Perempuan dalam Dunia Patriarki sebagai Kekerasan terhadap Perempuan

commit to user Hal ini merupakan bagian dari eksistensi manusia. Tidak hanya laki-laki, perempuan juga berencana, berbuat dan berani melakukan perubahan. Eksistensi perempuan pada dasarnya sama halnya dengan eksistensi manusia secara umum, yakni terkait dengan persoalan-persoalan perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Cara perempuan mengatasi persoalan yang dihadapi memunculkan eksistensi dirinya dari masyarakat yang terkadang tidak bersahabat bahkan cenderung melawannya. Usaha tokoh dalam mengatasi persoalan merupakan proses untuk menuju ke arah perbaikan. Proses tersebut dalam penelitian ini disebut sebagai eksistensi. Eksistensi perempuan dalam penelitian feminisme sosialis ini mengacu pada pandangan bahwa penindasan perempuan disebabkan karena adanya pandangan di dunia patriarki bahwa perempuan merupakan the second sex. Perempuan dipandang sebagai kelas masyarakat rendah yang tidak dihargai. Perempuan juga sering menjadi korban dalam sistem kapitalis. Dalam novel Ma ruti Jer it Ha ti Seora ng Penar i, konsep eksistensi tesebut dapat terlihat melalui tokoh Maruti. Dia yang sadar tak mampu melayani suaminya yang hiperseks, materialistis dan hedonis akhirnya memutuskan untuk bercerai. Setelah bercerai dia mampu berperan sebagai seorang ibu yang bertanggungjawab kepada anak-anak kandung dan anak asuhnya.

a. Perempuan dalam Dunia Patriarki sebagai

The Second Sex Dalam dunia patriarki, perempuan sering dipandang sebagai the second sex . Kebudayaan patriarki memperlihatkan keberpihakannya kepada para kaum commit to user laki-laki. Laki-laki dianggap sebagai penguasa. Mereka bebas memperlakukan perempuan. Gambaran tersebut juga dituangkan dalam novel Ma ruti Jerit Ha ti Seora ng Pena ri. Maruti, Nensi, dan Tantri Anjani merupakan tiga tokoh perempuan yang menjadi korban suami mereka. Perempuan sebagai makhluk yang lemah membuat mereka diperlakukan tidak adil. Kecantikan mereka dan kesetiaan mereka ternyata tidak dihargai sang suami. Fredi Sasmita dan Lukito Haryadi adalah tokoh laki-laki yang memperlakukan perempuan sebagai the second sex. Meskipun isteri mereka cantik dan penurut, ternyata mereka tetap tidak puas. Mereka memilih melakukan poligami. Bahkan tidak hanya poligami, mereka mengincar perempuan-perempuan cantik lainnya untuk memenuhi hasrat biologisnya.

b. Kekerasan terhadap Perempuan

Kekerasan terhadap permpuan akibat dari konstruksi sosial yang salah terhadap perempuan dalam budaya patriarki. Budaya yang sebagian besar masih dianut masyarakat Indonesia. Sejak manusia dilahirkan sudah diajarkan budaya bahwa laki-laki sering dihubungkan dengan tindakan maskulin yang bersifat gagah, kuat, tampan, sedangkan perempuan memiliki sifat feminis, lemah lembut, cantik, penurut. Laki-laki biasanya merupakan pribadi yang aktif, sedangkan perempuan diajari untuk menjadi pribadi yang pasif. Hal inilah yang akhirnya sering menimbulakan terjadinya kekerasan terhadap perempuan. commit to user Dalam novel Ma ruti J erit Hati Seora ng Pena ri karya Achmad Munif terlihat kekerasan fisik, seksual dan emosi yang dialami tokoh-tokoh perempuan seperti Maruti, Nensi, Tantri Anjani. Nensi dan Tantri Anjani mengalami kekerasan domestik, karena kekerasan itu dilakukan oleh suami mereka sendiri. Suami mereka termasuk laki-laki yang tidak cukup hanya beristrikan satu orang. Mereka menjadi korban perselingkuhan, bahkan secara terang-terangan akhirnya Tantri Anjani harus menerima keadaan bahwa ia dimadu. Demikian juga Nensi, ia harus terima kenyataan bahwa suaminya seorang yang hiperseks. Suami Nensi menyalahgunakan keperkasaannya untuk mengeruk uang perempuan-perempuan kaya yang kesepian. Sedangkan Maruti selain mengalami kekerasan domestik akibat ulah suami, ia juga mengalami kekerasan publik yang dilakukan oleh orang-orang luar, misalnya pasien pijatnya dan Lukito Haryadi yang saat itu berperan sebagai atasannya. Suami Maruti yang tak lain menjadi suami Nensi telah melakukan perselingkuhan. Bahkan berani memperkenalkan perempuan lainnya kepada Maruti. Sedangkan kekerasan publik yang dialami Maruti berbentuk pelecehan seksual yang dilakukan oleh pasien dan atasannya. Selain itu tokoh-tokoh dalam novel Ma ruti Jerit Hati Seora ng Pena ri juga mengalami kekerasan emosional. Grace sebagai anak konglomerat merasa tidak bahagia karena sifat papanya yang sering menyakiti hati mamanya, bahkan sempat membuat mamanya hampir bunuh diri. Berapapun uang yang diterimanya tidak sebanding dengan ketidakbahagiaannya sebagai seorang anak milyoner. commit to user Selain Grace ada tokoh Sumi, seorang anak gadis yang tidak kerasan tinggal di rumah sendiri dan akhirnya nekat menggelandang karena tindakan ibunya yang telah menelantarkan dirinya dan ayahnya. Ia merupakan gambaran seorang anak yang kurang kasih sayang dari ibunya.

c. Kebebasan Menentukan Pilihan bagi Perempuan dalam Novel