Studi Komparatif Tentang Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Koperasi yang Terdaftar di Dinkop dan UKM Kabupaten Semarang Antara Tahun 2004 Dengan 2005”.

(1)

STUDI KOMPARATIF TENTANG KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN WAJIB LAPORAN KEUANGAN KOPERASI YANG TERDAFTAR DI

DINKOP DAN UKM KABUPATEN SEMARANG ANTARA TAHUN 2004 DENGAN 2005

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka Penyelesaian Studi Strata 1 untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Nama : Lucky Permana NIM : 3351401115 Jurusan : Akuntansi S1 Fakultas : Ekonomi

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007


(2)

skripsi pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si Dra. Margunani, M.P.

NIP. 130515747 NIP. 131570076

Mengetahui; Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Sukirman, M.Si NIP. 131967646


(3)

Universitas Negeri Semarang (UNNES).

Pada hari : Tanggal :

Panitia Ujian Penguji

Drs. Fachrurrozie, M.Si NIP. 131813667

Anggota I Anggota II

Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si Dra. Margunani, M.P.

NIP. 130515747 NIP. 131570076

Mengetahui; Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. Agus Wahyudin, M.Si. NIP.131658236


(4)

sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan. Pendapat maupun temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, September 2007

Lucky Permana .

NIM.3351401115


(5)

Ï Ab Love Principium

“Marilah kita mulai dengan yang paling penting” Ï Fide et sedulites

“Dengan kepercayaan akan timbul ketekunan” Ï Experientia docent sapientiam

“Melalui pengalaman kita dapat menjadi bijaksana”

PERSEMBAHAN :

Í Ibu dan Bapak tercinta yang selalu memberi kasih sayang, motivasi dan mendo’akan penulis tanpa henti-hentinya.

Í Adikku Citra yang kusayangi

Í Teman-teman seperjuangan yang selalu memotivasi supaya terus lebih maju

Í Almamater. v


(6)

berkat rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “STUDI KOMPARATIF TENTANG KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN WAJIB LAPORAN KEUANGAN KOPERASI YANG TERDAFTAR DI DINKOP DAN UKM KABUPATEN SEMARANG ANTARA TAHUN 2004 DENGAN 2005”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Unnes. 2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi. 3. Drs. Sukirman, M.Si., Ketua Jurusan Akuntansi. 4. Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si., selaku Pembimbing I. 5. Dra. Margunani, M.P., selaku Pembimbing II. 6. Drs. Fachrurrozie, M.Si, selaku Penguji.

7. Pimpinan Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kab. Semarang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mendapatkan data penelitian. 8. Manajer masing-masing koperasi yang telah memberikan izin kepada penulis

untuk melaksanakan penelitian, serta segenap karyawan atas bantuannya dalam mendapatkan data-data penelitian.


(7)

Semarang, September 2007

Lucky Permana .

NIM.3351401115


(8)

Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si. Dra. Margunani, M.P.

Kata Kunci : Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan; Realisasi Rencana Kegiatan, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi.

Rata-rata kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan tahun 2003 sebesar 41,60%. Hal ini tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 Tahun 1999 tentang akuntansi perkoperasian yang menetapkan bahwa terdapat 61 item yang minimum diungkapkan dalam laporan keuangan, kemudian bagaimanakah tingkat kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi pada tahun 2004 dan tahun 2005, apakah ada perbedaan kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi di Kabupaten Semarang antara tahun 2004 dengan tahun 2005, serta bagaimanakah analisis realisasi terhadap rencana kegiatan dan anggaran koperasi (RK dan RAPB) tahun 2005.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi di Kabupaten Semarang tahun 2004 dan 2005, untuk mengetahui seberapa besar perbedaan kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi tahun 2004 dengan tahun 2005, kemudian untuk mengetahui realisasi terhadap rencana kegiatan dan anggaran koperasi tahun 2005.

Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan koperasi di Kabupaten Semarang yang berjumlah 48 Koperasi, dengan rincian 7 KPRI dan 9 Koperasi Karyawan (KOPKAR). Oleh karena penelitian ini hanya meneliti koperasi yang menyerahkan laporan RAT ke Dinas Koperasi dan UKM Kab. Semarang, maka penelitian ini menggunakan metode sampling bersyarat (conditional sampling). Variabel dalam penelitian ini adalah variabel sejenis, yaitu kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi di Kabupaten Semarang antara tahun 2004 dengan 2005 yang didasarkan pada kriteria kelengkapan neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota, dan catatan atas laporan keuangan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, dokumentasi, dan Interview. Metode analisis yang digunakan berupa deskriptif persentase, dan uji t-tes.

Hasil perhitungan deskriptif persentase tingkat kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi di Kabupaten Semarang tahun 2004 sebesar 42,32% dan tahun 2005 sebesar 45,18%, yang berarti tingkat kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi di Kabupaten Semarang tahun 2005 lebih tinggi


(9)

menyajikan. Realisasi Rencana Anggaran Pendapatan disajikan oleh 15 koperasi, dengan perincian 13 koperasi merealisasikan pendapatan yang lebih besar dari rencana, 2 koperasi memperoleh pendapatan yang di bawah target dari rencana pendapatan, sedangkan 1 koperasi tidak menyajikan. Realisasi Rencana Anggaran Biaya disajikan oleh 15 koperasi, dengan perincian 3 koperasi merealisasikan anggaran biaya yang sangat efektif dan efisien, 3 koperasi merealisasikan anggaran biaya yang relatif efektif dan efisien, 2 koperasi merealisasikan anggaran biaya yang tidak efektif dan efisien, kemudian 7 koperasi yang merealisasikan anggaran biaya yang sangat tidak efektif dan efisien, sedangkan 1 koperasi lain tidak menyajikan. Realisasi SHU disajikan oleh 14 koperasi, dengan perincian 12 koperasi mampu memperoleh SHU yang melebihi target, dan 2 koperasi yang tidak berhasil mencapai target. Sedangkan 2 koperasi lain tidak menyajikan rencana perhitungan SHU.


(10)

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Dan Perumusan Masalah ... 9

1.3. Penegasan Istilah ... 10

1.4. Tujuan Penelitian ... 11

1.5. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1. Laporan Keuangan Koperasi ... 12

2.1.1 Tujuan Laporan Keuangan Koperasi ... 14

2.1.2 Karakteristik Laporan Keuangan Koperasi ... 16


(11)

2.2. Standar Akuntansi Keuangan Koperasi ... 21

2.3. Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan ... 35

2.4 Analisis Realisasi Terhadap Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Koperasi Tahun 2005 ... 45

2.5. Kerangka Berpikir ... 47

2.6. Hipotesis Penelitian ... 51

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Populasi Penelitian ... 52

3.2. Sampel Penelitian ... 52

3.3. Variabel Penelitian ... 53

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 55

3.4.1 Observasi ... 55

3.4.2 Dokumentasi ... 56

3.4.3 Interview ... 56

3.5. Metode Analisis Data ... 56

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 60

4.1.1 Karakteristik Koperasi di Kab. Semarang ... 60

4.1.1.1 Perangkat Organisasi Koperasi di Kab. Semarang ... 60


(12)

4.1.2.1 Deskriptif Persentase (DP) ... 66

4.1.2.2 Uji Signifikansi dengan menggunakan t-tes ... 74

4.1.3 Analisis Realisasi Terhadap Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Koperasi ... 76

4.1.3.1 Realisasi Rencana Kegiatan (RK) dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi (RAPB) Tahun 2005 ... 76

4.1.3.2 Realisasi Anggaran Pendapatan Koperasi ... 78

4.1.3.3 Realisasi Anggaran Biaya Koperasi ... 82

4.1.3.4 Realisasi Sisa Hasil Usaha Koperasi ... 85

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 88

4.2.1 Alasan mengapa rata-rata skor tingkat kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang tahun 2004 dan 2005 tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan ... 88

4.2.2 Uji Signifikansi t-tes ... 93

4.2.3 Analisis Realisasi Terhadap Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Koperasi ... 93


(13)

4.2.3.2 Realisasi Anggaran Pendapatan Koperasi ... 95

4.2.3.3 Realisasi Anggaran Biaya Koperasi ... 97

4.2.3.4 Realisasi Sisa Hasil Usaha Koperasi ... 98

BAB V. PENUTUP 5.1 Simpulan ... 100

5.2 Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104

LAMPIRAN ... 106


(14)

Keuangan Koperasi yang Terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang Tahun 2003 ... 6 2. Tabel 3.1 Daftar Koperasi di Kabupaten Semarang ... 53 3. Tabel 4.1 Pelaksanaan Rapat Anggota Koperasi yang Terdaftar di Dinkop

dan UKM Kab. Semarang ... 61 4. Tabel 4.2 Pengurus, pengawas, dan karyawan koperasi yang Terdaftar di

Dinkop dan UKM Kab. Semarang ... 63 4. Tabel 4.3 Bidang Usaha Koperasi... 65 5. Tabel 4.4 Skor Deskriptif Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib

Laporan Keuangan Koperasi yang Terdaftar di Dinkop dan UKM Kab.

Semarang Tahun 2004 ... 66 6. Tabel 4.5 Skor Deskriptif Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib

Laporan Keuangan Koperasi Tahun 2005 ... 69 7. Tabel 4.6 Rata-rata Perbedaan Pengungkapan Komponen Laporan

Keuangan Tahun 2004 dan 2005 ... 72 11. Tabel 4.7 Persiapan Menentukan Perbedaan dengan Rumus t-tes ... 74 12. Tabel 4.8 Ketentuan penilaian realisasi RK dan RAPB... 76 13. Tabel 4.9 Perhitungan dan Penilaian Realisasi RK dan RAPB Tahun 2005 .. 77 14. Tabel 4.10 Ketentuan penilaian realisasi anggaran pendapatan koperasi ... 79


(15)

16. Tabel 4.14 Perhitungan anggaran biaya koperasi tahun 2005... 83

17. Tabel 4.15 Penilaian anggaran biaya koperasi tahun 2005 ... 84

18. Tabel 4.16 Ketentuan penilaian realisasi sisa hasil usaha koperasi ... 85

19. Tabel 4.17 Perhitungan realisasi SHU koperasi tahun 2005... 86

20. Tabel 4.18 Penilaian realisasi SHU koperasi tahun 2005 ... 87


(16)

tahun 2005... 107 2. Skor Deskriptif Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib

Laporan Keuangan Koperasi di Kabupaten Semarang Tahun 2003 ... 108 3. Skor Deskriptif Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib

Laporan Keuangan Koperasi di Kabupaten Semarang Tahun 2004... 114 4. Skor Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan

Koperasi di Kabupaten Semarang Tahun 2004 ... 119 5. Skor Deskriptif Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib

Laporan Keuangan Koperasi di Kabupaten Semarang Tahun 2005... 120 6. Skor Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan

Koperasi di Kabupaten Semarang Tahun 2005 ... 125 7. Daftar Item Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan

Koperasi Berdasarkan PSAK No. 27 Tahun 1999 Tentang Perkoperasian ... 126


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perekonomian di Indonesia dikenal dengan adanya tiga pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi tersebut terdiri dari; Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sektor swasta, dan koperasi. Kondisi usaha BUMN, swasta, dan koperasi, serta pengembangan perekonomian yang sehat dapat menyebabkan pemerataan kesejahteraan rakyat sehingga mampu menunjang pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Pasal 1 ayat (1), Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Menurut IAI (2004) dalam PSAK No. 27 Tentang Akuntansi Perkoperasian, dijelaskan bahwa koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional.


(18)

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 2 menyatakan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan. Selanjutnya dalam Pasal 3, koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Koperasi memiliki andil besar dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan demokrasi ekonomi. Pembangunan dan perkembangan koperasi harus selaras dengan strategi yang bersifat mikro, selain tugas utamanya yaitu melayani anggota. Di samping itu juga sebagai alat kebijaksanaan ekonomi dan pembangunan pemerintah yang dipadukan dalam kegiatan dan kebijaksanaan melalui koordinasi, integrasi dan sinkronisasi yang baik. Namun, koperasi lebih mengutamakan pelayanan kebutuhan anggota dan masyarakat daripada memperoleh keuntungan yang besar.

Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) adalah suatu badan usaha koperasi yang beranggotakan para pegawai negeri, sedangkan koperasi karyawan adalah suatu badan usaha koperasi yang beranggotakan para karyawan perusahaan atau badan usaha. Koperasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggotanya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu informasi yang bermanfaat bagi pemakai adalah informasi yang dihasilkan oleh akuntansi.


(19)

Proses akuntansi yaitu pengidentifikasian dan pengukuran data yang relevan bagi pengambilan suatu keputusan, pemrosesan data yang bersangkutan dan penyajian informasi kepada pemakai laporan. Hasil dari proses akuntansi adalah laporan keuangan, yang dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan informasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas tersebut.

Berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (2002: 4-5) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dikendalikan, struktur dan kinerja keuangan, serta kemampuan beradaptasi terhadap pengaruh lingkungan. Informasi kinerja perusahaan, diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan pada masa yang akan datang. Informasi perubahan keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan. Agar hal tersebut dapat dicapai diperlukan suatu pengungkapan yang jelas mengenai data akuntansi dan informasi lain yang relevan (Chariri dan Ghozali, 2003: 235).

Laporan keuangan merupakan alat utama para manajer untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Menurut Standar Akuntansi Keuangan


(20)

tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Kualitas merupakan atribut penting dalam penyampaian suatu informasi akuntansi. Salah satu tolak ukur kualitas pengungkapan adalah luas pengungkapan. Ada tiga konsep mengenai luas pengungkapan laporan keuangan yaitu adequate, fair, dan full disclosure. Konsep yang paling sering dipraktikkan adalah adequate disclosure (pengungkapan yang cukup) yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku dimana pada tingkat ini investor dapat menginterpretasikan angka-angka dalam laporan keuangan. Konsep fair disclosure (pengungkapan jujur) mengandung sasaran etis dengan menyediakan informasi yang layak terhadap investor potensial, sedangkan full

disclosure (pengungkapan penuh) merupakan pengungkapan atas semua

informasi yang relevan. Terlalu banyak infomasi akan membahayakan karena penyajian rincian yang tidak penting justru akan mengaburkan informasi yang signifikan dan membuat laporan keuangan tersebut sulit dipahami. Oleh karena itu, pengungkapan yang tepat mengenai informasi yang penting bagi para investor dan pihak lainnya hendaknya bersifat cukup, wajar, dan lengkap (Chariri dan Ghozali, 2003: 235).

Menurut Ghozali dan Chariri (2003:247) informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).


(21)

Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan tentang informasi yang diharuskan oleh peraturan yang telah ditetapkan oleh badan otoriter (SAK oleh IAI). Pengungkapan sukarela adalah informasi yang tidak diwajibkan oleh suatu peraturan yang berlaku, tetapi diungkapkan karena dipandang relevan dengan kebutuhan pemakai tahunan.

Pengungkapan wajib laporan keuangan di Indonesia ditetapkan oleh IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), dalam hal ini PSAK No. 27 Tahun 1999 tentang akuntansi perkoperasian yang berisi pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan koperasi. Kriteria kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan menurut PSAK No. 27 Tahun 1999 terdapat 61 item yang minimum diungkapkan dalam laporan keuangan yang terdiri dari; neraca yang meliputi aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva lain-lain, kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang, dan ekuitas; perhitungan hasil usaha meliputi partisipasi anggota, pendapatan dari non-anggota, dan beban operasi; laporan arus kas meliputi arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, dan arus kas dari aktivitas pendanaan; laporan promosi ekonomi anggota meliputi manfaat ekonomi dari pembelian/pengadaan jasa bersama, manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengelolaan bersama, manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi, dan manfaat ekonomi dalam bentuk SHU; catatan atas laporan keuangan meliputi perlakuan akuntansi, dan pengungkapan informasi lainnya.


(22)

Berlakunya PSAK No. 27 tentang perkoperasian tersebut, ternyata belum sepenuhnya dilaksanakan oleh KPRI dan Koperasi Karyawan yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang, hal ini dibuktikan berdasarkan hasil survey sementara, rata-rata kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan tahun 2003 sebesar 41,60%. Berikut ini disajikan tabel skor persentase kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kabupaten Semarang tahun 2003:

Tabel 1.1 Skor Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Koperasi yang Terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang Tahun 2003

Rata-rata kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan tahun 2003 sebesar 41,60% dihitung dari hasil pembagian antara rata-rata total skor sebesar

Skor

No. Nama Koperasi Neraca PHU LPEA LAK CALK Total Persentase

1 Bina Eka Karsa 10 4 0 0 7 21 34.43%

2 Bina Sejahtera 13 9 0 0 6 28 45.90%

3 Dispertan 13 6 0 2 6 27 44.26%

4 Dwija Makmur 9 0 0 0 7 16 26.23%

5 Dwija Mulya 9 4 0 0 7 20 32.79%

6 Kanasritex 13 8 0 0 7 28 45.90%

7 Kanigara 17 7 0 3 7 34 55.74%

8 Karya Makmur 9 5 0 0 4 18 29.51%

9 Kendali Harta 19 11 0 0 7 37 60.66%

10 Kop. Kebun 10 7 0 0 7 24 39.34%

11 KPPDK 12 6 0 0 5 23 37.70%

12 Pelita 14 7 0 0 6 27 44.26%

13 Poli Kusuma 14 7 0 0 7 28 45.90%

14 Puspa Kencana 16 10 0 0 3 29 47.54%

15 SWA 13 7 0 0 6 26 42.62%

16 Sejahtera 10 4 0 0 6 20 32.79%

Total 201 102 0 5 98 406 665.57%


(23)

25,38 dengan jumlah skor yang seharusnya diungkapkan sebesar 61 item, kemudian dikalikan 100%.

Hal ini tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 Tahun 1999 Tentang Akuntansi Perkoperasian. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengurus koperasi masih kurang melakukan keterbukaan informasi kepada para anggota. Padahal dengan lebih lengkapnya pengungkapan wajib laporan keuangannya, maka akan menunjukkan prestasi atau kinerja pengurus koperasi, terutama aspek keuangan koperasi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilaksanakan oleh pengurus atau pertanggungjawaban pengurus atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Penelitian tentang kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan merupakan hal yang menarik untuk dilakukan. Penelitian semacam ini akan memberikan pengetahuan bagi pembuat kebijakan dalam menilai kualitas akuntansi suatu perusahaan. Imhoff (1992) dalam Subiyantoro (1996), menyatakan bahwa tingginya kualitas akuntansi sangat erat hubungannya dengan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dipengaruhi oleh karakteristik suatu perusahaan.

Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah Nomor 129, tanggal 29 Nopember 2002, tentang pedoman klarifikasi koperasi, menetapkan bahwa, terdapat beberapa karakteristik perkoperasian yang meliputi;


(24)

Rencana Kegiatan (RK) dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi (RAPB), Realisasi Anggaran Pendapatan Koperasi, Realisasi Anggaran Biaya Koperasi, serta Realisasi Sisa Hasil Usaha Koperasi.

Berdasarkan uraian tersebut di muka, menjadikan peneliti termotivasi untuk meneliti perbedaan kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang antara tahun 2004 dengan tahun 2005 beserta realisasi RK dan RAPB 2005. Dalam hal ini koperasi yang terdiri dari KPRI dan Koperasi Karyawan (KOPKAR) yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang merupakan badan usaha yang tidak semata-mata berorientasi pada laba (profit oriented), melainkan juga pada aspek manfaat (benefit oriented). Koperasi diharapkan memiliki kemampuan dalam mengelola berbagai informasi khususnya pengungkapan informasi akuntansi, sehingga manajemen atau pengurus dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan seksama.

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan kajian yang mendalam dalam bidang perkoperasian di Indonesia, terutama mengenai kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan. Adapun objek penelitian ini adalah KPRI dan KOPKAR yang terdaftar di Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui perbedaan kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan KPRI dan KOPKAR yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang antara tahun 2004 dengan tahun 2005 beserta analisis realisasi terhadap rencana kegiatan dan anggaran koperasi


(25)

tahun 2005 . Berdasarkan fakta dan hasil penelitian di atas, maka penelitian ini berjudul “Studi Komparatif Tentang Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Koperasi yang Terdaftar di Dinkop dan UKM Kabupaten Semarang Antara Tahun 2004 Dengan 2005”.

1.2. Identifikasi Dan Perumusan Masalah

Setiap koperasi diwajibkan menyampaikan laporan keuangan yang telah diperiksa secara intern oleh Badan Pengawas maupun secara ekstern oleh Kompartemen Akuntan Publik (KAP) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah No.129 / Kep / M / KUKM / XI / 2002 tanggal 29 Nopember 2002. Pengungkapaan informasi laporan keuangan yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku disebut pengungkapan wajib (mandatory disclosure). Salah satu tolak ukur kualitas pengungkapan laporan keuangan adalah luas pengungkapan yang tercermin dalam kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya. Kelengkapan pengungkapan wajib setiap perusahaan berbeda-beda walaupun sudah ada peraturannya yang mengaturnya. Perbedaan ini dapat disebabkan berbedanya karakteristik suatu perusahaan yang berhubungan dengan structure, performance, dan market.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah tingkat kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan KPRI dan KOPKAR pada tahun 2004 dan tahun 2005?


(26)

2. Apakah ada perbedaan kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan KPRI dan KOPKAR di Kab. Semarang antara tahun 2004 dengan tahun 2005?

3. Apabila terjadi perbedaan kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi yang signifikan antara tahun 2004 dengan tahun 2005 tersebut, maka bagaimanakah analisis realisasi terhadap rencana kegiatan dan anggaran koperasi tahun 2005?

1.3. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah penafsiran dari semua pihak, maka terlebih dahulu diberikan penegasan atas istilah - istilah yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Studi Komparatif

Studi Komparatif adalah suatu penelitian melalui cara dan metode membandingkan dengan maksud untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan suatu variabel.

2. Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan

Pengungkapan wajib laporan keuangan merupakan pengungkapan minimum tentang informasi akuntansi yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Sedangkan kelengkapan adalah suatu bentuk kualitas dari informasi akuntansi. Dari Standar Akuntansi Keuangan No. 27 tentang


(27)

Koperasi terdapat 61 item yang minimum diungkapkan dalam laporan keuangan.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai: 1. Ingin mengetahui tingkat kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan

KPRI dan KOPKAR yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang tahun 2004 dan 2005.

2. Ingin mengetahui seberapa besar perbedaan kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan KPRI dan KOPKAR tahun 2004 dengan tahun 2005.

3. Ingin mengetahui realisasi terhadap rencana kegiatan dan anggaran koperasi tahun 2005.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi peneliti, penelitian ini akan menambah wawasan peneliti mengenai

kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan sekaligus mampu mengaplikasikan teori keluasan pengungkapan laporan keuangan yang telah diterima di dunia perkuliahan ke dalam relita yang berkembang di koperasi. 2. Bagi mahasiswa lain, dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu

memberi manfaat sebagai bahan rujukan dalam menelaah kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan dan sekaligus menindaklanjuti penelitian ini.


(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Laporan Keuangan Koperasi

Menurut Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia, yang dimaksud dengan Laporan Keuangan adalah neraca dan perhitungan rugi-laba serta segala keterangan yang dimuat dalam lampirannya, antara lain laporan tentang sumber dan penggunaan dana.

Laporan keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Di samping sebagai informasi, laporan keuangan berperan sebagai pertanggungjawaban atau accountability, laporan keuangan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya. (Sofyan Syafri Harahap, 2002: 7)

Laporan keuangan koperasi merupakan laporan keuangan yang disusun untuk dapat menggambarkan posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas perusahaan secara keseluruhan sebagai pertanggungjawaban pengurus atas pengelolaan keuangan koperasi yang terutama ditujukan kepada anggota koperasi.

Manajemen Koperasi dilakukan secara terbuka terutama untuk anggota-anggotanya. Keterbukaan, dalam hal ini, tidaklah berarti bahwa semua informasi usaha, keuangan, organisasi, dan ketatalaksanaan koperasi dapat diungkapkan


(29)

secara bebas. Keterbukaan manajemen koperasi dititikberatkan pada pelaksanaan fungsi pertanggungjawaban pengurus koperasi. Pengurus bertanggung-jawab dan wajib melaporkan kepada rapat anggota segala sesuatu yang menyangkut tata kehidupan koperasi. Aspek keuangan merupakan salah satu dari aspek-aspek yang tercakup dalam tata kehidupan koperasi.

Laporan keuangan koperasi selain merupakan bagian dari sistem pelaporan keuangan koperasi, juga merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban pengurus tentang tata kehidupan koperasi, sehingga biasa dijadikan sebagai salah satu alat evaluasi kemajuan koperasi (Sitio dan Tamba, 2001: 107).

Ditinjau dari format pelaporan, maka laporan keuangan koperasi sebagai badan usaha, pada dasarnya tidak berbeda dengan laporan keuangan yang dibuat oleh badan usaha lain seperti badan usaha swasta dan badan usaha milik negara. Menurut IAI dalam PSAK No. 27 Tentang Akuntansi Perkoperasian paragraf 74, laporan keuangan koperasi meliputi Neraca, Perhitungan Hasil Usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Promosi Ekonomi Anggota, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Perbedaan yang pertama adalah bahwa perhitungan hasil usaha pada koperasi harus dapat menunjukkan usaha yang berasal dari anggota dan bukan anggota. Alokasi pendapatan dan beban kepada anggota dan bukan anggota pada perhitungan hasil usaha berdasarkan perbandingan manfaat yang diterima oleh


(30)

anggota dan bukan anggota. Metode alokasi pendapatan dan beban harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Perbedaan yang kedua adalah laporan keuangan koperasi bukan merupakan laporan keuangan konsolidasi dari koperasi-koperasi. Apabila terjadi penggabungan dua atau lebih koperasi menjadi satu badan hukum koperasi, maka dalam penggabungan tersebut perlu memperhatikan nilai aktiva bersih yang riil dan penilaian kembali.

2.1.1. Tujuan Laporan Keuangan Koperasi

Menurut IAI dalam PSAK tentang Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu dan tidak diwajibkan informasi non keuangan.

Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah


(31)

dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ekonomi ini misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan dan keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Menurut Sitio dan Tamba (2001: 108), laporan keuangan koperasi dapat menyediakan informasi yang berguna bagi pemakai untuk :

1. Mengetahui manfaat yang diperoleh dengan menjadi anggota koperasi. 2. Mengetahui prestasi keuangan koperasi selama suatu periode dengan

sisa hasil usaha dan manfaat keanggotaan koperasi sebagai ukuran. 3. Mengetahui sumber daya ekonomis yang dimiliki koperasi, kewajiban

dan kekayaan bersih, dengan pemisahan antara yang berkaitan dengan anggota dan non-anggota.

4. Mengetahui transaksi, kejadian dan keadaan yang mengubah sumber daya ekonomis, kewajiban dan kekayaan bersih, dalam suatu periode, dengan pemisahan antara yang berkaitan dengan anggota dan yang non- anggota.

5. Mengetahui informasi penting lainnya yang mungkin mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas koperasi.


(32)

2.1.2. Karakteristik Laporan Keuangan Koperasi

Sitio dan Tamba (2001: 109 – 110) mengungkapkan karakteristik laporan keuangan koperasi sebagai berikut:

1. Laporan keuangan koperasi merupakan bagian dari pertanggung-jawaban pengurus kepada para anggotanya di dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT).

2. Laporan keuangan koperasi meliputi neraca atau laporan posisi keuangan, laporan sisa hasil usaha dan laporan arus kas yang penyajiannya dilakukan secara komparatif.

3. Laporan keuangan yang disampaikan pada RAT harus ditandatangani oleh semua anggota pengurus koperasi (UU No. 25 Tahun 1992, Pasal 36 Ayat 1).

4. Laporan laba-rugi menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha (UU No. 25 Tahun 1992, Pasal 45).

5. SHU yang berasal dari transaksi anggota maupun non-anggota didistribusikan sesuai dengan komponen-komponen pembagian SHU yang telah diatur dalam AD atau ART koperasi.

6. Laporan keuangan koperasi bukan merupakan laporan keuangan konsolidasi dari koperasi-koperasi.

7. Posisi keuangan koperasi tercermin pada neraca, sedangkan sisa hasil usaha tercermin pada perhitungan hasil usaha.


(33)

8. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh koperasi dapat menyajikan hak dan kewajiban anggota beserta hasil dari dan untuk anggota, di samping yang berasal dari bukan anggota.

9. Alokasi pendapatan dan beban pada perhitungan hasil usaha kepada anggota dan bukan anggota, berpedoman pada perbandingan manfaat yang diterima oleh anggota dan bukan anggota.

10.Modal koperasi yang dibukukan terdiri dari simpanan-simpanan, pinjaman-pinjaman dan penyisihan dari hasil usahanya termasuk cadangan serta sumber-sumber lain.

11.Pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan penyusutan-penyusutan dan beban-beban dari tahun buku yang bersangkutan disebut sebagai sisa hasil usaha.

12.Keanggotaan atau kepemilikan pada koperasi tidak dapat dipindahtangankan dengan dalih apapun.

2.1.3. Pengguna Laporan Keuangan Koperasi

Pihak yang membutuhkan pengungkapan informasi akuntansi koperasi meliputi pengurus, anggota, kreditor, serta instansi pemerintah (Sitio dan Tamba, 2001: 107) terdiri dari :

1. Pengurus

Pengurus membutuhkan informasi yang dihasilkan akuntansi untuk menjalankan fungsinya dengan baik, yaitu dalam menyusun rencana dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana yang telah disusun.


(34)

2. Anggota

Anggota yang menyetorkan simpanannya di dalam suatu koperasi bertujuan untuk memperoleh manfaat tertentu yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonominya. Oleh karena itu sebelum menjadi anggota, seorang anggota koperasi perlu mengevaluasi kondisi koperasi dengan jalan mempelajari laporan keuangan tersebut.

3. Kreditur

Kreditur berkepentingan dengan laporan keuangan koperasi untuk menentukan kelayakan pemberian kredit pada koperasi. Apakah koperasi yang diberi kredit akan mampu mengembalikan utang-utangnya atau tidak.

4. Instansi Pemerintah

Instansi Pemerintah, baik Departemen Koperasi maupun Departemen Keuangan berkepentingan terhadap laporan keuangan koperasi. Departemen Koperasi membutuhkan laporan keuangan koperasi suatu koperasi sebagai ukuran untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam usaha membina koperasi. Sedangkan Departemen Keuangan membutuhkan informasi dari laporan keuangan koperasi untuk menentukan besarnya beban pajak penghasilan yang harus dibayarkan.


(35)

2.1.4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Koperasi

Karakteristik merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Karakteristik kualitatif laporan keuangan koperasi meliputi; relevance, reliability, verifiability, dan completeness (Sofyan Syafri Harahap, 2001: 141 – 142). Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Relevance.

Informasi disebut relevan apabila informasi itu mampu dan berguna dalam mempengaruhi keputusan manajer dengan mengubah atau yang menguatkan pengharapannya tentang hasil dan akibat tindakan atas kejadiannya.

2. Reliability

Reliability menyangkut kualitas yang menyebabkan pemakai

data bergantung pada kepercayaan dalam menyajikan informasi tentang suatu kejadian. Untuk meningkatkan reliability maka laporan keuangan harus dapat diperiksa (verifiability).

3. Verifiability

Verifiability merupakan suatu sarana yang dapat memberikan

kesempatan kepada pihak tertentu yang bekerja secara terpisah antara satu dengan yang lain untuk mengembangkan ukuran-ukuran yang sama atas bukti, data, dan catatan yang sama.


(36)

4. Completeness

Completeness menjelaskan kelengkapan dan kesesuaian

antara data akuntansi dan kejadian yang dimaksud untuk dapat disajikan. Laporan keuangan harus bersifat neutrality yang berarti bahwa akuntansi bebas dari bias (prasangka yang tidak berdasar) dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan.

2.1.5. Keterbatasan Laporan Keuangan Koperasi

Laporan keuangan sebagai hasil dari proses kegiatan akuntansi memiliki beberapa keterbatasan. Menurut PAI sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah :

1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Karenanya laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasinya dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.

2. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu.

3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan.

4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula, penerapan standar akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan.


(37)

5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian; bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.

6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas). (Substance over

Form).

7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah – istilah teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.

8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.

9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan.

2.2 Standar Akuntansi Keuangan Koperasi

Standar akuntansi dapat dikatakan sebagai pedoman umum penyusunan laporan keuangan yang merupakan pernyataan resmi tentang masalah akuntansi tertentu, yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang dan berlaku dalam lingkungan tertentu, berisi tentang definisi, pengukuran atau penilaian, pengakuan


(38)

dan pengungkapan elemen laporan keuangan. Oleh karena standar akuntansi merupakan pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang, maka standar akuntansi adalah bagian dari prinsip akuntansi berterima umum. Standar akuntansi memberikan aturan-aturan umum yang bersifat praktis untuk membantu pekerjaan akuntan (Ghozali dan Chariri, 2003:122)

Kaitannya dengan akuntansi perkoperasian, standar akuntansi keuangan merupakan prosedur, metode dan teknik akuntansi yang mengatur proses penyusunan laporan keuangan koperasi sebagai laporan pertanggungjawaban pengurus terhadap anggota koperasi. Komponen-komponen dalam standar akuntansi keuangan koperasi meliputi :

1. Penyusunan Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan.

Menurut Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia, yang dimaksud dengan Laporan Keuangan adalah neraca dan perhitungan rugi-laba serta segala keterangan yang dimuat dalam lampirannya, antara lain laporan tentang sumber dan penggunaan dana. Laporan keuangan koperasi merupakan laporan keuangan yang disusun untuk dapat menggambarkan posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas perusahaan secara keseluruhan sebagai pertanggungjawaban pengurus atas pengelolaan keuangan koperasi yang terutama ditujukan kepada anggota koperasi.


(39)

b. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian Dan Pengungkapan Laporan Keuangan.

Laporan keuangan koperasi meliputi Neraca, Perhitungan Hasil Usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Promosi Ekonomi Anggota, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan disajikan secara komparatif untuk dua periode akuntansi terakhir.

Neraca menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas koperasi pada waktu tertentu (par.75).

Perhitungan hasil usaha harus memuat hasil usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor dengan non-anggota (par. 76).

Perhitungan hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban-beban usaha dan beban perkoperasian selama periode tertentu. Perhitungan hasil usaha menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasi usaha. Sisa hasil usaha yang diperoleh mencakup hasil usaha dengan anggota dan dan laba atau rugi kotor dengan non-anggota. Istilah perhitungan hasil usaha digunakan mengingat manfaat dari usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari sisa hasil usaha atau laba tetapi lebih ditentukan pada manfaat bagi anggota (par.77).

Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, pengeluaran kas, dan saldo akhir kas pada periode tertentu (par.78).


(40)

Laporan promosi ekonomi anggota adalah laporan yang memperlihatkan manfaat ekonomi yang diperoleh anggota koperasi selama satu tahun tertentu. Laporan tersebut mencakup empat unsur yaitu; manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama, manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan bersama, manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi, manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian sisa hasil usaha (par.80).

Catatan atas laporan keuangan disusun dengan maksud untuk mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan akuntansi yang penting untuk digunakan sebagai dasar penyusunan laporan keuangan, rincian dan penjelasan masing-masing pos laporan keuangan serta informasi tambahan lainnya yang diperlukan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut atas laporan keuangan tertentu (par.83).

2. Aktiva.

a. Pengertian Aktiva.

Menurut Financial Accounting Standards Board / FASB (1980) dalam Ghozali dan Chariri (2003: 139), aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat atau peristiwa masa lalu. Ghozali dan Chariri (2003: 139) menerangkan bahwa sesuatu dianggap sebagai aktiva apabila memiliki manfaat / potensi jasa yang


(41)

cukup pasti di masa mendatang dan diharapkan dapat memberikan aliran kas masuk (net cash inflow) bagi koperasi.

b. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian dan Pengungkapan Aktiva.

Penyajian aktiva pada neraca, digolongkan menjadi aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap dan aktiva lain-lain. Aktiva yang diperoleh dari sumbangan yang terikat penggunaannya dan tidak dapat dijual untuk menutup kerugian koperasi diakui sebagai aktiva lain-lain. Sifat keterikatan penggunaan tersebut dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan (par.63).

Aktiva-aktiva yang dikelola oleh koperasi, tetapi bukan milik koperasi, tidak diakui sebagai aktiva, dan harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan (par.65). Hal yang mendasari pencatatan aktiva adalah ketika perusahaan mendapatkan kekayaan atau aktiva tersebut dari pihak lain. Tujuan dari akuntansi adalah memberikan dasar bagi kriteria pengakuan, yaitu menyediakan informasi yang relevan dan reliable. Sebagai imbalan dari pemberian aktiva bukanlah uang, akan tetapi nilai yang dipakai berupa harga pasar barang yang diserahkan.

3. Kewajiban

a. Pengertian Kewajiban

Menurut IAI dalam Ghozali dan Chariri (2003: 157) kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa


(42)

lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.

Definisi tersebut mengandung pemahaman bahwa kewajiban memiliki dua unsur utama yaitu adanya kewajiban sekarang dalam bentuk pengorbanan manfaat ekonomi di masa mendatang sebagai akibat dari penyerahan barang atau jasa dan transaksi yang terjadi pada masa lalu. b. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian dan Pengungkapan Kewajiban.

Kewajiban dalam koperasi yang berupa simpanan anggota yang tidak berkarakteristik sebagai ekuitas diakui sebagai kewajiban jangka pendek atau jangka panjang sesuai dengan tanggal jatuh temponya dan dicatat sebesar nilai nominalnya (par.61).

Kewajiban pada koperasi dapat diklasifikasikan menjadi kewajiban kepada anggota dan bukan angota. Kewajiban yang timbul dari angota disajikan secara terpisah sebagai hutang kepada anggota. Sebaliknya, kewajiban yang timbul dari transaksi dengan bukan anggota disajikan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam standar akuntansi keuangan.

Menurut APB Statement No.4 serta SFAC No.5 dalam Sofyan Syafri Harahap (2002: 73) kewajiban dinilai sebesar kejadian dalam transaksi, biasanya jumlah nominal yang akan dibayar di masa yang akan datang didiskontokan (dinilai berdasarkan present value untuk kewajiban jangka panjang), sejumlah nilai pertukaran dan nilai nominal.


(43)

4. Pendapatan Dan Beban

a. Pengertian Pendapatan Dan Beban 1) Pendapatan

Menurut IAI dalam PSAK No. 23 Tentang Pendapatan, dijelaskan bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

2) Beban

Menurut IAI dalam PSAK (2002: 18) dijelaskan bahwa beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.

Beban berkaitan dengan pendapatan dalam suatu periode tertentu. Beban usaha merupakan sejumlah uang atau aktiva lainnya yang dikeluarkan oleh koperasi untuk kegiatan operasionalnya. Beban usaha terdiri dari beban penjualan serta beban administrasi dan umum. Adapun beban perkoperasian adalah beban yang dikeluarkan untuk meningkatkan sumber daya anggota baik secara khusus maupun sumber daya koperasi secara nasional dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan anggota (par.73). Bentuk beban dalam


(44)

perkoperasian dapat berupa beban pelatihan anggota, beban pengembangan usaha anggota, dan beban iuran untuk gerakan koperasi. Oleh karena itu, beban usaha dan beban-beban perkoperasian harus disajikan terpisah dalam perhitungan hasil usaha (par.72).

b. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian dan Pengungkapan Pendapatan Dan Beban

1) Pendapatan

Pendapatan koperasi yang timbul dari transaksi dengan anggota diakui sebesar partisipasi bruto (par.67).

Pendapatan koperasi yang berasal dari transaksi dengan non-anggota diakui sebagai pendapatan (penjualan) dan dilaporkan terpisah dari partisipasi anggota dalam laporan perhitungan hasil usaha sebesar nilai transaksi. Selisih antara pendapatan dan beban pokok pokok transaksi dengan non-anggota diakui sebagai laba atau rugi kotor dengan non-anggota (par. 69).

Pendapatan diukur sebesar nilai tukar produk atau jasa yang akan diterima. Pendapatan atau transaksi yang terjadi dengan pihak ketiga, diukur sebesar nilai wajar penjualan yang menggambarkan nilai kas sekarang. Nilai kas sekarang adalah nilai kas yang sebenarnya diterima atau akan diterima atau harga pasar yang berlaku pada saat transaksi dikurangi dengan potongan tunai, diskonto dagang (rabat), volume yang diperbolehkan dari jumlah yang difakturkan dan


(45)

dikurangi dengan penyisihan untuk mengantisipasi kerugian. Oleh karena itu, pendapatan diukur pada saat adanya kepastian dari jumlah yang akan diterima.

2) Beban

Beban dapat diakui dalam laporan perhitungan hasil usaha pada saat terjadinya yaitu sebesar kas yang dikeluarkan atau sebesar harga barang dan atau jasa yang dikonsumsi. Beban yang disajikan dalam laporan perhitungan hasil usaha berupa beban pokok koperasi maupun beban yang bukan merupakan usaha pokok koperasi. Beban usaha dan beban-beban perkoperasian harus disajikan terpisah dalam laporan perhitungan hasil usaha (par.72).

Standar Akuntansi Keuangan menerangkan bahwa, beban pokok koperasi yang timbul sehubungan dengan transaksi penjualan produk atau jasa kepada anggota disajikan secara terpisah pada perhitungan hasil usaha koperasi. Dengan demikian dapat diperoleh informasi tentang hasil usaha kotor dari transaksi dengan anggota. Penyajian harga pokok penjualan mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan selain koperasi. Hal ini mengacu pada pernyataan paragraf 12 yaitu “Pernyataan ini tidak mengatur akuntansi transaksi yang timbul dari hubungan koperasi dengan non-anggota. Transaksi tersebut diperlakukan sama dengan transaksi yang terjadi pada badan usaha lainnya”.


(46)

5. Ekuitas

a. Pengertian Ekuitas

Ekuitas koperasi terdiri dari modal anggota berbentuk simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan simpanan pokok atau simpanan wajib, modal penyertaan, modal sumbangan, cadangan, dan sisa hasil usaha belum dibagi (par. 36).

Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat menjadi anggota. Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu (par.39).

Simpanan pokok dan simpanan wajib berfungsi sebagai penutup risiko dan karena itu tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota (par. 40).

Modal sumbangan adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah dan tidak mengikat. Modal sumbangan tidak dapat dibaikan kepada anggota selama koperasi belum dibubarkan (par. 26).

Modal penyertaan adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang ditanamkan oleh pemodal untuk menambah dan memperkuat struktur permodalan dalam meningkatkan usaha koperasi (par. 27).


(47)

Cadangan adalah bagian dari sisa hasil usaha yang disisihkan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar atau ketetapan rapat anggota (par.28). Pembentukan cadangan dapat ditujukan antara lain untuk pengembangan usaha koperasi, menutup risiko kerugian, dan pembagian kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi.

Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah gabungan dari hasil partisipasi netto dan laba atau rugi kotor dengan non-anggota, ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan beban lain serta beban perkoperasian dan pajak penghasilan badan koperasi (par.33).

b. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian dan Pengungkapan Ekuitas.

Simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan simpanan pokok atau simpanan wajib diakui sebagai ekuitas koperasi dan dicatat sebesar nilai nominalnya (par.37).

Simpanan wajib yang terkait dengan pinjaman anggota dan jenis simpanan wajib lain yang dalam praktiknya justru dapat diambil setelah pinjaman yang bersangkutan lunas atau pada waktu-waktu tertentu, tidak dapat diakui sebagai ekuitas. Walaupun simpanan pokok dan simpanan wajib dapat diambil kembali jika yang bersangkutan keluar dari anggota koperasi, namun diasumsikan bahwa anggota koperasi akan tetap menjadi anggota dalam waktu yang tidak terbatas. Dengan demikian simpanan pokok dan simpanan wajib tersebut bersifat permanen (par.41). Simpanan


(48)

pokok dan simpanan wajib yang belum diterima disajikan sebagai piutang simpanan pokok dan simpanan wajib (par. 42).

Pembayaran simpanan pokok dan simpanan wajib dapat dilakukan dengan cara angsuran yang jumlah dan lamanya ditetapkan dalam angsuran dasar atau ketentuan lain. Penyajian nilai simpanan pokok dan simpanan wajib di neraca adalah dengan menyajikan nilai nominal simpanan pokok dan simpanan wajib. Jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib yang belum diterima dari anggota disajikan sebagai piutang simpanan pokok dan simpanan wajib (par. 43). Kelebihan setoran simpanan pokok dan simpanan wajib anggota baru di atas nilai nominal simpanan pokok dan simpanan wajib anggota pendiri diakui sebagai Modal Penyertaan Partisipasi Anggota (par. 44). Apabila koperasi juga menetapkan simpanan lain selain simpanan pokok dan simpanan wajib sebagai ekuitas, maka bila terdapat penyetoran lebih dari nilai nominal simpanan oleh anggota baru, maka kelebihan tersebut juga diakui sebagai modal penyertaan partisipasi anggota (par.46).

Modal penyertaan diakui sebagai ekuitas dan dicatat sebesar jumlah nominal setoran. Dalam hal modal penyertaan yang diterima selain uang tunai, maka modal penyertaan tersebut dinilai sebesar harga pasar yang berlaku pada saat diterima (par.47).

Modal penyertaan ikut menutup risiko kerugian dan memiliki sifat relatif permanen, dan imbalan atas pemodal didasarkan atas hasil usaha


(49)

yang diperoleh. Oleh karena itu, modal penyertaan tersebut diakui sebagai ekuitas (par. 48). Modal penyertaan dicatat dengan nilai nominal, dan dalam hal modal penyertaan diterima dalam bentuk selain uang tunai, maka modal penyertaan tersebut dicatat sebesar nilai pasar yang berlaku pada saat diterima. Apabila nilai pasar tidak tersedia dapat digunakan nilai taksiran. Penjelasan yang cukup harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan atas penilaian yang dilakukan (par.49). ketentuan mengenai perjanjian dengan pemodal yang menyangkut pembagian keuntungan atau hasil usaha, tanggungan kerugian, jangka waktu, dan hak-hak pemodal harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan (par.50).

Modal sumbangan yang diterima oleh koperasi yang dapat menutup risiko kerugian diakui sebagai ekuitas, sedangkan modal sumbangan yang substansinya merupakan pinjaman diakui sebagai kewajiban jangka panjang dan dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan (par. 51). Oleh karena koperasi mengemban misi nasional untuk menggerakkan ekonomi rakyat dan menjadi soko guru perekonomian nasional, maka dimungkinkan koperasi memperoleh sumbangan dari pemerintah dan pihak lain. Sumbangan tersebut dapat diakui sebagai ekuitas jika dapat menanggung risiko atas kerugian (par. 52).

Cadangan dan tujuan penggunaannya dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan (par.54). Pembentukan cadangan dapat ditujukan antara


(50)

lain untuk pengembangan usaha koperasi, menutup risiko kerugian, dan pembagian kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi. Cadangan yang dibentuk dari sisa hasil usaha dicatat dalam akun Cadangan. Tujuan penggunaan cadanagan tersebut harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan (par.55).

Sisa hasil usaha tahun berjalan dibagi sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada koperasi. Dalam hal jenis dan jumlah pembagian sisa hasil telah diatur secara jelas maka bagian yang tidak menjadi hak koperasi diakui sebagai kewajiban. Apabila jenis dan jumlah pembagiannya belum diatur secara jelas, maka sisa hasil usaha tersebut dicatat sebagai sisa hasil usaha belum dibagi dan harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan (par.58).

Pembagian sisa hasil usaha tersebut harus dilakukan pada akhir periode pembukuan. Jumlah yang dialokasikan selain untuk koperasi diakui sebagai kewajiban. Dalam hal pembagian tidak dapat dilakukan karena jenis dan jumlah pembagiannya belum diatur secara jelas dalam anggaran dasar atau anggaran rumah tangga, tetapi harus menunggu rapat anggota, maka sisa hasil usaha tersebut dicatat sebagai sisa hasil usaha belum dibagi dan harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan (par.60).


(51)

2.3. Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan

Kelengkapan adalah suatu bentuk kualitas. Menurut Imhoff dalam Na’im dan Rakhman (200), kualitas tampak sebagai atribut-atribut yang penting dari suatu informasi akuntansi, banyak penelitian yang mengemukakan bahwa kualitas pengungkapan dapat diukur dan digunakan untuk menilai manfaat potensial dari isi suatu laporan keuangan tahunan.

Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi yang bermanfaat, karena apabila tidak bermanfaat, tujuan dari pengungkapan tersebut tidak akan tercapai (Chariri dan Ghozali, 2003: 235).

Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian, informasi tersebut harus lengkap, jelas, dan dapat menggambarkan secara tepat mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut. Informasi yang diungkapkan harus berguna dan tidak membingungkan pemakai laporan keuangan dalam membantu pengambilan keputusan ekonomi. Berapa banyak informasi yang harus diungkapkan tidak hanya tergantung pada keahlian pembaca, tetapi juga pada standar yang dibutuhkan.


(52)

Menurut Belkaouli (2000: 219) tujuan pengungkapan antara lain :

1. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan item-item yang belum diakui serta menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut.

2. Untuk menyediakan informasi dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui bagi investor dan kreditor dalam menentukan risiko, dan

return-nya.

3. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan aliran kas keluar di masa mendatang.

Kelengkapan dan keterbukaan pengungkapan laporan keuangan sangat penting karena laporan keuangan merupakan sumber utama informasi keuangan yang disampaikan oleh manajemen (pengurus). Menurut Chariri dan Ghozali (2003: 247) pengungkapan (disclosure) dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu :

1. Pengungkapan Wajib (mandatory disclosure)

Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan tentang informasi yang diharuskan oleh peraturan yang telah ditetapkan oleh badan otoriter (IAI dalam PSAK).

2. Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)

Pengungkapan sukarela merupakan informasi yang tidak diwajibkan oleh suatu peraturan pasar modal yang berlaku, tetapi diungkapkan oleh perusahaan yang Go Public (emiten) karena dianggap relevan dengan kebutuhan pemakai tahunan.


(53)

Chariri dan Ghozali (2003: 235) mengemukakan ada tiga konsep mengenai luas pengungkapan laporan keuangan, yaitu :

a. Pengungkapan yang cukup (adequate disclosure)

Pengungkapan yang cukup, mencakup pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar laporan keuangan tidak menyesatkan.

b. Pengungkapan yang wajar (fair disclosure)

Pengungkapan secara wajar menunjukkan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan.

c. Pengungkapan yang lengkap (full disclosure)

Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi (IAI dalam PSAK tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, par. 38). Pengungkapan yang lengkap mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi yang relevan. Bagi beberapa pihak, pengungkapan yang lengkap ini diartikan sebagai penyajian informasi yang berlebihan sehingga tidak bisa dikatakan layak (Hendriksen dan Breda dalam Chariri dan Ghozali, 2003 : 235). Apabila dalam laporan keuangan terdapat terlalu banyak informasi, maka akan membahayakan, karena penyajian rincian yang tidak penting justru akan


(54)

mengaburkan informasi yang signifikan dan membuat laporan keuangan tersebut sulit dipahami. Oleh karena itu, pengungkapan yang tepat mengenai informasi yang penting bagi para pengguna laporan keuangan koperasi, hendaknya bersifat cukup, wajar, dan lengkap.

Tingkat pengungkapan menunjukkan seberapa banyak butir laporan keuangan material yang diungkapkan oleh koperasi. Jadi tingkat pengungkapan laporan keuangan ditunjukkan dengan keluasan pengungkapan butir-butir yang disyaratkan oleh regulasi yang berlaku. Di Indonesia, butir-butir laporan keuangan yang wajib diungkapkan oleh koperasi ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 Tahun 1999 tentang akuntansi perkoperasian yang berisi pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan koperasi.

Untuk mengukur keluasan kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan dapat digunakan rumus sebagai berikut:

indeks Wallace = x 100% k

n

(Nugraheni dkk, 2002:80)

Dimana, n : jumlah butir yang diungkapkan oleh perusahaan k : jumlah butir yang seharusnya diungkap


(55)

Pengungkapan laporan keuangan dalam penelitian ini terbatas pada pengungkapan wajib dalam laporan keuangan koperasi, dengan asumsi apabila suatu transaksi tidak dapat dikategorikan sebagai bagian dari laporan keuangan utama, maka transaksi tersebut dapat diungkapkan melalui cara lain, seperti melalui catatan atas laporan keuangan, informasi sisipan, media pelaporan lain serta informasi lainnya.

Kriteria kelengkapan pengungkapan wajib dalam laporan keuangan koperasi yang ditetapkan oleh IAI dalam PSAK No. 27 tentang akuntansi perkoperasian, meliputi :

a. Neraca

Neraca menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas koperasi pada waktu tertentu (PSAK No.27, par.75).

Untuk mempermudah penyajian aktiva dalam neraca, maka aktiva dikelompokkan menjadi aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap, dan aktiva lain-lain.

Kewajiban dapat diklasifikasikan menjadi kewajiban kepada anggota dan bukan anggota, kewajiban sehubungan dengan simpanan dari anggota yang bersifat sukarela (menurut UU No. 25 tahun 1992, simpanan semacam ini dikelompokkan dalam permodalan koperasi), kewajiban kepada koperasi lain atau anggota sehubungan dengan program pemerintah di bidang pengadaan dan penyaluran komoditi merupakan bagian dari harga pertukaran yang menjadi hak koperasi lain atau anggota tersebut.


(56)

Ekuitas koperasi terdiri dari modal anggota berbentuk simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan simpanan pokok atau simpanan wajib, modal penyertaan, modal sumbangan, cadangan, dan sisa hasil usaha belum dibagi (PSAK No. 27, par. 36).

b. Perhitungan Hasil Usaha

Menurut UU RI No. 25 tahun 1992 pasal 45, menyebutkan bahwa: 1) Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan koperasi yang

diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. 2) Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada

anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh, masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.

3) Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.

Perhitungan hasil usaha harus memuat hasil usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor dengan non-anggota (PSAK No. 27, par.76). Perhitungan hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban-beban usaha dan beban perkoperasian selama periode tertentu. Perhitungan hasil usaha menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha. Sisa hasil usaha


(57)

yang diperoleh mencakup hasil usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor dengan non-anggota. Istilah perhitungan hasil usaha digunakan mengingat manfaat dari usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari sisa hasil usaha atau laba, tetapi lebih ditentukan pada manfaat bagi anggota.

Pendapatan koperasi yang timbul dari transaksi dengan anggota diakui sebesar partisipasi bruto (PSAK No. 27, par. 67), sedangkan pendapatan koperasi yang berasal dari transaksi dengan non-anggota diakui sebagai pendapatan (penjualan) dan dilaporkan terpisah dari partisipasi anggota dalam laporan perhitungan hasil usaha sebesar nilai transaksi. Selisih antara pendapatan dan beban pokok transaksi dengan non-anggota diakui sebagai laba rugi kotor dengan non-anggota (PSAK No. 27, par. 69).

Beban pada koperasi berbeda dengan beban yang ada di badan usaha lain. Beban pada koperasi berupa beban pokok kepada anggota, beban pokok penjualan kepada non-anggota, beban operasi yang terdiri dari beban usaha dan beban perkoperasian serta beban lain. Beban usaha dan beban-beban perkoperasian harus disajikan terpisah dalam laporan perhitungan hasil usaha (PSAK No. 27, par.72).

c. Laporan Arus Kas

Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan (PSAK No.1, par. 05).


(58)

Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, dan saldo akhir kas pada periode tertentu (PSAK No. 27, par. 78).

Penyajian laporan arus kas terdiri dari tiga kategori, yaitu kas yang berasal dari / digunakan untuk kegiatan operasional, kas yang berasal dari / digunakan untuk kegiatan investasi, kas yang berasal dari / digunakan untuk kegiatan pembiayaan (Sofyan Syafri Harahap, 2002: 93 – 94).

Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue-producing activities) dan aktivtas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan (PSAK No.1, par. 05).

Tujuan menyajikan laporan arus kas adalah memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Laporan ini akan membantu para pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memasukkan kas di masa yang akan datang, menilai kemampuan perusahaan untuk menilai alasan-alasan perbedaan antara laba bersih dan dikaitkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas, serta menilai pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi keuangan lainnya terhadap


(59)

posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu (Sofyan Syafri Harahap, 2001: 243 – 244).

d. Laporan Promosi Ekonomi Anggota

Menurut IAI dalam PSAK No. 27 (par.80), laporan promosi ekonomi anggota adalah laporan yang memperlihatkan manfaat ekonomi yang diperoleh anggota koperasi selama satu tahun tertentu.

Laporan promosi ekonomi anggota mencakup empat unsur, yaitu: 1) Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama. 2) Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan bersama.

3) Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi. 4) Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian sisa hasil usaha.

Manfaat tersebut mencakup manfaat yang diperoleh selama satu tahun berjalan dari transaksi pelayanan yang dilakukan koperasi untuk anggota dan manfaat yang diperoleh pada akhir tahun buku dari pembagian sisa hasil usaha tahun berjalan. Laporan promosi ekonomi anggota ini disesuaikan dengan jenis koperasi dan usaha yang dijalankannya (PSAK No. 27, par. 81).

e. Catatan Atas Laporan Keuangan

PSAK No. 27 (par.83) menyatakan bahwa catatan atas laporan keuangan menyajikan pengungkapan (disclosures) yang memuat:

1) Perlakuan akuntansi, antara lain mengenai:

a) Pengakuan pendapatan dan beban sehubungan dengan transaksi koperasi dengan anggota dan non-anggota.


(60)

b) Kebijakan akuntansi tentang aktiva tetap, penilaian persediaan, piutang, dan sebagainya.

c) Dasar penetapan harga pelayanan kepada anggota dan non-anggota. 2) Pengungkapan informasi lain, antara lain:

a) Kegiatan atau pelayanan utama koperasi kepada anggota baik yang tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga maupun dalam praktik, atau yang telah dicapai oleh koperasi.

b) Aktivitas koperasi dalam pengembangan sumber daya dan mempromosikan usaha ekonomi anggota, pendidikan dan pelatihan perkoperasian, usaha, manajemen yang diselenggarakan untuk anggota dan penciptaan lapangan usaha baru untuk anggota.

c) Ikatan atau kewajiban bersyarat yang timbul dan transaksi koperasi dengan anggota dan non-anggota.

d) Pengklasifikasian piutang dan hutang yang timbul dari transaksi koperasi dengan anggota dan non-anggota.

e) Pembatasan penggunaan dan risiko atas aktiva tetap yang diperoleh atas dasar hibah atau sumbangan.

f) Aktiva yang dioperasikan oleh koperasi tetapi bukan milik koperasi. g) Aktiva yang diperoleh secara hibah dalam bentuk pengalihan saham

dari perusahaan swasta.

h) Pembagian sisa hasil usaha dan penggunaan cadangan. i) Hak dan tanggungan pemodal modal penyertaan.


(61)

j) Penyelenggaraan rapat anggota, dan keputusan-keputusan penting yang berpengaruh terhadap perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan.

2.4 Analisis Realisasi Terhadap Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Koperasi Tahun 2005

Imhoff (1992) dalam Subiyantoro (1996), menyatakan bahwa tingginya kualitas akuntansi sangat erat hubungannya dengan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dipengaruhi oleh karakteristik suatu perusahaan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah Nomor 129, tanggal 29 Nopember 2002, tentang pedoman klarifikasi koperasi, terdapat beberapa prinsip dan faktor karakteristik perkoperasian yang meliputi:

1. Rencana Kegiatan (RK) dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi (RAPB). Ketentuannya adalah RK dan RAPB dalam tahun berjalan disahkan oleh Rapat Anggota dan dilaksanakan.

2. Realisasi Anggaran Pendapatan Koperasi. Ketentuannya adalah perbandingan antara Realisasi Anggaran Pendapatan dengan Rencana.

3. Realisasi Anggaran Biaya Koperasi. Ketentuannya adalah perbandingan antara Realisasi Anggaran Biaya dengan Rencana.


(62)

4. Realisasi Sisa Hasil Usaha Koperasi. Ketentuannya adalah perbandingan antara Realisasi Hasil Usaha dengan Rencana.

Pasal 21 UU No. 25 tentang Perkoperasian menerangkan bahwa perangkat organisasi koperasi terdiri dari; Rapat Anggota, pengurus, dan pengawas.

Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Rapat Anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur dalam Anggaran Dasar (pasal 22).

Pengurus adalah perangkat organisasi yang mempunyai kedudukan strategis dalam manajemen koperasi dan bertanggung-jawab dalam menjalankan organisasi dan usaha koperasi sesuai mandat yang diberikan oleh Rapat Anggota.

Sesuai dengan pasal 23, Rapat Anggota menetapkan tentang: a. Anggaran Dasar;

b. kebijaksanaan umum dibidang organisasi manajemen, dan usaha Koperasi; c. pemilihan, pengangkatan, pemberhentian Pengurus dan Pengawas;

d. rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja Koperasi, serta pengesahan laporan keuangan;

e. pengesahan pertanggungjawaban Pengurus dalam pelaksanaan tugasnya; f. pembagian sisa hasil usaha;


(63)

Sesuai dengan pasal 30 ayat (1), Tugas pengurus koperasi antara lain: a. mengelola koperasi dan usahanya;

b. mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi;

c. menyelenggarakan Rapat Anggota;

d. mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas; e. menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib; f. memelihara daftar buku anggota dan pengurus.

Setelah tahun buku koperasi ditutup, paling lambat 1 (satu) bulan sebelum diselenggarakan rapat anggota tahunan, Pengurus menyusun laporan tahunan yang memuat sekurang-kurangnya:

a. Perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru lampau dan perhitungan hasil usaha dari tahun yang bersangkutan serta penjelasan atas dokumen tersebut;

b. Keadaan dan usaha koperasi serta hasil usaha yang dapat dicapai.

2.5. Kerangka Berpikir

Secara umum tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Agar hal tersebut dapat dicapai, maka diperlukan suatu pengungkapan yang jelas mengenai data akuntansi dan informasi lain yang


(64)

relevan (Chariri dan Ghozali, 2003: 235). Kelengkapan dan keterbukaan pengungkapan laporan keuangan sangat penting karena laporan keuangan merupakan sumber utama informasi keuangan yang disampaikan oleh manajemen kepada pihak intern dan ekstern koperasi serta merupakan bentuk pertanggungjawaban pengurus guna pengambilan keputusan ekonomi.

Informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Informasi keuangan pada umumnya tidak luput dari risiko penyajian yang dianggap kurang jujur dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan karena kesengajaan untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasi transaksi serta peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun atau menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang sesuai dengan makna transaksi dan peristiwa tersebut.

Kriteria penyajian kelengkapan pengungkapan wajib dalam laporan keuangan koperasi yang ditetapkan oleh IAI dalam PSAK No. 27 tentang akuntansi perkoperasian, meliputi; neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota, serta catatan atas laporan keuangan.

Imhoff (1992) dalam Subiyantoro (1996), menyatakan bahwa tingginya kualitas akuntansi sangat erat hubungannya dengan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dipengaruhi oleh karakteristik suatu perusahaan. Dalam hal ini karakteristik koperasi berupa Rencana Kegiatan (RK) dan Rencana Anggaran


(65)

Pendapatan dan Belanja Koperasi (RAPB), Realisasi Anggaran Pendapatan Koperasi, Realisasi Anggaran Biaya Koperasi, serta Realisasi Sisa Hasil Usaha Koperasi.

Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) merupakan bentuk perikatan koperasi, yang menjadi pedoman bagi semua pihak yang terkait dengan koperasi, baik dalam pengelolaan tata kehidupan organisasi maupun usaha (Sitio dan Tamba, 2001: 52-53).

Menurut Oliver Williamson dalam Sitio dan Tamba (2001: 77), tujuan perusahaan adalah untuk memaksimumkan penggunaan manajemen (maximization of management utility). Maksudnya, sebagai akibat dari pemisahan manajemen dengan pemilik perusahaan, para manajer lebih tertarik untuk memaksimumkan penggunaan manajemen yang diukur dengan kompensasi seperti gaji, tunjangan tambahan, dan sebagainya.

Herbert Simon dalam Sitio dan Tamba (2001: 77) menerangkan bahwa tujuan perusahaan adalah untuk memuaskan sesuatu dengan bekerja keras, yang berarti jika manajer tidak mampu memaksimumkan keuntungan tetapi hanya mampu untuk memuaskan beberapa tujuan yang berkaitan dengan penjualan (sales), pertumbuhan (growth), pangsa pasar (market share) dan sebagainya.

Teori Williamson dan Simon tersebut di atas dapat dijadikan acuan para manajer maupun pengelola koperasi. Di satu sisi, koperasi harus memuaskan anggotanya sebagai pemilik perusahaan di mana koperasi dituntut harus mampu menghasilkan keuntungan atau sisa hasil usaha, namun di sisi lain, koperasi harus


(66)

dapat memberi pelayanan yang memuaskan kepada konsumen (anggota dan masyarakat sekitar) secara optimal.

Menurut Sitio dan Tamba (2001: 75), tujuan lain dari suatu badan usaha adalah menyangkut efisiensi atau lebih dikenal dengan meminimumkan biaya. Sitio dan Tamba (2001: 87) menyatakan bahwa terdapat hubungan linear antara transaksi usaha anggota dan koperasinya dalam perolehan SHU. Artinya, semakin besar transaksi (usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin besar SHU yang akan diterima. Semakin tinggi perolehan SHU, maka kesejahteraan anggota juga semakin meningkat.

Kerangka berpikir atau teoritis dalam penelitian berfungsi sebagai pedoman yang memperjelas jalan, arah, dan tujuan penelitian. Berdasarkan pembahasan landasan teori di muka, maka kerangka berpikirnya adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

Laporan RAT

Stewardship

Kelengkapan Pengungkapan Wajib

Laporan Keuangan Koperasi 2004

Kelengkapan Pengungkapan Wajib

Laporan Keuangan Koperasi 2005 Karakteristik Koperasi:

1. RK dan RAPB 2005

2.Realisasi Anggaran Pendapatan. 3.Realisasi Anggaran Biaya. 4.Realisasi SHU Koperasi

PSAK No. 27 Tahun 1999 Tentang Perkoperasian UU RI No. 25 Tahun 1992


(67)

2.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya (Margono, 2002: 67 – 68). Dalam penelitian ini terdapat dua hipotesis yaitu hipotesis kerja (HA) dan hipotesis nol (H0). Hipotesis kerja menunjukkan adanya perbedaan antara dua variabel dan hipotesis nol menunjukkan tidak adanya perbedaan antara dua variabel.

Dari landasan teori tersebut di muka, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

“ Ada perbedaan kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan KPRI dan Koperasi Karyawan yang terdaftar di Kabupaten Semarang antara tahun 2004 dengan tahun 2005.”


(68)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan (Margono, 2002: 118). Lokasi penelitian ini adalah di Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Semarang. Sehingga populasi dari penelitian ini adalah Laporan KPRI dan Koperasi Karyawan di Kabupaten Semarang tahun 2004 dan 2005 yang berjumlah 48 (empat puluh delapan) koperasi.

3.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya (Sugiarto, 2001:2). Oleh karena penelitian ini hanya meneliti koperasi yang menyerahkan laporan RAT ke Dinas Koperasi dan UKM Kab. Semarang, maka penelitian ini menggunakan metode sampling bersyarat (conditional sampling).

Conditional sampling dikenakan hanya pada sebagian populasi (Marzuki,

2002:45).

Jumlah seluruh Laporan Rapat Anggota Tahunan tahun 2004 dan 2005 KPRI dan Koperasi Karyawan yang terdapat pada Dinkop dan UKM Kab.


(69)

Semarang berjumlah 16 (enam belas) buah, yang terdiri dari 7 (tujuh) KPRI dan 9 (sembilan) Koperasi Karyawan.

Adapun daftar 16 (enam belas) KPRI dan Koperasi Karyawan di Kabupaten Semarang, yaitu:

Tabel 3.1 Daftar Koperasi di Kabupaten Semarang

NO NAMA KOPERASI INSTANSI JENIS

1 Bina Eka Karsa Dinas Pendidikan Kec. Banyubiru KPRI

2 Bina Sejahtera Kantor Sekretariat Daerah Kab. Semarang KPRI

3 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Tengah

KPRI

4 Dwija Makmur Dinas Pendidikan Kec. Pringapus KPRI

5 Dwija Mulya Dinas Pendidikan Kec. Bergas KPRI

6 Kanasritex PT. Kanasritex Kopkar

7 Kanigara PT. Kedaung Medan Ind. Dan PT. Supreme

Indo American Kab. Semarang

Kopkar

8 Karya Makmur Dinas Pendidikan Kec. Bawen KPRI

9 Kendali Harta PT. Coca Cola Bottling Indonesia Jawa

Tengah

Kopkar 10 Kop. Kebun Pegawai Dinas

Perkebunan Prop. Jateng

Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Tengah Kopkar

11 Koperasi Pengayoman

Pegawai Departemen Kehakiman Lapas Ambarawa (KPPDK)

Lembaga Permasyarakatan Ambarawa Kopkar

12 Pelita PLN UPT Ungaran Kopkar

13 Poli Kusuma PT. Poliplas Indah Sejahtera Ungaran Kopkar

14 Puspa Kencana PT, Golden Flower Ungaran Kopkar

15 Santi Warga Abhipraya Perusda Perkebunan Tlogo Kec. Tuntang Kopkar

16 Sejahtera Dinas Pendidikan Kec. Tengaran KPRI

Sumber: Dinkop dan UKM Kab. Semarang 3.3.Variabel Penelitian

Variabel adalah karakter yang akan diobservasi dari unit yang diamati (Sugiarto, 2001:13). Sedangkan Sutrisno Hadi berpendapat bahwa variabel adalah


(1)

Catatan Atas Laporan Keuangan KPRI Tahun 2005

Catatan Atas Laporan Keuangan

No. Nama KPRI 1.1 1.2 1.3 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10Jml 1 Bina Eka Karsa 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 7 2 Bina Sejahtera 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 7 3 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 6 4 Dwija Makmur 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 7 5 Dwija Mulya 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 7 6 Karya Makmur 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 7

7 Sejahtera 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 6

Total 47

Catatan Atas Laporan Keuangan Koperasi Karyawan Tahun 2005

Catatan Atas Laporan Keuangan

No. Nama Koperasi 1.1 1.2 1.3 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 Jml

1 Kanasritex 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 7

2 Kanigara 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 7

3 Kendali Harta 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 7 4 Kop. Kebun Prop. Jateng 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 7 5 KPPDK Lapas Ambarawa 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 7

6 Pelita 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 7

7 Poli Kusuma 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 7 8 Puspa Kencana 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 6 9 Santi Warga Abhipraya 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 7 Total 62


(2)

Skor Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Koperasi di Kabupaten Semarang Tahun 2005

Skor

No. Nama Koperasi Neraca PHU Lap.Prom.Ek. Anggota Lap.Arus Kas Cat.Ats Lap.Keu. Total Persentase

1 Bina Eka Karsa 10 6 0 3 7 26 42.62%

2 Bina Sejahtera 14 8 0 0 7 29 47.54%

3 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng 14 7 0 2 6 29 47.54%

4 Dwija Makmur 9 0 0 0 7 16 26.23%

5 Dwija Mulya 10 5 0 0 7 22 36.07%

6 Kanasritex 16 7 0 0 7 30 49.18%

7 Kanigara 17 9 0 3 7 36 59.02%

8 Karya Makmur 12 4 0 0 7 23 37.70%

9 Kendali Harta 21 9 0 0 7 37 60.66%

10 Kop. Kebun Prop. Jateng 10 7 0 0 7 24 39.34%

11 KPPDK Lapas Ambarawa 12 6 0 0 7 25 40.98%

12 Pelita 14 9 0 0 7 30 49.18%

13 Poli Kusuma 14 9 0 0 7 30 49.18%

14 Puspa Kencana 17 10 0 0 6 33 54.10%

15 Santi Warga Abhipraya 16 7 0 0 7 30 49.18%

16 Sejahtera 10 5 0 0 6 21 34.43%

Total 216 108 0 8 109 441 722.95%

Rata-Rata 13.50 6.8 0 0.50 6.81 27.56 45.18%


(3)

Lampiran 8

Daftar Item Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Koperasi Berdasarkan PSAK No. 27 Tahun 1999 Tentang Perkoperasian

A. Neraca

1. Aktiva Lancar 1.1. Kas dan Bank

1.2. Simpanan Jangka Pendek 1.3. Piutang Usaha

1.4. Piutang Anggota 1.5. Piutang Non-Anggota

1.6. Penyisihan Piutang Tak Tertagih 1.7. Piutang Lain-Lain

1.8. Persediaan

1.9. Biaya Dibayar Dimuka 2. Investasi Jangka Panjang

2.1. Penyertaan Pada Koperasi 2.2. Penyertaan Pada Non-Koperasi 3. Aktiva Tetap

4. Aktiva Lain-Lain 5. Kewajiban Lancar

5.1. Hutang Usaha

5.2. Hutang Non Anggota 5.3. Hutang Bank

5.4. Simpanan Sukarela 5.5. Dana-Dana SHU

5.6. Biaya Yang Masih Harus Dibayar 6. Kewajiban Jangka Panjang

6.1. Hutang Bank


(4)

7. Ekuitas

7.1. Simpanan Pokok 7.2. Simpanan Wajib 7.3. Simpanan Lain 7.4. Modal Penyertaan 7.5. Modal Sumbangan 7.6. Cadangan

7.7. SHU Tahun Berjalan

B. Perhitungan Hasil Usaha

1. Partisipasi Anggota 1.1. Partisipasi Anggota 1.2. Beban Pokok

1.3. Pendapatan Netto Anggota 2. Pendapatan Dari Non Anggota

2.1. Penjualan 2.2. HPP

2.3. Laba / Rugi Kotor Dengan Non Anggota 3. Beban Operasi

3.1. Beban Usaha

3.2. Beban Perkoperasian 3.3. SHU Koperasi

3.4. Pendapatan Dan Beban Lain-Lain 3.5. SHU Sebelum Pajak

3.6. PPh


(5)

C. Laporan Promosi Ekonomi Anggota

1. Manfaat ekonomi dari pembelian/pengadaan jasa bersama. 2. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengelolaan bersama. 3. Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi. 4. Manfaat ekonomi dalam bentuk SHU.

D. Laporan Arus Kas

1. Arus Kas Dari Aktivitas Operasi 2. Arus Kas Dari Aktivitas Investasi 3. Arus Kas Dari Aktivitas Pendanaan

E. Catatan Atas Laporan Keuangan

1. Perlakuan akuntansi

1.1. Pengakuan pendapatan dan beban sehubungan dengan transaksi koperasi dengan anggota dan non anggota.

1.2. Kebijakan akuntansi tentang aktiva tetap penilaian persediaan, piutang dan sebagainya.

1.3. Dasar penetapan harga pelayanan kepada anggota dan non anggota. 2. Pengungkapan informasi lainnya

2.1. Kegiatan atau pelayanan utama koperasi kepada anggota baik yang tercantum dalam AD / ART maupun dalam praktik, atau yang telah dicapai oleh koperasi.

2.2. Aktivitas koperasi dalam pengembangan sumber daya dan mempromosikan usaha ekonomi anggota, pendidikan dan pelatihan perkoperasian, usaha, manajemen yang diselenggarakan untuk anggota dan penciptaan lapangan usaha baru untuk anggota.

2.3. Ikatan atau kewajiban bersyarat yang timbul dari transaksi koperasi dengan anggota dan non anggota.


(6)

2.4. Pengklasifikasian piutang dan utang yang timbul dari transaksi koperasi dengan anggota dan non anggota.

2.5. Pembatasan penggunaan dan resiko atas aktiva tetap yang diperoleh atas dasar hibah atau sumbangan.

2.6. Aktiva yang dioperasikan oleh koperasi tetapi bukan milik koperasi. 2.7. Aktiva yang diperoleh secara hibah dalam bentuk pengalihan saham

dari perusahaan swasta.

2.8. Pembagian Sisa Hasil Usaha dan penggunaan cadangan. 2.9. Hak dan tanggungan pemodal modal penyertaan.

2.10. Penyelenggaraan rapat anggota, dan keputusan-keputusan penting yang berpengaruh terhadap perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan.


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan.

0 4 65

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2015)

1 15 135

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN (Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia).

0 0 9

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ).

0 2 17

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN JASA TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 99

PENGARUH KINERJA PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 102

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 3 107

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG DAN KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2014

0 0 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN INDUSTRI DASAR DAN KIMIA YANG TERDAFTAR DI BURSAEFEK INDONESIA

0 1 18