commit to user
perusahaan
Food and Bevera ges
selama tahun 2003-2008 dan hasilnya menyatakan tidak signifikan antara DER dengan
return
saham, namun penelitian yang dilakukan oleh Adami
et a l
. 2010 yang dilakukan di London
Stock Excha nge
dengan sampel 792 perusahaan dan hasilnya menunjukkan hubungan yang signifikan dan negatif antara
levera ge
dengan
return
saham, demikian juga penelitian yang dilakukan oleh George dan Hwang 2007 membuktikan
hubungan negatif antara
levera ge
dengan
return
saham.
2.3 PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Penelitian ini menggunakan empat variabel, tiga di antaranya merupakan variabel independen yaitu
,
Arus Kas Operasi,
Price Ea rnings Ratio
dan
Levera ge
, sedangkan variabel dependennya yaitu
return
saham. Hubungan masing-masing variabel independen dengan variabel dependen
diuraikan sebagai berikut: 2.3.1 Hubungan antara Arus Kas Operasi dengan
Return
Saham Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah untuk memberikan
informasi mengenai aliran dana perusahaan. Lebih jauh lagi, laporan keuangan diharapkan bisa memberi informasi mengenai likuiditas perusahaan, fleksibilitas
keuangan perusahaan, dan kemampuan operasional perusahaan. Laporan arus kas bermanfaat karena bisa memberikan informasi yang bisa memenuhi tujuan di atas.
Hanafi 2007: 59. Tujuan utama arus kas adalah memberikan informasi tentang penerimaan kas dan pembayaran kas suatu entitas selama periode tertentu. Tujuan
lain adalah memberikan informasi kepada kreditor, investor dan pemakai lainnya dalam menentukan kemampuan perusahaan untuk menimbulkan arus kas bersih
commit to user
positif dimasa yang akan datang. Kepentingan investor dan kreditor atas informasi aliran kas meliputi jumlah, waktu, dan tingkat ketidakpastiannya Belkaoui 2009:
143 Laporan arus kas melaporkan arus kas melalui tiga jenis transaksi yaitu 1 Arus kas dari aktivitas operasi, 2 Arus kas dari aktivitas investasi, 3 Arus kas
dari aktivitas pendanaan. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan
dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan, umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan
laba atau rugi bersih, sebagaimana yang diungkapkan oleh Kieso dan Weygant 2007: 213 bahwa arus kas operasi melibatkan efek dari kas yang berkaitan
dengan transaksi yang menentukan
net income
. Arus kas aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat
menghasilkan kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa
mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar Daniati dan Suhairi 2006. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Daniati dan Suhairi 2006 diperoleh
hasil tidak adanya pengaruh yang signifikan antara arus kas operasi terhadap
Expected return
saham, juga penelitian yang dilakukan oleh Martani
et a l.
2009, bahwa arus kas dari operasi tidak berpengaruh terhadap
return
saham. Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan Panahian dan Zolfaghari 2010 yang
menyatakan bahwa arus kas dari operasi tidak memiliki hubungan dengan
return
saham, hal ini disebabkan karena pada umumnya para investor Iran di pasar modal Iran lebih mengandalkan pada
item a crua l
untuk mengevaluasi saham daripada
ca sh flow
dari operasi, dari hasil penelitian tersebut bertentangan dengan
commit to user
teori yang ada, sebagaimana diungkapkan oleh Kieso dan Weygant 2007: 213, bahwa arus kas operasi melibatkan efek dari kas yang berkaitan dengan transaksi
yang menentukan
net income
. Arus kas aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah
dari operasi perusahaan dapat menghasilkan kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan
melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar, sehingga dapat dikatakan bahwa
return
yang diterima oleh investor tergantung dari kas yang dihasilkan dari operasi perusahaan, semakin besar kas bersih yang
dihasilkan oleh perusahaan, maka
return
yang diterima oleh investor juga semakin tinggi, begitu juga sebaliknya sehingga ada hubungan yang signifikan antara arus
kas operasi dengan
return
saham. Berikut beberapa penelitian yang mendukung teori yang ada yaitu
membuktikan hubungan positif antara arus kas operasi dengan
return
saham yaitu penelitian yang dilakukan oleh Triyono dan Hartono 2000, Utari 2006, Livnat
dan Santicchia 2006, Nasir 2008, Elleuch 2009, dan Dastgir 2010. Penelitian Triyono dan Hartono 2000 menguji kandungan laba dan informasi
arus kas yang dikelompokkan dari aktivitas operasi, pendanaaan dan investasi, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa, total arus kas tidak mempunyai
hubungan yang signifikan dengan
return
saham, tetapi pemisahan arus kas ke dalam komponen arus kas operasi, pendanaan dan investasi menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan dengan
return
saham, hal tersebut sesuai dengan hipotesa yang diajukan yaitu ada hubungan antara perubahan arus kas dari
aktivitas operasi dengan
return
saham. Penelitian yang dilakukan oleh Elleuch
commit to user
2009 di pasar bursa Tunisia dan hasilnya hampir semua sinyal fundamental yang diteliti mempunyai korelasi yang positif dengan
return
saham termasuk arus kas, pemilihan duabelas sinyal dasar ini, telah dihandalkan dan banyak ditunjukkan
dari penelitian sebelumnya, dalam kemampuannya memprediksi laba masa depan,
performa nce
dan
return
. Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Utari 2006 arus kas
bersih dari aktivitas operasi dan pendapatan serta laba akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap
return
saham, di mana arus kas operasi memiliki pengaruh yang paling signifikan. Dalam penelitian Dastgir 2010 juga terbukti
bahwa arus kas dari operasi mempunyai hubungan yang kuat dengan
stock return
hal ini sesuai dengan teori bahwa, semakin tinggi arus kas operasional perusahaan, maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut,
sehingga semakin besar pula nilai
expected return
saham, dan sebaliknya, semakin rendah arus kas operasional perusahaan maka semakin kecil kepercayaan
investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai
expected return
saham. Berdasarkan argumen-argumen di atas dan hasil penelitian dari peneliti
terdahulu yang masih inkonsisten antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lainnya, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Triyono dan Hartono
2000, Utari 2006, Elleuch 2009 dan Dastgir 2010 yang membuktikan ada hubungan antara Arus Kas Operasi dengan
return
saham, namun penelitian Livnat dan Santicchia 2006 dan Nasir 2008 menemukan tidak adanya
hubungan antara arus kas operasi dengan
return
saham, sehingga perlu dilakukan
commit to user
penelitian kembali hubungan antara arus kas operasi
Ca sh Flows from Operation
dengan
return
saham
Stock Return
. Berdasarkan uraian sebagaimana dipaparkan di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis-1
: Arus Kas Operasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
return
saham. 2.3.2 Hubungan antara
Price Ea rnings Ratio
dengan
Return
Saham
Ea rnings
merupakan hal yang sangat penting sebagai alat analisis seorang investor dan calon investor, dimana seorang calon investor akan membeli saham
atau berinvestasi ke suatu perusahaan dikarenakan perusahaan mempunyai laba, jika perusahaan tidak mempunyai laba, maka ketertarikan seorang investor
terhadap perusahaan akan berkurang. Investor selalu beranggapan bahwa setiap perusahaan yang mempunyai laba, maka akan mampu untuk memberikan imbalan
yang baik terhadapnya, sehingga
return
yang diharapkan oleh seorang investor mampu terwujud.
Ea rnings
dapat diukur dengan menggunakan Laba Per Lembar Saham
Ea rnings Per Sha re
. Laba per lembar saham biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para investor yang umumnya terdapat korelasi yang kuat
antara pertumbuhan laba dengan pertumbuhan harga saham Munawir 2004: 122.
Ea rnings Per Share
EPS adalah rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah rupiah yang diterima untuk setiap lembar saham biasa, dan EPS merupakan salah
satu indikator dalam menghitung PER.
Price Ea rnings Ratio
PER merupakan rasio pasar yang dapat digunakan oleh investor untuk menilai kewajaran suatu harga saham. Rasio ini dilihat oleh
commit to user
investor sebagai ukuran kemampuan menghasilkan laba masa depan
future ea rnings
dari suatu perusahaan, investor dapat mempertimbangkan rasio tersebut guna memilah-milah saham mana yang nantinya dapat memberikan keuntungan
yang besar di masa yang akan datang. Perusahaan dengan kemungkinan pertumbuhan yang tinggi
high growth
biasanya mempunyai PER yang besar, sedangkan perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah
low growth
biasanya memiliki PER yang rendah, Semakin besar PER suatu saham menunjukkan harga
saham tersebut semakin tinggi. Hal ini menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik sehingga meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut,
sedangkan Tandelilin 2010: 375 informasi Price Earning Ratio PER mengidentifikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk
memperoleh satu rupiah
ea rnings
perusahaan. Sangaji 2003 dalam Nugroho 2009 menyatakan
Price Ea rnings ratio
PE
ra tio
merupakan rasio harga saham suatu perusahaan dengan pendapatan per saham perusahaan tersebut. Harga saham yang dimaksud adalah harga pasar
saham, yang secara umum adalah harga penutupan saham tersebut. Pendapatan perusahaan adalah pendapatan bersih setelah pajak yang merupakan pendapatan
12 bulan sebelumnya atau disebut
trailing ea rnings
. PE
ratio
juga merupakan salah satu metode evaluasi terhadap harga saham, apakah saham
overva lued
atau
underva lued
. Para investor akan membeli saham ketika saham tersebut
underva lued
, yaitu harga sebenarnya lebih besar daripada harga pasarnya. Sebaliknya, para investor akan menjual saham ketika saham tersebut
overva lued
, yaitu harga pasar saham lebih besar daripada harga sebenarnya.
commit to user
PER merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham
ma rket price
dengan
ea rnings per sha re
EPS dari saham yang bersangkutan, atau formulasinya bisa ditulis sebagai berikut:
7 Bagi Investor, nilai PER yang rendah akan memberikan kontribusi
tersendiri, hal ini disebabkan selain dapat membeli saham dengan harga yang relatif murah, kemungkinan untuk mendapatkan
ca pita l gains
juga semakin besar. Selain itu investor dapat memiliki banyak saham dari berbagai perusahaan yang
publik. Sebaliknya, emiten menginginkan tingkat PER yang tinggi pada waktu publik. PER yang tinggi menunjukkan pertumbuhan dan kinerja perusahaan cukup
baik, dan semakin tinggi PER menunjukkan prospektus harga saham dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, dan
apabila harga saham semakin tinggi, maka selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya semakin besar, sehingga
ca pita l gains
juga semakin meningkat. Berdasarkan argumen tersebut menunjukkan bahwa
Price Ea rnings Ra tio
mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap
return
saham. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Aydogan dan Gursoy 2000
menunjukkan bahwa
Price-to-Ea rnings Ratios
dan
book-to-ma rket ratios
memiliki kekuatan prediktif terharap
return
masa depan, dan penelitian yang dilakukan oleh Aras dan Yilmas 2008 yang mengambil sampel 12
emerging stock ma rkets
, hasilnya juga menunjukkan bahwa
Price Ea rnings Ratio
merupakan salah satu variabel yang dapat di gunakan untuk memprediksi
return
saham. Demikian juga Hardiningsih
et a l.
2002, Tendi
et a l
. 2005 yang hasil
commit to user
penelitiannya menyatakan bahwa variabel
Price Ea rnings Ratio
PER juga berpengaruh positif terhadap harga atau
return
saham. Penelitian Al-Mwalla
et a l.
2010 dengan mengambil sampel 24 perusahaan yang terdaftar di Amman
Stock Excha nge
, menunjukkan hubungan
negative
antara
Price Ea rnings ratio
dengan
Stock return
, sedangkan penelitian Erb
et a l
. 1996 sampel penelitian sebanyak 47 pasar modal di dunia yang dibagi dalam dua kelompok yaitu
Developed markets
dan
emerging ma rket
, hasil penelitiannya tidak ditemukan hubungan atau pengaruh PER dengan
return
saham baik di
developed ma rket
maupun
emerging market
, dan Nugroho 2009 yang mengambil sampel perusahaan industri textil dan industri otomotif hasil
penelitiannya juga tidak ditemukan hubungan antara
Price Ea rnings Ratio
dengan
return
saham baik di sub sektor industri otomotif maupun sub sektor industri textil, juga penelitian Wijaya 2008 yang mengambil sampel perusahaan
telekomunikasi yang
go public
di Indonesia sebanyak enam perusahaan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa
Price Ea rnings Ra tio
tidak memiliki pengaruh terhadap
return
saham. Dengan demikian masih ada kontradiktif antara penelitian yang satu
dengan yang lainnya, penelitian Aydogan dan Gursoy 2000, Hardiningsih
et a l.
2002, Tendi
et a l
. 2005, Aras dan Yilmas 2008 dan Al-Mwalla 2010 membuktikan adanya hubungan antara PER dengan
return
saham, namun Erb
et a l
. 1996, Wijaya 2008 dan Nugroho 2009 hasil penelitiannya tidak ditemukan hubungan antara PER dengan
return
saham, sehingga perlu diadakan penelitian kembali tentang pengaruh PER terhadap harga atau
return
saham.
commit to user
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis-2
:
Price Ea rnings Ratio
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
return
saham. 2.3.3. Hubungan antara
Leverage
dengan
Return
Saham Menurut Munawir 2004: 124, utang atau
levera ge
adalah semua kewajiban keuangan perusahaan pada pihak lain yang belum terpenuhi, di mana
utang ini merupakan sumber danamodal yang berasal dari kreditor. Salah satu rasio pengukur dari
Levera ge
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Debt to Equity Ratio
DER
. Debt to Equity Ratio
merupakan perbandingan antara total utang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitasnya.
Secara matematis DER dapat diformulasikan sebagai berikut: DER =
8 Total
Debt
merupakan total
lia bilities
baik utang jangka pendek maupun jangka panjang, total
shareholder’s equity
merupakan total modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari
total pinjamam utang terhadap total modal yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi
Debt to Equity Ratio
DER menunjukkan komposisi total utang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar
beban perusahaan terhadap pihak luar kreditur. Semakin besar utang, semakin besar risiko yang ditanggung perusahaan.
Oleh karena itu perusahaan yang tetap mengambil utang sangat bergantung pada biaya relatif. Biaya utang lebih kecil daripada dana ekuitas, dengan menambahkan
commit to user
utang ke dalam neracanya, perusahaan secara umum dapat meningkatkan profitabilitas,
yang kemudian
menaikkan harga
sahamnya, sehingga
meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham dan membangun potensi pertumbuhan yang lebih besar, sebaliknya biaya utang lebih besar daripada dana
ekuitas, dengan menambahkan utang ke dalam neracanya, justru akan menurunkan profitabilitas perusahaan Walsh 2004.
Menurut Riyanto 2001: 155 kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya menunjukkan “solvabilitas” suatu perusahaan.
Suatu perusahaan yang “
solva ble
” berarti perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua utang-utangnya.
Debt to Equity Ratio
DER menunjukkan struktur permodalan suatu perusahaan yang merupakan perbandingan antara total utang dengan ekuitas yang digunakan
sebagai sumber pendanaan perusahaan.
Ba lancing theory
menyatakan bahwa keputusan untuk menambah utang tidak hanya berdampak negatif, tetapi juga
dapat berdampak positif karena perusahaan harus berupaya menyeimbangkan manfaat dengan biaya yang ditimbulkan akibat utang.
Modigliani dan Miller 1958 menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan akan meningkat dengan meningkatnya
Debt to Equity Ratio
DER karena adanya efek dari
corporate ta x shield
. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan pasar
sempurna dan ada pajak, umumnya bunga yang dibayarkan akibat penggunaan utang dapat dipergunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak.
Dengan demikian apabila terdapat dua perusahaan dengan laba operasi yang sama, tetapi perusahaan yang satu menggunakan utang dan membayar bunga, sedangkan
commit to user
perusahaan yang lain tidak, maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan yang lebih kecil, sehingga menghemat pendapatan.
Tingkat
Debt to Equity Ratio
DER yang tinggi menunjukkan komposisi total utang utang jangka panjang dan utang jangka pendek semakin besar
apabila dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga hal ini akan berdampak pada semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak eksternal
para kreditur, atau semakin besar penggunaan utang akan semakin tingginya risiko untuk tidak mampu membayar utang. Investor biasanya selalu menghindari
risiko, maka semakin tinggi DER akan mengakibatkan saham perusahaan tersebut semakin dihindari investor, sehingga harga saham akan semakin rendah.
Sebaliknya para kreditur lebih menyukai
levera ge ratio
yang rendah, sebab
levera ge ra tio
yang rendah berarti kreditur mempunyai tingkat keamanan terhadap piutang yang lebih tinggi. Dan semakin besar
levera ge ratio
berarti perusahaan semakin cepat menjadi
insova ble
. Setiap ada penambahan jumlah utang secara
a bsolute
, maka akan menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan karena bertambahnya utang disertai dengan bertambahnya aktiva sehingga jumlah
excess va lue
dalam angka
a bsolute
adalah tetap tetapi dalam angka relatif atau presentasinya adalah semakin kecil.
Peningkatan beban terhadap kreditur akan menunjukkan sumber modal perusahaan sangat tergantung dari pihak eksternal, sehingga mengurangi minat
investor dalam menanamkan dananya di perusahaan yang bersangkutan. Ang 1997, menyatakan penurunan minat investor dalam menanamkan dananya ini
akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga
return
saham perusahaan juga semakin menurun. Sebagaimana dikatakan Sawir 2001 semakin
commit to user
tinggi utang DER cenderung menurunkan
return
saham. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Debt to Equity Ratio
DER memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
return
saham. Hal ini juga didukung dengan beberapa bukti empiris tentang pengaruh
Debt to Equity Ratio
DER terhadap
return
saham yaitu penelitian yang dilakukan oleh Adami
et a l
. 2010 dan penelitian George dan Hwang 2007, Penelitian yang dilakukan oleh Adami
et a l
. 2010 di London
Stock Excha nge
dengan sampel 792 perusahaan hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan dan negatif antara
levera ge
dengan
return
saham. Demikian juga penelitian George dan Hwang 2007 yang menemukan bahwa
levera ge
mempunyai hubungan negatif dengan
return
saham. Berdasarkan argumen di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
Hipotesis-3: Levera ge Debt to Equity Ratio
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
return
saham.
2.4 Kerangka Berfikir