BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan
Good Corporate Governance
GCG di beberapa negara
telah terbukti mampu memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dengan
memperbaiki kinerja dan memungkinkan akses yang lebih baik terhadap modal dari luar perusahaan. Hal ini dapat disimpulkan dari beberapa penelitian yang
dilakukan oleh Standard and Poor’s selama tahun 2004 terhadap transparansi dan
pengungkapan GCG di beberapa negara di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.
Adanya praktik tata kelola perusahaan yang baik dalam suatu perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap manajemen perusahaan dan
mendorong investor untuk berinvestasi. Sebaliknya, kerangka
corporate governance
yang lemah menurunkan kepercayaan investor dan melemahkan investasi dari luar. Dengan sendirinya keberadaan GCG menjadi salah satu syarat
yang harus dipenuhi oleh perusahaan untuk mengelola bisnisnya dengan lebih efektif.
Menurut Kusumawati dan Riyanto 2005, penelitian ilmiah dengan topik
corporate governance
mangalami peningkatan yang signifikan semenjak terbukanya skandal keuangan di beberapa perusahaan raksasa asing misalnya
skandal Enron, Tyco, Worldcom dan Global Crossing. Berbagai tulisan memaparkan konsekuensi negatif dari
weak governance system
, misalnya
Iskander dan Chamlou 2000 yang menyampaikan bahwa krisis ekonomi yang terjadi di kawasan Asia Tenggara dan negara lain terjadi bukan hanya akibat
faktor ekonomi makro namun juga karena lemahnya
corporate governance.
Lemahnya hukum, standar akuntansi dan pemeriksaan keuangan yang belum mapan, pasar modal yang
under-regulated
, pengawasan komisaris yang lemah, dan terabaikannya hak minoritas merupakan penyebab rendahnya kualitas
corporate governance
di negara-negara tersebut. Kualitas
corporate governance
yang rendah menyebabkan lembaga ekonomi dan keuangan dunia seperti
World Bank
dan
International Monetary Fund
berupaya menegakkan
corporate governance
di negara-negara penerima dana, salah satunya adalah Indonesia. Mereka menganggap
corporate governance
merupakan bagian yang penting dalam sistem pasar yang efisien.
Upaya penerapan GCG ditujukan untuk mendorong optimalisasi alokasi
atau pemanfaatan sumber daya perusahaan agar kesejahteraan pemilik perusahaan terjaga. Masih menurut Kusumawati dan Riyanto 2005,
corporate governance
pada intinya merupakan pengendalian perilaku para eksekutif puncak perusahaan dengan tujuan untuk melindungi kepentingan pemilik perusahaan pemegang
saham. Masalah keagenan seperti ini muncul karena adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan, dimana pemilik sebagai pemasok modal
mendelegasikan wewenang atas pengelolaan perusahaan kepada para manajer. Implikasi dari pendelegasian kewenangan tersebut menyebabkan para eksekutif
memiliki otoritas penuh untuk memanfaatkan sumber daya yang ada.
Setiap keputusan yang diambil seharusnya didasarkan pada kepentingan pemegang saham dan sumber daya
yang ada digunakan semata-mata hanya untuk kepentingan perusahaan. Meskipun demikian, dalam suatu kerangka
corporate governance
yang lemah seringkali keputusan yang diambil hanya menguntungkan para eksekutif dan bahkan merugikan pemegang saham. Hal tersebut menyiratkan
bahwa manajemen mempunyai kepentingan yang berbeda dengan kepentingan pemilik Keasey and Wright 1997 dalam Kusumawati dan Riyanto 2005.
GCG merupakan sistem yang mampu memberikan perlindungan dan jaminan hak kepada
stakeholders,
termasuk di dalamnya adalah
shareholders, lenders, employees, executives, government, customers
dan
stakeholders
yang lain Naim 2000 dalam Hastuti 2005. Dua hal yang menjadi perhatian utama konsep
ini adalah YPPMI Sinergy Communication 2002 dalam Hastuti 2005: 1.
pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar akurat dan tepat pada waktunya,
2. kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan
disclosure
secara akurat tepat pada waktunya, dan transparan mengenai semua hal yang
berkaitan dengan kinerja perusahaan, kepemilikan dan pemegang kepentingan stakeholder.
Penerapan GCG dipercaya dapat meningkatkan kinerja atau nilai perusahaan. Pernyataan ini dapat ditemukan dalam berbagai
codes of corporate governance
hampir di semua negara. Dey Report 1994 mengemukakan bahwa
corporate governance
yang efektif dalam jangka panjang dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menguntungkan pemegang saham. Peningkatan kinerja
perusahaan tersebut tidak hanya untuk kepentingan pemegang saham namun juga untuk kepentingan publik secara umum Kusumawati dan Riyanto 2005.
Pada mulanya penelitian mengenai
corporate governance
dikaitkan dengan kinerja dan hanya berfokus pada aspek-aspek tertentu saja seperti
karakteristik kepemilikan perusahaan Millstein dan MacAvoy 1998; Bhagat dan Black 1999, keberadaan dewan direksi dan komisaris Beasley 1996,
manajemen laba Chtourou dan Bedard 2001; Siallagan dan Machfoedz 2006. Dalam perkembangannya, hubungan antara
corporate governance
dan nilai perusahaan mulai dicermati, misalnya: Black 2001 menemukan bahwa
praktik
corporate governance
mempengaruhi nilai pasar perusahaan Rusia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
corporate governance quality
dan nilai pasar perusahaan. Klapper dan Love 2004 mengevaluasi perbedaan kualitas
corporate governance
diantara perusahaan dari empat belas negara berkembang, berdasarkan pada indeks
corporate governance
yang dibuat oleh
Credit Lyonnais Securities Asia CSLA
. Mereka menemukan hubungan positif antara
governance quality
dan
market value
. Black et al. 2006 memberikan bukti bahwa
corporate governance
merupakan faktor penting dalam memprediksi
market value
di Korea Selatan dengan menggunakan suatu indeks
corporate governance
yang kompleks. Permasalahan mengenai
corporate governance
menjadi isu yang menarik di Indonesia setelah ditandatanganinya Letter of Intent LOI dengan IMF tanggal
20 Januari 2000, yang salah satu bagian pentingnya adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan-perusahaan di Indonesia YPPMI SC 2002
dalam Hastuti 2005. Sejalan dengan hal tersebut, Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG juga berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di
Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan standar GCG yang telah diterapkan di tingkat internasional dengan menetapkan suatu pedoman umum bagi
penerapan GCG. Standard and Poor’s 2004 dalam waktu yang bersamaan melakukan
penelitian terhadap tingkat transparansi dan pengungkapan
corporate governance
di Singapura, Malaysia dan Indonesia. Jauh berbeda dengan apa yang diharapkan oleh KNKG, mereka mendapatkan hasil bahwa indeks Transparansi dan
Pengungkapan Indonesia memiliki rata-rata skor yang sangat rendah apabila dibandingkan dengan kedua negara yang lain, yaitu di bawah 40 dari maksimum
skor 160. Hasil survei tersebut dapat dijadikan sumber penelitian yang menarik
apabila dikaitkan dengan nilai perusahaan, yaitu apakah investor bersedia memberikan nilai yang lebih tinggi kepada perusahaan yang memiliki kualitas
GCG yang lebih baik. Penelitian tentang kualitas
corporate governance
telah banyak dilakukan diantaranya Bai et al. 2002, Gompers et al. 2003, Leal dan
da Silva 2005, Brown dan Caylor 2006, serta Silveira dan Barros 2007. Kualitas
corporate governance
diukur dengan menggunakan seperangkat pertanyaan yang mencakup beberapa indikator sekaligus seperti akses informasi
oleh publik, isi dari informasi publik, struktur dewan, struktur kepemilikan perusahaan, serta hak pemegang saham.
Penelitian mengenai kualitas
corporate governance
dan nilai perusahaan telah banyak dilakukan oleh peneliti asing, namun di Indonesia penelitian
mengenai
corporate governance
dan nilai perusahaan terbatas pada kriteria tertentu saja sebagai proksi dari
corporate governance
, misalnya: susunan dewan direksi dan komisaris Kusumawati dan Riyanto 2005; Ujiyantho dan Pramuka
2007, struktur kepemilikan Hastuti 2005, maupun besarnya diskresionari akrual Siallagan dan Machfoedz 2006. Dengan menggunakan satu kriteria saja sebagai
proksi corporate governance maka hasil penelitian yang diperoleh tidak dapat mencerminkan pengaruh
corporate governance
tersebut secara keseluruhan terhadap nilai perusahaan.
Selama ini satu-satunya cara yang telah dilakukan untuk menilai kualitas
corporate governance
di Indonesia, adalah dengan menggunakan
Corporate Governance Perception Index
CGPI yang dikeluarkan oleh
The Indonesian Institute of Corporate Governance
IICG. Adanya CGPI ini pada kenyatannya tidak dapat menjadi sumber informasi yang cukup relevan bagi investor yang
memiliki minat terhadap praktik
corporate governance
suatu perusahaan ketika merencanakan suatu investasi yang menguntungkan. Dari tahun ke tahun survei
yang dilakukan oleh IICG untuk menilai
corporate governance
hanya diikuti oleh sedikit perusahaan saja sebagai peserta. Minimnya jumlah perusahaan yang
bersedia dinilai kualitas
corporate governance
nya serta tidak terdapatnya variabel pengukuran kualitas
corporate governance
yang memadai pada penelitian- penelitian terdahulu melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang
kualitas
corporate governance
dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan di Indonesia.
Berbeda dengan penelitian-penelitian lokal tersebut, indikator-indikator seperti akses informasi oleh publik, isi dari informasi publik, struktur dewan,
struktur kepemilikan perusahaan, serta hak pemegang saham yang dikemukakan oleh Silveira dan Barros 2007 sangat sesuai digunakan untuk menilai kualitas
corporate governance
. Hal ini dapat dipahami karena asas-asas
corporate governance
yaitu: transparansi, akuntabilitas, reponsibilitas, independensi, serta kewajaran dan kesetaraan dapat ditunjukkan oleh keberadaan indikator-indikator
tersebut. Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Silveira dan Barros 2007
tersebut, penulis juga menggunakan suatu indeks untuk menilai kualitas
corporate governanc
e. Indeks tersebut terdiri dari 23 butir pertanyaan yang dikembangkan dari penelitian Silveira dan Barros 2007 dan
Standard and Poor’s 2004 dalam berbagai penelitiannya mengenai
Transparency and Disclosure Index
. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terbagi ke dalam 4 aspek yaitu: akses terhadap
informasi, isi dari informasi, struktur dewan, serta kepemilikan dan hak pemegang saham. Melalui penelitian ini akan dapat diketahui apakah investor bersedia
memberikan penilaian lebih tinggi bagi perusahaan yang kualitas
corporate governance-
nya lebih baik.
B. Rumusan Masalah