Pokok-pokok Pikiran Feminisme dalam Novel

commit to user perempuan sama, perempuan harus meningkatkan kualitas dirinya agar dapat mengimbangi kemampuan laki-laki. Perjuangan kesetaraan gender dalam novel Ma ruti J erit Ha ti Seora ng Pena ri terlihat dari usaha Maruti dalam mendidik anak-anak asuhnya. Anak- anak asuh Maruti selain disekolahkan juga diberi bekal keterampilan menari. Dengan keterampilan yang dimiliki anak-anak asuh perempuan tersebut dapat mewujudkan keinginan mereka untuk dapat mandiri tanpa harus bergantung kepada laki-laki. Selain itu mereka juga diberi bekal agar mampu melindungi diri dari tindakan laki-laki yang tidak bertanggungjawab. Hal ini diperkuat dengan kutipan berikut: - Anak-anak itu semua memandang Maruti. dengan sungguh-sungguh. Sebab semuanya akan sangat berguna Achmad Munif, 2005: 60. Maruti juga memberikan kepercayaan pada Sumi, anak asuhnya yang beranjak remaja. Meskipun perempuan, Sumi diberikan tanggung jawab untuk member contoh bagi anak-anak asuh lainnya. Sumi selalu diberi nasihat agar selalu kuat.

3. Pokok-pokok Pikiran Feminisme dalam Novel

Maruti Jerit Hati Seorang Penari Karya Achmad Munif a. Kemandirian Tokoh Perempuan Mandiri merupakan tindakan yang tidak bergantung kepada orang lain. Seseorang disebut mandiri apabila yang bersangkutan dengan rasa tanggung commit to user jawab menjalani hidupnya sendiri berdasarkan kemampuannya tanpa menggantungkan hidupnya kepada pihak lain. Dalam novel Ma ruti J erit Hati Seora ng Pena ri tampak jelas bahwa tokoh Maruti merupakan sosok perempuan yang memiliki kemandirian yang tinggi. Meskipun ia janda, tapi Maruti tetap mampu menyekolahkan dan mencari biaya kuliah untuk anak-anaknya. Bahkan ia bisa tetap mempertahankan rumah singgah dan mengurus anak-anak asuhnya. Setelah dipecat jadi penari hotel, Maruti tidak terjatuh dalam keputusasaaan. Maruti mencari pekerjaan yang sanggup ia lakukan. Maruti beralih pekerjaan sebagai pemijat. Ia memijat dari satu losmen ke losmen lainnya, dari satu hotel ke hotel lain. Di rumah Maruti juga menerima jahitan. Kemandirian Maruti terlihat dari beberapa kutipan di bawah ini: Maruti menunduk. Muncul rasa haru di dalam dirinya. Ingat anak-anak asuhnya, Maruti bertekad untuk tetap mempertahankan rumah singgah itu sampai kapanpun. Tidak henti-hentinya bujukan datang agar ia menjual bangunan itu. Namun sejauh ini ia tidak bergeming. Bahkan ada yang menawar dengan harga cukup mahal. Achmad Munif, 2005: 27 Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa Maruti dalam tanpa didampingi suami ternyata dapat bertahan mengurus rumah singgah. Selain mandiri dalam mengurus rumah singgah, Maruti merupakan sosok perempuan yang tegar. Ia mampu membiayai anaknya mengenyam dunia pendidikan. Meskipun hidup dengan kesederhanaan Maruti berusaha agar keperluan kuliah anak-anaknya tercukupi. commit to user antinya. Grace, bagiku motor itu sangat istimewa karena dibeli dengan tabungan ibuku yang dikumpulka 2005: 36. Maruti tidak hanya bekerja sebagai pemijat di malam hari. Pada siang harinya dia menjahit di rumah. Maruti menerima jahitan. sedang asyik menjahit. Malam hari memijat siang hari menjhit. Dan memang itu pekerjaannya. Tadinya ibunya hanya menolong menjhitkan bju tetangga. Tapi akhirnya langganan tidak hanya tetangga karena mereka menganggap jahitannya bagus. Achmad Munif, 2005: 51. Usaha-usaha Maruti mempertahankan hidup, membiayai sekolah anak- anak kandung dan asuhnya, serta membiayai kelangsungan hidup rumah singgah merupakan gambaran bahwa Maruti merupakan tokoh perempuan yang mandiri. Penekanan dan penindasan yang dialami Maruti, baik itu dari suami, masyarakat dan atasan akhirnya dapat diatasi. Maruti mampu bangkit dan optimis menjalani masa depan, meskipun berstatus janda. Maruti juga dapat membuktikan bahwa dirinya masih mampu mampu mencari pekerjaan lain meskipun sudah dipecat oleh Lukito Haryadi.

b. Tokoh Profeminis dan Kontrafeminis