Kerangka Periodesasi Tahun 1973-Sekarang Isi Substansi Per Periodisasi Kelembagaan PERIODE I SD 1973-1974 PERIODE II 1984-1988

PERIODE II 1984-1988 PERIODE III 1989-1991 PERIODE IV 1992-2007 PERIODE V 2008- Sekarang Kegiatan usaha diarahkan dan digunakan untuk kebijakan pemerintah dalam bidang pembangunan perekonomian dalam bentuk menjalankan kegiatan leasing melalui perizinan usaha leasing. jumlah permodalan dasar masih kecil dan pelaksanaan pendirinya di kuasakan kepada Menteri Keuangan. Pada periode ini mengatur untuk pengurangan beban administrasi bagi pengusaha kena pajak. Bidang usaha, batasan, pengawasan pembinaan, permodalan modal setor, kegiatan sewa guna usaha, dan bentuk hukumnya. Dalam permodalan jumlah modal setor nya lebih besar di bandingkan dengan periode I. Periode untuk peranan lembaga pembiayaan sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan perlu lebih di tingkatkan. Bentuk hukum, bidang usaha, batasan, permodalan, kegiatan sewa guna usaha, lampiran ijin menteri merger, konsolidasi, akuisisi dan kantor cabang. Dalam permodalan pun lebih besar dari periode sebelumnya. Dan yang berbeda periode ini dan sebelumnya menjelaskan tentang lampiran ijin menteri, merger, konsolidasi, akuisisi dan kantor cabang yang tidak ada dalam periode sebelumnya. Periode ini semakin terlihat perkembangannya. Dimana memiliki tujuan mendukung kegiatan dunia usaha yang semakin berkembang pesat. Bentuk hukum, bidang usaha, batasan, permodalan, kegiatan sewa guna usaha, lampiran ijin menteri, merger, konsolidasi, akuisisi dan lembaga pembiayaan syariah. Jumlah modal setorannyapun semakin lebih besar di bandingkan dengan periode sebelumnya. Dan masuknya lembaga pembiayaan syariah dalam rangka memberikan kerangka hukum yang memadai terhadap sumber pendanaan bagi perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Periode ini cukup terlihat jelas mengalami pergeseran di bandingkan dengan periode sebelumnya. Tujuan periode ini meningkatkan peran perusahaan pembiayaan dalam pembangunan nasional. Bentuk hukum, bidang usaha, batasan, pengawasan dan pembinaan, permodalan modal setor, kegiatan sewa guna usaha, lampiran ijin menteri, merger, konsolidasi, akuisisi, dan kantor cabang. Periode ini modal setornyan lebih besar dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya dan kegiatan usahanya mulai berkembang. PERIODE I 1973-1974

1. Kerangka Periodesasi Tahun 1973-Sekarang

Gambar 2. Gambaran Periodisasi

2. Isi Substansi Per Periodisasi Kelembagaan

1. PERIODE I SD 1973-1974

a. Dasar Hukum Lembaga Leasing 1 Peraturan Pemerintah Nomor 181973 Tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Untuk Pendirian Perusahaan Perseroan Dalam Bidang Pengembangan Usaha Swasta Nasional Presiden Republik Indonesia. 2 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor Kep.649MKIV51974 tentang Perizinan Usaha Leasing. b. Isi Pengaturan Dalam periode pertama pengaturan tentang kelembagaan leasing terdapat hal-hal penting yang dapat dicermati yaitu: kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pembangunan perekonomian baru terdapat satu lembaga keuangan yang bergerak disetor pengembangan usaha swasta nasional dengan bentuk Perusahaan Perseroan Terbatas. c. Usaha Leasing Dapat Dilakukan Oleh 1 Lembaga keuangan; 2 Badan usaha tersendiri baik berbentuk perusahaan nasional maupun perusahaan campuran. d. Pengawasan dan Pembinaan Sebelum dapat melakukan kegiatan leasing, lembaga keuangan dan badan usaha harus terlebih dahulu memperoleh izin usaha leasing dari menteri keuangan. Permodalan pada periode ini di tentukan sebesar dengan modal dasar persero berjumlah Rp. 10.000. 000,- sepuluh milyar rupiah. Modal dasar perusahaan nasional yang harus disetor sedikitnya sebesar Rp. 50.000.000,-lima puluh juta rupiah. Modal dasar perusahaan campuran yang harus disetor sedikitnya Rp. 150.000.000,- seratus lima puluh juta rupiah.

2. PERIODE II 1984-1988

a. Dasar Hukum Lembaga Leasing 1 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 827KMK.041984 Tentang Penangguhan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai Atas Perolehan Atau Impor Barang Modal Tertentu. 2 Keputusan Presiden Nomor 611988 Tentang Pembiayaan. 3 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1251KMK.0131988 Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1988 Tentang Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Atas Penyerahan Barang Kena Pajak Yang Dilakukan Oleh Pedagang Besar dan Penyerahan Jasa Kena Pajak Disamping Jasa Yang Di Lakukan Oleh Pemborong. b. Isi Pengaturan Periode ini untuk menunjang pertumbuhan ekonomi maka sarana penyediaan dana yang dibutuhkan masyarakat perlu lebih diperluas sehingga peranannya sebagai sumber dana pembangunan makin meningkat. Peranan lembaga pembiayaan sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan perlu lebih ditingkatkan. c. Bentuk Hukum Perusahaan Pembiayaan Perusahaan pembiayaan berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi d. Bidang Usaha Adapun bidang usaha dalam periode ini meliputi: 1 Sewa Guna Usaha; 2 Modal Venture; 3 Perdagangan Surat Berharga; 4 Anjak Piutang; 5 Usaha Kartu Kredit; 6 Pembiayaan Konsumen. e. Batasan Perusahaan pembiayaan dilarang menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk: 1 Giro; 2 Deposito; 3 Tabungan; 4 Surat sanggup bayar promissory note. f. Pengawasan dan Pembinaan Setiap perusahaan pembiayaan, bank dan lembaga keuangan bukan bank yang melakukan usaha di bidang pembiayaan wajib menyampaikan laporan operasional dan laporan keuangan secara tahunan kepada Menteri. Menteri melakukan pengawasan dan pembinaan atas usaha perusahaan pembiayaan. g. Permodalan Modal Disetor Jumlah modal di setor atau simpanan wajib bagi perusahaan pembiayaan yang melakukan salah satu dari kegiatan sewa guna usaha dan modal ventura ditetapkan sebagai berikut: 1 Perusahaan swasta nasional sekurang-kurangnya sebesar Rp. 3.000.000.000,- tiga milyar rupiah; 2 Perusahaan patungan Indonesia dan asin sekurang-kurangnya sebesar Rp. 10.000.000.000,- sepuluh milyar rupiah; 3 Koperasi sekurang-kurangnya sebesar Rp. 3.000.000.000,- tiga milyar rupiah. h. Kegiatan Sewa Guna Usaha Kegiatan sewa guna usaha di lakukan dalam bentuk pengadaan barang modal bagi penyewa sewa guna usaha, baik dengan maupun tanpa hak opsi untuk membeli barang tersebut. i. Tata Cara Pendirian dan Perizinan Lembaga pembiayaan dapat di lakukan oleh; 1 Bank; 2 Lembaga keuangan bukan bank; 3 Perusahaan pembiaya. j. Lampiran Ijin Menteri 1 Akta Pendirian Perusahaan Pembiayaan yang telah disyahkan menurut ketentuan perundang- undangan yang berlaku; 2 Bukti pelunasan modal setor untuk Perseroan Terbatas atau simpanan pokok dan simpanan wajib untuk Koperasi, pada salah satu Bank di Indonesia; 3 Contoh Perjanjian Pembayaran yang akan digunakan; 4 Daftar susunan pengurus perusahaan Pembiayaan; 5 Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP perusahaan; 6 Neraca Pembukaan Perusahaan Pembiayaan; 7 Perjanjian Usaha Patungan antara pihak asing dan pihak Indonesia bagi Perusahaan Pembiayaan Patungan yang di dalamnya tercermin arah Indonesia dalam pemilikan saham.

3. PERIODE III 1989-1991