PERIODE II 1984-1988
PERIODE III 1989-1991
PERIODE IV 1992-2007
PERIODE V
2008- Sekarang
Kegiatan usaha
diarahkan dan
digunakan untuk
kebijakan pemerintah
dalam bidang
pembangunan perekonomian dalam bentuk menjalankan kegiatan leasing
melalui perizinan usaha leasing. jumlah permodalan dasar masih kecil
dan pelaksanaan
pendirinya di
kuasakan kepada Menteri Keuangan.
Pada periode ini mengatur untuk pengurangan beban administrasi bagi pengusaha kena pajak. Bidang usaha, batasan, pengawasan
pembinaan, permodalan modal setor, kegiatan sewa guna usaha, dan bentuk hukumnya. Dalam permodalan jumlah modal setor nya
lebih besar di bandingkan dengan periode I. Periode untuk
peranan lembaga pembiayaan sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan perlu lebih di tingkatkan. Bentuk hukum, bidang
usaha, batasan, permodalan, kegiatan sewa guna usaha, lampiran ijin menteri merger, konsolidasi, akuisisi dan kantor cabang. Dalam permodalan pun lebih
besar dari periode sebelumnya. Dan yang berbeda periode ini dan sebelumnya menjelaskan tentang lampiran ijin menteri, merger, konsolidasi, akuisisi dan
kantor cabang yang tidak ada dalam periode sebelumnya.
Periode ini semakin terlihat perkembangannya. Dimana memiliki tujuan mendukung kegiatan dunia usaha yang semakin berkembang pesat. Bentuk hukum, bidang usaha,
batasan, permodalan, kegiatan sewa guna usaha, lampiran ijin menteri, merger, konsolidasi, akuisisi dan lembaga pembiayaan syariah. Jumlah modal setorannyapun
semakin lebih besar di bandingkan dengan periode sebelumnya. Dan masuknya lembaga pembiayaan syariah dalam rangka memberikan kerangka hukum yang
memadai terhadap sumber pendanaan bagi perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
Periode ini cukup terlihat jelas mengalami pergeseran di bandingkan dengan periode sebelumnya. Tujuan periode ini meningkatkan peran
perusahaan pembiayaan dalam pembangunan nasional. Bentuk hukum, bidang usaha, batasan, pengawasan dan pembinaan, permodalan modal
setor, kegiatan sewa guna usaha, lampiran ijin menteri, merger, konsolidasi, akuisisi, dan kantor cabang. Periode ini modal setornyan
lebih besar dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya dan kegiatan usahanya mulai berkembang.
PERIODE I 1973-1974
1. Kerangka Periodesasi Tahun 1973-Sekarang
Gambar 2. Gambaran Periodisasi
2. Isi Substansi Per Periodisasi Kelembagaan
1. PERIODE I SD 1973-1974
a. Dasar Hukum Lembaga Leasing
1 Peraturan Pemerintah Nomor 181973 Tentang
Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Untuk Pendirian Perusahaan Perseroan Dalam
Bidang Pengembangan Usaha Swasta Nasional Presiden Republik Indonesia.
2 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor Kep.649MKIV51974 tentang Perizinan Usaha Leasing.
b. Isi Pengaturan
Dalam periode pertama pengaturan tentang kelembagaan leasing terdapat hal-hal penting yang dapat
dicermati yaitu: kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pembangunan perekonomian baru terdapat satu lembaga
keuangan yang bergerak disetor pengembangan usaha swasta nasional dengan bentuk Perusahaan Perseroan
Terbatas. c.
Usaha Leasing Dapat Dilakukan Oleh 1
Lembaga keuangan; 2
Badan usaha tersendiri baik berbentuk perusahaan nasional maupun perusahaan campuran.
d. Pengawasan dan Pembinaan
Sebelum dapat melakukan kegiatan leasing, lembaga keuangan dan badan usaha harus terlebih dahulu
memperoleh izin usaha leasing dari menteri keuangan. Permodalan pada periode ini di tentukan sebesar
dengan modal dasar persero berjumlah Rp. 10.000. 000,- sepuluh milyar rupiah. Modal dasar perusahaan
nasional yang harus disetor sedikitnya sebesar Rp. 50.000.000,-lima puluh juta rupiah. Modal dasar
perusahaan campuran yang harus disetor sedikitnya Rp. 150.000.000,- seratus lima puluh juta rupiah.
2. PERIODE II 1984-1988
a. Dasar Hukum Lembaga Leasing
1 Keputusan
Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 827KMK.041984 Tentang
Penangguhan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai Atas Perolehan Atau Impor Barang Modal
Tertentu. 2
Keputusan Presiden Nomor 611988 Tentang Pembiayaan.
3 Keputusan
Menteri Keuangan
Republik Indonesia
Nomor 1251KMK.0131988
Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.
4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 1988 Tentang Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Atas Penyerahan Barang
Kena Pajak Yang Dilakukan Oleh Pedagang Besar dan Penyerahan Jasa Kena Pajak
Disamping Jasa Yang Di Lakukan Oleh Pemborong.
b. Isi Pengaturan
Periode ini untuk menunjang pertumbuhan ekonomi
maka sarana
penyediaan dana
yang dibutuhkan masyarakat perlu lebih diperluas sehingga
peranannya sebagai sumber dana pembangunan makin meningkat. Peranan lembaga pembiayaan sebagai salah
satu sumber pembiayaan pembangunan perlu lebih ditingkatkan.
c. Bentuk Hukum Perusahaan Pembiayaan
Perusahaan pembiayaan berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi
d. Bidang Usaha
Adapun bidang usaha dalam periode ini meliputi: 1
Sewa Guna Usaha; 2
Modal Venture; 3
Perdagangan Surat Berharga; 4
Anjak Piutang; 5
Usaha Kartu Kredit; 6
Pembiayaan Konsumen. e.
Batasan Perusahaan pembiayaan dilarang menarik dana secara
langsung dari masyarakat dalam bentuk:
1 Giro;
2 Deposito;
3 Tabungan;
4 Surat sanggup bayar promissory note.
f. Pengawasan dan Pembinaan
Setiap perusahaan pembiayaan, bank dan lembaga keuangan bukan bank yang melakukan usaha di
bidang pembiayaan wajib menyampaikan laporan operasional dan laporan keuangan secara tahunan
kepada Menteri. Menteri melakukan pengawasan dan pembinaan atas usaha perusahaan pembiayaan.
g. Permodalan Modal Disetor
Jumlah modal di setor atau simpanan wajib bagi perusahaan pembiayaan yang melakukan salah satu
dari kegiatan sewa guna usaha dan modal ventura ditetapkan sebagai berikut:
1 Perusahaan swasta nasional sekurang-kurangnya
sebesar Rp. 3.000.000.000,- tiga milyar rupiah; 2
Perusahaan patungan Indonesia dan asin sekurang-kurangnya sebesar Rp. 10.000.000.000,-
sepuluh milyar rupiah; 3
Koperasi sekurang-kurangnya sebesar Rp. 3.000.000.000,- tiga milyar rupiah.
h. Kegiatan Sewa Guna Usaha
Kegiatan sewa guna usaha di lakukan dalam bentuk pengadaan barang modal bagi penyewa sewa guna
usaha, baik dengan maupun tanpa hak opsi untuk membeli barang tersebut.
i. Tata Cara Pendirian dan Perizinan
Lembaga pembiayaan dapat di lakukan oleh; 1
Bank; 2
Lembaga keuangan bukan bank; 3
Perusahaan pembiaya. j.
Lampiran Ijin Menteri 1
Akta Pendirian Perusahaan Pembiayaan yang telah disyahkan menurut ketentuan perundang-
undangan yang berlaku; 2
Bukti pelunasan modal setor untuk Perseroan Terbatas atau simpanan pokok dan simpanan
wajib untuk Koperasi, pada salah satu Bank di Indonesia;
3 Contoh Perjanjian Pembayaran yang akan
digunakan; 4
Daftar susunan pengurus perusahaan Pembiayaan; 5
Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP perusahaan; 6
Neraca Pembukaan Perusahaan Pembiayaan; 7
Perjanjian Usaha Patungan antara pihak asing dan pihak Indonesia bagi Perusahaan Pembiayaan
Patungan yang di dalamnya tercermin arah Indonesia dalam pemilikan saham.
3. PERIODE III 1989-1991