3. PERIODE III 1989-1991
a.
Dasar Hukum Lembaga Leasing
1 KEPUTUSAN Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 1256KMK.001989 Tentang Perubahan Ketentuan Mengenai Perusahaan
Perdagangan Surat Berharga Dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
1251KMK.0131988 Tanggal 20 Desember 1988 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.
2 Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor
577KMK.001989 Penangguhan Pembayaran pajak Pertambahan
Nilai Atas Impor Atau Perolehan Barang Modal
Tertentu.
3 Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor
634KMK.0131990 Pengadaan
Barang modal
Berfasilitas
Penghasilan Leasing.
4 Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 1169KMK.011991 Kegiatan
Sewa Guna Usaha.
5 Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 48KMK.0131991 Kegiatan
Sewa Guna Usaha.
b. Isi Pengaturan
Pengaturan di periode ini memiliki tujuan untuk menunjang
pertumbuhan ekonomi
melalui sumber
pembiayaan pembangunan oleh Lembaga Pembiayaan dan perlu di arahkan untuk lebih menunjang pertumbuhan dan
stabilitas ekonomi. Sehingga kegiatan investasi nasional lebih meningkat melalui perusahaan sewa guna usaha
perusahaan leasing dan menunjang penanaman modal di Indonesia dan membantu likuiditas Perusahaan. Adapun
konsep dari periode ini yang menyatakan bahwa salah satu sumber pembiayaan pembangunan perlu meningkat karena
merupakan salah satu bentuk usaha yang memiliki peranan penting
dalam pengelolaan
sumber pembangunan.
Berhubungan dengan itu perlu untuk menetapkan perubahan
peraturan di
bidang kegiatan
lembaga pembiayaan melalui Perusahaan Sewa Guna Usaha
Perusahaan Leasing dalam Keputusan Menteri. e.
Bentuk Hukum Perusahaan Pembiayaan Perusahaan pembiayaan Berbentuk Perseroan Terbatas atau
Koperasi. f.
Bidang Usaha Lembaga pembiayaan melakukan kegiatan yang meliputi
bidang usaha: 1
Sewa Guna Usaha; 2
Modal Venture; 3
Perdagangan Surat Berharga; 4
Anjak Piutang; 5
Usaha Kartu Kredit;
6 Pembiayaan Konsumen.
g. Batasan
Perusahaan pembiayaan dilarang menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk:
1 Giro;
2 Deposito;
3 Tabungan;
4 Surat Sanggup Bayar Promissory Note.
Setiap perusahaan pembiayaan dilakukan pengawasan dan pembinaan oleh Menteri yang melakukan pengawasan
dan pembinaan atas usaha Perusahaan Pembiayaan. h.
Permodalan Modal Disetor Berkaitan dengan jumlah modal disetor atau simpanan
pokok dan simpanan wajib bagi perusahaan pembiayaan yang melakukan salah satu dari kegiatan Sewa Guna Usaha
dan Modal Venture di tetapkan sebagai berikut: 1
Perusahaan Swasta Nasional sekurang-kurangnya sebesar Rp. 3.000.000.000,- tiga milyar rupiah;
2 Perusahaan Patungan Indonesia san Asing sekurang-
kurangnya sebesar Rp. 10.000.000,- sepuluh milyar rupiah;
3 Koperasi
sekurang-kurangnya sebesar
Rp. 3.000.000.000,-tiga milyar rupiah.
i. Kegiatan Sewa Guna Usaha
Berkaitan dengan kegiatan sewa guna usahanya dilakukan secara:
1 Kegiatan Sewa Guna Usaha dilakukan dalam bentuk
pengadaan barang modal bagi penyewa Guna Usaha, baik dengan maupun tanpa hak opsi untuk membeli
barang tersebut; 2
Sewa Guna Usaha dengan hak opsi Finance Lease; 3
Sewa Guna Usaha tanpa hak Opsi Operating Lease. j.
Lampiran Ijin Menteri meliputi: 1
Akta Pendirian Perusahaan Pembiayaan yang telah disahkan menurut ketentuan perundang-undangan
yang berlaku; 2
Bukti pelunasan modal setor untuk Perseroan Terbatas atau simpanan pokok dan simpanan wajib
untuk Koperasi, pada salah satu Bank di Indonesia; 3
Contoh Perjanjian Pembayaran yang akan digunakan; 4
Daftar susunan pengurus perusahaan Pembiayaan; 5
Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP perusahaan; 6
Neraca Pembukaan Perusahaan Pembiayaan; 7
Perjanjian Usaha Patungan antara pihak asing dan pihak Indonesia bagi Perusahaan Pembiayaan
Patungan yang di dalamnya tercermin arah Indonesia dalam pemilikan saham.
k. Merger, Konsolidasi dan Akuisisi
Adapun merger, konsolidasi dan akuisisi yaitu kegiatan usaha pembiayaan tetap dapat melanjutkan kegiatannya
dengan mengadakan penyesuaian terhadap ketentuan yang di tetapkan oleh Menteri.
l. Kantor Cabang
Yang mempunyai kantor cabang perusahaan sewa guna usaha atau perusahaan pembiayaan yang melakukan
kegiatan sewa guna usaha, dapat membuka kantor cabangkantor perwakilan dan menggunakan tenaga asing
setelah memperoleh izinpersetujuan, dan rekomendasi dari Menteri Keuangan.
4. PERIODE IV 1992-2007