61 49.18
14 Puspa Kencana 16
10 3
29 61
47.54 15 SWA
13 7
6 26
61 42.62
16 Sejahtera
10 4
6 20
61 32.79
Total 202
107 5
99 413
677.05 Rata-Rata
12.63 6.7
0.31 6.19
25.81 42.32
Max 19
11 5
7 37
60.66 Min
9 3
16 26.23
Rata-rata skor tingkat kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang tahun
2004 sebesar 42,32 yang diperoleh dari hasil pembagian antara jumlah rata- rata skor yang diungkapkan sebesar 25,81 dengan jumlah skor ideal sebesar
61. Di bawah ini merupakan penjelasan dari rata-rata komponen laporan keuangan yang diungkapkan:
a. Ditinjau dari pengungkapan neraca, skor yang seharusnya diungkapkan
adalah 28, sedangkan rata-rata skor yang diungkapkan sebanyak 12,63 yang diperoleh dari hasil bagi antara jumlah skor neraca yang
diungkapkan sebesar 202 dengan jumlah koperasi 16. Batasan pengungkapan neraca tertinggi sebesar 19 dan terendah 9 item.
b. Ditinjau dari pengungkapan perhitungan hasil usaha, skor yang
seharusnya diungkapkan adalah 13, sedangkan rata-rata skor yang diungkapkan sebanyak 6,7 yang diperoleh dari hasil bagi antara jumlah
skor perhitungan hasil usaha yang diungkapkan sebesar 107 dengan jumlah koperasi 16. Batasan pengungkapan perhitungan hasil usaha
tertinggi sebesar 11 dan terendah 0 item. c.
Ditinjau dari pengungkapan laporan promosi ekonomi anggota, rata-rata skor yang diungkapkan sebanyak 0, sedangkan skor yang seharusnya
diungkapkan adalah 4. d.
Ditinjau dari pengungkapan laporan arus kas, skor yang seharusnya diungkapkan adalah 3, sedangkan rata-rata skor yang diungkapkan
sebanyak 0,31 yang diperoleh dari hasil bagi antara jumlah skor laporan arus kas yang diungkapkan sebesar 5 dengan jumlah koperasi 16. Batasan
pengungkapan laporan arus kas tertinggi sebesar 5 dan terendah 0 item. e.
Ditinjau dari pengungkapan catatan atas laporan keuangan, skor yang seharusnya diungkapkan adalah 13, sedangkan rata-rata skor yang
diungkapkan sebanyak 6,19 yang diperoleh dari hasil bagi antara jumlah skor catatan atas laporan keuangan yang diungkapkan sebesar 99 dengan
jumlah koperasi 16. Batasan pengungkapan catatan atas laporan keuangan tertinggi sebesar 7 dan terendah 3 item.
Berdasarkan pengungkapan komponen laporan keuangan tersebut, dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah skor yang diungkapkan hanya 25,81,
sedangkan jumlah skor yang seharusnya diungkapkan adalah 61. Hal ini tidak sesuai dengan standar item kelengkapan yang seharusnya diungkap yaitu
sebanyak 61 item. Koperasi yang memiliki tingkat kelengkapan pengungkapan wajib
laporan keuangan di atas rata-rata sebanyak 9 koperasi dengan rincian 2 KPRI dan 7 koperasi karyawan, sedangkan untuk koperasi yang memiliki tingkat
kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan di bawah rata-rata sebanyak 7 koperasi, dengan rincian 5 KPRI dan sisanya 2 koperasi
karyawan. Rata-rata kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan
koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab.Semarang pada tahun 2004
sebesar 42,32, kelengkapan pengungkapan wajib yang tertinggi dicapai oleh koperasi Kendali Harta yaitu sebesar 60,66, sedangkan yang terendah pada
KPRI Dwija Makmur yaitu sebesar 26,23. Pada tahun 2005, hasil perhitungan skor deskriptif persentase
kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi adalah:
Tabel 4.5 Skor Deskriptif Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Koperasi Tahun 2005
Skor No. Nama
Koperasi Neraca PHU LPEA LAK CALK Total Skor
Ideal Persentase 1 Bina Eka Karsa
10 6
3 7
26 61
42.62 2 Bina
Sejahtera 14
8 7
29 61
47.54 3 Dispertan
14 7
2 6
29 61
47.54 4
Dwija Makmur
9 7
16 61
26.23 5 Dwija
Mulya 10
5 7
22 61
36.07 6 Kanasritex
16 7
7 30
61 49.18
7 Kanigara 17
9 3
7 36
61 59.02
8 Karya Makmur
12 4
7 23
61 37.70
9 Kendali Harta
21 9
7 37
61 60.66
10 Kop. Kebun 10
7 7
24 61
39.34 11 KPPDK
12 6
7 25
61 40.98
12 Pelita 14
9 7
30 61
49.18 13 Poli Kusuma
14 9
7 30
61 49.18
14 Puspa Kencana 17
10 6
33 61
54.10 15 SWA
16 7
7 30
61 49.18
16 Sejahtera 10
5 6
21 61
34.43 Total
216 108
8 109
441 722.95
Rata-Rata 13.50
6.8 0.50
6.81 27.56 45.18
Max 21
10 3
7 37
60,66 Min
9 6
16 26,23
Rata-rata skor tingkat kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang tahun
2005 sebesar 45,18 yang diperoleh dari hasil pembagian antara jumlah rata- rata skor yang diungkapkan sebesar 27,56 dengan jumlah skor ideal sebesar
61. Di bawah ini merupakan penjelasan dari rata-rata komponen laporan keuangan yang diungkapkan:
a. Ditinjau dari penyajian neraca, skor ideal untuk neraca adalah 28,
sedangkan rata-rata skor yang diungkapkan sebanyak 13,5 yang diperoleh dari hasil bagi antara jumlah skor neraca yang diungkapkan sebesar 216
dengan jumlah koperasi 16. Batasan pengungkapan neraca tertinggi sebesar 21 dan terendah 9 item.
b. Ditinjau dari penyajian perhitungan hasil usaha, skor ideal untuk
perhitungan hasil usaha adalah 13, sedangkan rata-rata skor yang diungkapkan sebanyak 6,8 yang diperoleh dari hasil bagi antara jumlah
skor perhitungan hasil usaha yang diungkapkan sebesar 108 dengan jumlah koperasi 16. Batasan pengungkapan perhitungan hasil usaha
tertinggi sebesar 10 dan terendah 0 item. c.
Ditinjau dari penyajian laporan promosi ekonomi anggota, rata-rata skor yang diungkapkan sebanyak 0, sedangkan skor ideal untuk laporan
promosi ekonomi anggota adalah 4. d.
Ditinjau dari penyajian laporan arus kas, skor ideal untuk laporan arus kas adalah 3, sedangkan rata-rata skor yang diungkapkan sebanyak 0,5 yang
diperoleh dari hasil bagi antara jumlah skor laporan arus kas yang
diungkapkan sebesar 8 dengan jumlah koperasi 16. Batasan pengungkapan laporan arus kas tertinggi sebesar 3 dan terendah 0 item.
e. Ditinjau dari penyajian catatan atas laporan keuangan, skor ideal untuk
catatan atas laporan keuangan adalah 13, sedangkan rata-rata skor yang diungkapkan sebanyak 6,81 yang diperoleh dari hasil bagi antara jumlah
skor catatan atas laporan keuangan yang diungkapkan sebesar 109 dengan jumlah koperasi 16. Batasan pengungkapan catatan atas laporan keuangan
tertinggi sebesar 7 dan terendah 6 item. Berdasarkan penyajian komponen laporan keuangan tersebut di atas,
dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah skor yang diungkapkan hanya 27,56; sedangkan jumlah skor yang seharusnya diungkapkan adalah 61. Hal ini tidak
sesuai dengan standar item kelengkapan yang seharusnya diungkap yaitu sebanyak 61 item.
Koperasi yang memiliki tingkat kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan di atas rata-rata sebanyak 9 koperasi dengan rincian 2 KPRI
dan 7 koperasi karyawan, sedangkan untuk koperasi yang memiliki tingkat kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan di bawah rata-rata
sebanyak 7 koperasi, dengan rincian 5 KPRI dan sisanya 2 koperasi karyawan.
Rata-rata kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang pada tahun 2005
sebesar 45,18, kelengkapan pengungkapan wajib yang tertinggi dicapai oleh
koperasi Kendali Harta yaitu sebesar 60,66, sedangkan yang terendah pada
KPRI Dwija Makmur yaitu sebesar 26,23.
Berikut ini disajikan tabel rata-rata perbedaan pengungkapan komponen laporan keuangan tahun 2004 dan 2005.
Tabel 4.6 Rata-Rata Perbedaan Pengungkapan Komponen Laporan Keuangan Tahun 2004 dan 2005.
Tahun No Komponen
2004 2005 Perbedaan
Naik Turun 1 Neraca
12,63 13,5 0,87
2 Perhitungan
Hasil Usaha
6,7 6,8 0,1
3 Laporan Promosi Ekonomi Anggota
4 Laporan Arus Kas
0,31 0,5
0,19 5
Catatan atas laporan keuangan 6,19
6,81 0,62
Total 25,81
27,56 1,78
Berdasar tabel rata-rata perbedaan pengungkapan komponen laporan keuangan tahun 2004 dan 2005 tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan sebagai berikut: a.
Neraca Pada tahun 2004 rata-rata pengungkapan item neraca sebesar 12,63 item,
sedangkan pada tahun 2005 sebesar 13,5 item yang berarti rata-rata pengungkapan item neraca tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 0,87
item. b.
Perhitungan Hasil Usaha Pada tahun 2004 rata-rata pengungkapan item perhitungan hasil usaha
sebesar 6,7 item, sedangkan pada tahun 2005 sebesar 6,8 item yang
berarti rata-rata pengungkapan item perhitungan hasil usaha tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 0,1 item.
c. Laporan Promosi Ekonomi Anggota
Pada tahun 2004 rata-rata pengungkapan item laporan promosi ekonomi anggota sebesar 0 item, sedangkan pada tahun 2005 sebesar 0 item yang
berarti tidak ada perubahan pengungkapan. d.
Laporan Arus Kas Pada tahun 2004 rata-rata pengungkapan item laporan arus kas sebesar
0,31 item, sedangkan pada tahun 2005 sebesar 0,5 item yang berarti rata- rata pengungkapan item laporan arus kas tahun 2005 mengalami kenaikan
sebesar 0,19 item. e.
Catatan atas laporan keuangan Pada tahun 2004 rata-rata pengungkapan item catatan atas laporan
keuangan sebesar 6,19 item, sedangkan pada tahun 2005 sebesar 6,81 item yang berarti rata-rata pengungkapan item catatan atas laporan
keuangan tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 0,62 item.
4.1.2.2 Uji Signifikansi dengan menggunakan t-tes Tabel 4.7 Persiapan Menentukan Perbedaan dengan Rumus t-tes
No Nama Koperasi
Skor 2004
Skor 2005
Nilai Beda D
Beda Kuadrat D
2
1 Bina Eka Karsa 21
26 5
25 2 Bina
Sejahtera 29 29
3 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. 27
29 2
4 4 Dwija
Makmur 16 16
5 Dwija Mulya
22 22 6 Kanasritex
28 30 2
4 7 Kanigara
35 36 1
1 8 Karya
Makmur 18 23
5 25
9 Kendali Harta
37 37 10 Kop. Kebun Prop. Jateng
24 24
11 KPPDK Lapas Ambarawa 24
25 1
1 12 Pelita
27 30
3 9
13 Poli Kusuma 30
30 14 Puspa Kencana
29 33
4 16
15 Santi Warga Abhipraya 26
30 4
16 16 Sejahtera
20 21
1 1
Total ∑
28 102
∑
= n
D D
: D = 28 : 16 = 1,75
Berdasarkan tabel yang disajikan tersebut di atas, maka dapat dihitung harga t
dengan rumus yang telah dikemukakan :
1
2 2
− −
=
∑ ∑
N N
N D
D D
t
1 16
16 16
28 102
75 ,
1
2
− −
= t
240 53
75 ,
1 =
t
t = 3,7242 Hasil perhitungan rumus t-tes diperoleh harga t hitung 3,7242. Derajat
kebebasan d.b. untuk penggunaan rumus ini adalah N-1, sehingga untuk perhitungan ini d.b. = 16-1 = 15, jadi harga t tabel untuk taraf signifikan
5.sebesar 1,753. Perhitungan tersebut memberikan pengertian bahwa t hitung lebih besar
dari t tabel yaitu 3,7242 1,753 maka hipotesis kerja H
A
yang menyatakan bahwa ada perbedaan kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan
koperasi antara tahun 2004 dengan tahun 2005 diterima atau menolak hipotesis nol H
yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi antara tahun 2004 dengan
tahun 2005.