Dalam kaitannya dengan
corporate governance
, para peneliti menggunakan
Tobin’s Q untuk mengukur besarnya diskonto pada nilai perusahaan yang disebabkan oleh adanya ekspropriasi pemegang saham minoritas
Morck et al. 1988; La Porta et al. 2002.
Corporate governance
yang lebih baik diindikasikan akan meningkatkan nilai perusahaan yang diukur dengan
Tobin’s Q. Gagasan yang mendasari pemikiran ini adalah bahwa masalah keagenan dapat
mempengaruhi nilai perusahaan melalui arus kas yang diharapkan oleh investor dan melalui biaya modal.
La Porta et al. 2002 memprediksi bahwa investor akan memberikan penawaran yang lebih tinggi terhadap harga saham apabila terdapat perlindungan
yang lebih baik yang mampu menjamin laba perusahaan akan mereka dapatkan kembali dalam bentuk bunga maupun dividen dan tidak akan diekspropriasi oleh
pemegang saham pengendali. Masih dalam penelitian yang sama, mereka menyatakan bahwa GCG mengurangi biaya
monitoring
dan
auditing
yang harus dilakukan oleh investor.
B. Pengembangan Hipotesis
Dalam perspekif teori keagenan, agen yang
risk adverse
dan yang cenderung mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan sumber daya atau
berivestasi pada hal-hal yang tidak meningkatkan nilai perusahaan. Permasalahan
agensi ini akan mengindikasikan bahwa nilai perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan biasa mengendalikan perilaku manajemen agar tidak
menghamburkan sumber daya perusahaan, baik dalam bentuk investasi yang
tidak layak, maupun dalam bentuk
shirking. Corporate governance
merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan
nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Dengan demikian, penerapan GCG
dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Dey Report
1994 mengemukakan bahwa
corporate governance
yang efektif dalam jangka panjang dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menguntungkan para pemegang
saham. Peningkatan kinerja perusahaan tersebut tidak hanya untuk kepentingan pemegang saham namun juga untuk kepentingan publik secara umum.
Walaupun demikian, menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Aman dan Nguyen 2007, peringkat
corporate governance
yang lebih tinggi yang diraih oleh suatu perusahaan ternyata menghasilkan return yang lebih rendah daripada
perusahaan dengan peringkat
corporate governance
yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena perusahaan dengan peringkat yang lebih rendah dapat
memberikan return yang lebih tinggi karena mereka memiliki risiko yang lebih tinggi pula.
Berbeda dengan penelitian tersebut, terdapat lebih banyak penelitian yang mendukung hipotesis bahwa
corporate governance
berasosiasi dengan nilai perusahaan yang lebih tinggi. Morck et al. 1988 dalam Bernhart Rosenstein
1998 misalnya, menguji hubungan antara kepemilikan manajerial dan komposisi dewan komisaris terhadap nilai perusahaan menemukan bahwa nilai perusahaan
meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan manajerial sampai dengan
5, kemudian menurun pada saat kepemilikan manajerial 5-25, dan kemudian meningkat kembali seiring dengan adanya peningkatan kepemilikan
manajerial lebih dari 25 secara berkelanjutan. Black et al. 2003 berargumen bahwa perusahaan yang dikelola dengan
lebih baik akan lebih menguntungkan sehingga investor akan mendapat return yang lebih tinggi. Black 2001 mengevaluasi hipotesis bahwa praktik
corporate governance
di Rusia mempengaruhi nilai pasarnya. Black et al. 2006 juga menemukan bukti bahwa
corporate governance
merupakan salah satu faktor penting yang dapat memprediksi nilai pasar perusahaan di Korea Selatan dengan
menggunakan suatu indeks governance yang kompleks untuk menilai kualitasnya. Johnson et al. 2000 memberikan bukti bahwa kualitas
corporate governance
dalam suatu negara berdampak positif pada pasar saham dan nilai tukar mata uang negara yang bersangkutan pada masa krisis di Asia. Penjelasan
teoritis yang mendasari penelitian mereka adalah bahwa jika ekspropriasi yang dilakukan oleh para manajer meningkat, maka dampak yang ditimbulkan dari
menurunnya tingkat kepercayaan investor akan mendorong terjadinya penurunan
capital inflow
dan meningkatnya
capital outflow
dari suatu negara. Akibat selanjutnya adalah menurunnya harga saham dan nilai tukar mata uang negara
yang bersangkutan. Penelitian mereka dilakukan dengan menggunakan sampel sebanyak 25 negara yang sedang berkembang pasar modalnya
emerging market
, termasuk diantaranya adalah Indonesia. Variabel
corporate governance
diukur dengan menggunakan alat ukur yang dikembangkan La Porta et al. 1998, yang
terdiri dari
judicial efficiency
,
corruption
,
rule of law
,
enforceable minority
sharehold
er’s
rights
,
antidirector
’s
rights
,
creditor
’s
rights
, dan
accounting standards
. Gompers et al. 2003 menghitung indeks
corporate governance
untuk 1.500 perusahaan Amerika Serikat yang terdiri dari 24
anti-takeover provision
dan shareholder’s right yang dikumpulkan oleh
Investor Responsibility Research IRRC
yang dapat dinilai secara obyektif. Masing-masing item indeks merupakan variabel
dummy
, dan indeks tersebut merupakan jumlah sederhana dari variabel
dummy
. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa
shareholder
’s
rights
yang lebih baik berasosiasi dengan
corporate valuation
yang lebih tinggi. Selain itu penelitian mereka memastikan bahwa praktik
pro-shareholder governance
berhubungan positif dengan keuntungan dan pertumbuhan penjualan dan sebaliknya berhubungan negatif dengan belanja modal dan jumlah akuisisi.
Penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian Brown dan Caylor 2004 yang menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan dengan
governance practice
yang lebih baik jauh lebih berharga, menunjukkan kinerja yang lebih berkualitas,
berisiko lebih rendah dan tidak mudah berubah pendirian, serta membayarkan deviden lebih banyak. Black et al. 2003 dan Drobetz et al. 2003
mengembangkan indeks governance berdasarkan survei ekstensif dan melaporkan bahwa
corporate governance
yang lebih baik dalam suatu perusahaan berasosiasi dengan penilaian yang lebih tinggi.
Sejalan dengan penelitian-penelitian di atas, Bai et al. 2002 menyusun suatu indeks yang menggambarkan keseluruhan praktik
corporate governance
di antara perusahaan go publik di Cina yang disebut G-index. Melalui indeks
tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan dengan G index yang lebih tinggi, sahamnya dinilai lebih tinggi pula oleh pasar. Masih dengan pendekatan serupa,
Lei dan Song 2004 menggunakan indeks
corporate governance
yang terdiri dari 5 mekanisme: transparansi, konflik kepentingan eksekutif, kompensasi eksekutif,
struktur kepemilikan, dan struktur dewan direksi. Hasil penelitian mereka mendukung penelitian yang dilakukan oleh Bai et al. 2002 yaitu investor Hong
Kong bersedia memberikan nilai yang lebih tinggi bagi standar
corporate governance
yang lebih baik. Beberapa penelitian lokal tentang hubungan
corporate governance
dan nilai perusahaan yang pernah dilakukan mengemukakan hasil yang serupa dengan
penelitian-penelitian di atas. Herawaty 2008 mendapatkan hasil bahwa GCG dalam hal ini diproksikan dengan komisaris independen, kualitas audit dan
kepemilikan institusional mempengaruhi nilai perusahaan walaupun sebagai variabel pemoderasi. Siallagan dan Machfoedz 2006 sebelumnya juga telah
melakukan penelitian mengenai
corporate governance
, manajemen laba dan nilai perusahaan. Melalui penelitian mereka tersebut didapatkan hasil bahwa
corporate governance
mempengaruhi kualitas laba yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Dalam penelitian tersebut, mereka menggunakan dua proksi
corporate governance
yakni dewan komisaris dan kepemilikan manajerial. Hastuti 2005 menyatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara
transparansi dan kinerja keuangan perusahaan. Kusumawati dan Riyanto 2005, juga mengemukakan hal senada dan bahkan mendapatkan hasil bahwa praktik
corporate governance
berasosiasi dengan nilai perusahaan pada tingkat
signifikansi 5. Luciana dan Lailul 2006 mendukung pernyataan tersebut dengan mengemukakan hasil penelitiannya bahwa indeks
corporate governance
di Indonesia memiliki kandungan informasi yang bermanfaat dan mendapat respon yang sangat signifikan oleh pasar di sekitar tanggal pengumuman
peringkat CGPI tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah:
H1: Kualitas
corporate governance
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian menggunakan data sekunder yang berupa data seluruh perusahaan yang terdaftar berturut-turut di Bursa Efek Indonesia selama tahun
2007-2008. Satu hal yang mendasari penulis untuk menggunakan sampel dari kedua tahun tersebut adalah bahwa Peraturan bank Indonesia No. 84PBI2006
tentang pelaksanaan
Good Corporate Governance
bagi Bank Umum baru ditetapkan pada bulan Januari 2006 dan disusul oleh Pedoman
Good Corporate
Governance
Indonesia yang dikeluarkan oleh KNKG pada bulan Oktober 2006. Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis
hypothesis testing
yang menguji hipotesis yang telah dirumuskan pada bagian awal bab. Penelitian ini
menggunakan gabungan data
times series
dan
cross section
. Ada beberapa pendekatan ekonometrik yang digunakan dalam menganalisa
pengaruh kualitas c
orporate governance
dan nilai perusahaan:
Ordinary Least Square
OLS
,
Instrumental Variables
yang diestimasi dengan
two-stage Least Square
–2
SLS dan Simultaneous Equation System
yang diestimasi dengan
three- stage Least Square
– 3
SLS
Silveira dan Barros, 2007. Namun demikian pada penelitian ini, yang digunakan hanya pendekatan
OLS
saja karena tidak tersedianya instrumen yang dapat dimanfaatkan sebagai variabel
instrumental dalam estimasi 2
SLS
dan 3
SLS
. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Silveira dan Barros 2007 dan menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan pada