commit to user
Sebaliknya, tingkat
debt ratio
yang kecil menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena menyebabkan tingkat pengembalian yang semakin tinggi Ang 1997.
Secara matematis DER dapat diformulasikan sebagai berikut : DER =
6 Total
Debt
merupakan total
lia bilities
baik utang jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan total
shareholder’s equity
merupakan total modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur
modal dari total pinjamam utang terhadap total modal yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi
Debt to Equity Ratio
DER menunjukkan komposisi total utang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak
semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar kreditur, atau semakin besar penggunaan utang akan semakin tingginya risiko untuk tidak mampu
membayar utang. Investor biasanya selalu menghindari risiko, maka semakin tinggi DER akan mengakibatkan saham perusahaan tersebut semakin dihindari
investor, sehingga harga saham akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya. Ang 1997, penurunan minat investor dalam menanamkan dananya ini akan
berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, dengan adanya penurunan harga saham, maka
return
saham perusahaan juga semakin menurun. Sebagaimana dikatakan Sawir 2001 semakin tinggi utang DER cenderung
menurunkan
return
saham. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Debt to Equity Ratio
DER memiliki pengaruh negatif terhadap
return
saham.
2.2 PENELITIAN TERDAHULU
commit to user
Penelitian tentang arus kas yang dihubungkan dengan
return
saham telah banyak dilakukan antara lain Triyono dan Hartono 2000, Livnat dan Santicchia
2006, Daniati dan Suhairi 2006, Utari 2006, Nasir 2008, Elleuch 2009, Martani
et a l
. 2009, Panahian dan Zolfaghari 2010 dan Dastgir 2010. Dari penelitian tersebut yang menunjukkan hubungan signifikan dengan
return
saham yaitu penelitian Triyono dan Hartono 2000 menguji hubungan kandungan
informasi arus kas, komponen arus kas dan laba akuntansi dengan harga atau
return
saham. Elleuch 2009 menguji faktor fundamental dalam memprediksi
return
saham di bursa Tunisia dengan mengambil sampel 22 perusahaan non keuangan, Utari 2006 menguji kandungan informasi laba dan arus kas guna pengambilan
keputusan investasi, sedangkan Dastgir 2010 menguji hubungan antara komponen laba rugi dan komponen arus kas dengan
return
saham, sesuai dengan teori, dapat dikatakan bahwa arus kas mempunyai hubungan berbanding lurus
dengan
return
saham, semakin tinggi arus kas operasi, maka semakin tinggi kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut dan akhirnya akan menaikkan
nilai perusahaan
return
saham, sebaliknya semakin rendah arus kas operasi, maka semakin kecil kepercayaan investor terhadap perusahaan yang akhirnya
akan menurunkan
return
saham. Penelitian Daniati dan Suhairi 2006 yang dilakukan di perusahaan
manufaktur periode tahun 1999-2004, sampel penelitian diambil dengan metode
purposive sa mpling
. Variabel yang digunakan disini
ca sh flows from operating, investing a nd fina ncia l a ctivities, gross profit, company size,
namun variabel yang berpengaruh terhadap variabel
return
saham adalah
ca sh flows from investing,
commit to user
a ctivities, gross profit and company size
, sedangkan arus kas dari aktivitas operasi tidak berpengaruh terhadap
expected return
saham. Demikian juga penelitian Panahian dan Zolfaghari 2010 dengan
mengambil sampel 80 perusahaan yang terdaftar di bursa saham Teheran sepanjang tahun 2004-2007, dengan variabel independen yang digunakan
operating income, ca sh flows from operation, a ll a ccrua l, non current a ccrua l a nd current a ccrua l
sebagai independen variabel dan sebagai dependen variabelnya
stock return,
hasilnya tidak ada hubungan antara
operating income
dan
ca sh flows from operation
dengan
stock return.
Penelitian lain yang menguji
Price Ea rnings Ratio
terhadap
return
saham dilakukan oleh Aydogan dan Gursoy 2000, Aras dan Yilmas 2008, Al-Mwalla
et a l
. 2010, dan Erb
et a l
. 1996, sedangkan penelitian yang dilakukan di Indonesia dilakukan oleh Hardiningsih
et a l
. 2002, Tendi
et a l.
2005, Wijaya 2008 dan Nugroho 2009 hasilnya masih terdapat ketidak konsistenan antara
penelitian yang satu dengan yang lain, Erb
et a l
. 1996, Wijaya 2008 dan Nugroho 2009 dalam penelitiannya tidak ditemukan hubungan antara PER
dengan
return
, namun Aydogan dan Gursoy 2000, Hardiningsih
et a l.
2002, Tendi 2005
et a l
. dan Al-Mwalla
et a l
. 2010 menemukan sebaliknya yaitu dalam penelitiannya membuktikan adanya hubungan antara PER dengan
return
saham dan mendukung teori yang ada yaitu PER yang tinggi menunjukkan pertumbuhan dan kinerja perusahaan semakin baik, yang akhirnya akan
meningkatkan
return
. Penelitian Sari dan Hutagaol 2009 juga membahas
return
dan salah satu variabel independennya adalah
Debt to Equity Ratio
, sampel yang diambil 12
commit to user
perusahaan
Food and Bevera ges
selama tahun 2003-2008 dan hasilnya menyatakan tidak signifikan antara DER dengan
return
saham, namun penelitian yang dilakukan oleh Adami
et a l
. 2010 yang dilakukan di London
Stock Excha nge
dengan sampel 792 perusahaan dan hasilnya menunjukkan hubungan yang signifikan dan negatif antara
levera ge
dengan
return
saham, demikian juga penelitian yang dilakukan oleh George dan Hwang 2007 membuktikan
hubungan negatif antara
levera ge
dengan
return
saham.
2.3 PENGEMBANGAN HIPOTESIS