penggunaan saham kelas ganda, struktur piramida, dan kepemilikan silang di antara perusahaan. Pada pasal 36 UU No. 40 Tahun 2007, secara tersirat
diatur bahwa perseroan tidak diperkenankan untuk menerbitkan saham bagi perseroan lain yang baik secara langsung maupun tidak sahamnya telah
dimiliki oleh perseroan. Pengungkapan informasi tentang persentase kepemilikan silang yang dimiliki oleh perusahaan dapat membantu calon
investor untuk menilai apakah terdapat kemungkinan ekspropriasi pemegang saham minoritas.
4. Nilai perusahaan
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi merupakan gambaran kemakmuran pemegang. Nilai
perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan ditunjukkan oleh harga pasar
saham biasa dari perusahaan yang bersangkutan. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan
price to book value
.
Price to book value
yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke depan. Hal itu juga menjadi
keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan tingginya kemakmuran pemegang saham Soliha dan Taswan
2002. Nilai perusahaan dalam beberapa literatur disebut dengan berbagai istilah,
misalnya
price to book value
PBV
ratio
Fakhuddin dan Hadianto 2001 dan marketbook MB
ratio
Brigman dan Gapenski 2006. Terdapat berbagai
istilah yang dipakai untuk mewakili nilai perusahaan pada masing-masing literatur, walaupun demikian pada dasarnya nilai perusahaan merupakan
perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per saham Brigman dan Gapenski 2006. Adapun yang dimaksud dengan nilai buku per saham atau
book value per share
adalah perbandingan antara modal dan jumlah saham yang beredar Fakhuddin dan Hadianto 2001. Jadi
price to book value
dapat diartikan sebagai hasil perbandingan antara harga saham dan nilai buku saham.
Price to book value
merupakan rasio yang menunjukkan apakah harga saham yang diperdagangkan
overvalued
di atas atau
undervalued
di bawah nilai buku saham tersebut.
Price to book value
menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Dengan demikian
price to book value
sangat berguna untuk menentukan saham-saham apa saja yang mengalami
overvalued
,
undervalued
atau wajar Pandowo 2002. DaDalt et al. 2003 menyatakan bahwa
Tobin’s Q pada mulanya digunakan untuk mengukur kecenderungan perusahaan dalam berinvestasi. Pada
perkembangannya, Tobin’s Q digunakan sebagai proksi yang umum dipakai untuk
mengukur nilai relatif suatu perusahaan. Tobin’s Q dihitung dengan membagi
nilai pasar aktiva dengan
replacement cost
aktiva. Sebagai contohnya, nilai Q yang rendah antara 0 dan 1 dapat diartikan bahwa biaya penempatan kembali
aktiva perusahaan lebih besar dari nilai sahamnya atau dengan kata lain saham telah
undervalued.
Sebaliknya, nilai Q di atas 1 berarti harga saham telah
overvalued
dan hal ini menjadi faktor pemicu keputusan investasi dalam model Tobin.
Dalam kaitannya dengan
corporate governance
, para peneliti menggunakan
Tobin’s Q untuk mengukur besarnya diskonto pada nilai perusahaan yang disebabkan oleh adanya ekspropriasi pemegang saham minoritas
Morck et al. 1988; La Porta et al. 2002.
Corporate governance
yang lebih baik diindikasikan akan meningkatkan nilai perusahaan yang diukur dengan
Tobin’s Q. Gagasan yang mendasari pemikiran ini adalah bahwa masalah keagenan dapat
mempengaruhi nilai perusahaan melalui arus kas yang diharapkan oleh investor dan melalui biaya modal.
La Porta et al. 2002 memprediksi bahwa investor akan memberikan penawaran yang lebih tinggi terhadap harga saham apabila terdapat perlindungan
yang lebih baik yang mampu menjamin laba perusahaan akan mereka dapatkan kembali dalam bentuk bunga maupun dividen dan tidak akan diekspropriasi oleh
pemegang saham pengendali. Masih dalam penelitian yang sama, mereka menyatakan bahwa GCG mengurangi biaya
monitoring
dan
auditing
yang harus dilakukan oleh investor.
B. Pengembangan Hipotesis
Dalam perspekif teori keagenan, agen yang
risk adverse
dan yang cenderung mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan sumber daya atau
berivestasi pada hal-hal yang tidak meningkatkan nilai perusahaan. Permasalahan
agensi ini akan mengindikasikan bahwa nilai perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan biasa mengendalikan perilaku manajemen agar tidak