Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2009,

5. Peraturan Menteri BUMN No. PER-05MBU2007 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PKBL. Pada Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas UU PT pengaturan CSR dapat dilihat dalam Bab V. hal ini merupakan masalah baru dalam hukum Perseroan Terbatas, Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas tidak mengaturnya. Akan tetapi pengaturan CSR dalam Undang-Undang PT sangat minim sekali.Hanya terdiri dari 1 Pasal saja, yakni Pasal 74 Undang-Undang No. 40 tahun 2007. 27 Bunyi Pasal 74 UUPT yang mewajibkan CSR bagi Perseroan Terbatas, adalah : 28 1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. 2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. 3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan pemerintah. Dalam penjelasan Pasal 74 Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas jelas disebutkan bahwa kewajiban pelaksanaan CSR bagi perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam ini tidak hanya melihat pada bisnis inti dari perusahaan tersebut. Walaupun perusahaan tersebut tidak secara langsung melaksanakan 27

M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2009,

hal. 125. 28 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Pasal 74. eksploitasi sumber daya alam, tetapi selama kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam, maka perusahaan tersebut wajib melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Pengaturan adanya kewajiban tanggung jawab sosial bagi perseroan di negara-negara maju, seperti di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa maju sudah dimulai sejak tahun 50-an, artinya setiap perusahaan disamping mencari keuntungan, juga wajib memberikan manfaat kepada masyarakat, lingkungan sekitarnya. Dalam Pasal 74 ayat 1 UUPT, menegaskan “bahwa perseroan yang bergerak dalam bidang sumber daya alam usaha wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.” Substansi pasal ini menegaskan dan kewajiban hanya kepada perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas PT dan dalam bidang usaha sumber daya alam saja berkewajiban untuk mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan. 29 Substansi pasal ini, sangat sempit yaitu hanya perseroan yang bergerak dalam bidang usaha mengelola sumber daya alam yang berkewajiban untuk mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Seharusnya kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan, bukan hanya untuk perseroan dalam bidang usaha sumber daya alam saja, tapi juga untuk semua perseroan, dan sempit dalam pengertian tanggung jawab sosial yang dikaitkan dengan lingkungan 29 Penjelasan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007, Pasal 74 ayat 1. saja.Sebagaimana diuraikan diatas tanggungjawab sosial mempunyai makna atau pengertian yang luas tidak hanya terdapat lingkungan saja, tapi juga berkaitan dengan aspek kehidupan masyarakat disekitarnya, apakah kehadiran sebuah perseroan disuatu tempat dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat, misalnya dapat menaikkan taraf hidup masyarakat disekitarnya atau malah menghancurkannya, kemudian terhadap produknya, tidak hanya bertanggungjawab misalnya untuk makanan produknya aman dikonsumsi, tapi juga dampak ikutannya yang akan muncul kemudian harus dapat dipertanggungjawabkan. Dalam Peraturan PemerintahNo. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas masih berlaku mengingat PP tersebut produk dari UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas UU PT yang lama untuk melaksanakan UUPT No. 40 tahun 2007 hal-hal semacam itu dapat diperhatikan dan ditegaskan lebih lanjut, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang bias yang dimanfaatkan oleh pemilik dan perusahaan-perusahaan nakal. Dalam Pasal 74 ayat 2 UUPT, bahwa tanggung jawab sosial merupakan kewajiban perseroan yang wajib dianggarkan dalam anggaran keuanganperseroan.Dengan kewajiban seperti ini, tanggung jawab sosial bagi setiap perusahaan, wajib menghitung dengan cermat setiap pengeluaran perseroan, sehingga keuntungan yang diperoleh merupakan keuntungan bersih netto yang tidak perlu dikurangi kewajiban lainnya. Dalam Pasal 74 ayat 2 UUPT untuk perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut, sanksi yang akan diatur tersebut harus ditegaskan: 1. Bentuk dan jenisnya. Sebaiknya jangan sanksi berupa pengenaan sejumlah uang ataupun pidana, tapi berupa kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial tertentu yang sesuai atau berkaitan dengan bidang usaha perseroan. 2. Sanksi harus dijatuhkan oleh suatu institusi atau lembaga yang khusus dibuat untuk keperluan tersebut, dan bersifat independen. 3. Sanksi yang dijatuhkan oleh lembaga tersebut bersifat mengikat dan final, artinya tidak ada proses hukum kepada instasi lainnya. 4. Setiap sanksi yang dijatuhkan wajib diawasi dan diaudit oleh suatu lembaga yang independen. 5. Jika perseroan yang dijatuhi sanksi tersebut, tidak mematuhinya atau menurut lembaga yang mengawasi dan mengaudit tersebut tidak sepenuh hati untuk melaksanakannya, maka lembaga tersebut dapat menunjuk lembaga lainnya untuk melaksanakan kewajiban sosial tersebut dengan biaya dari perseroan yang dijatuhi sanksi, atau 6. Lembaga yang ditunjuk tersebut dapat merekomendasikan kepada pemerintah, agar segala izin yang berkaitan dengan perseroan dicabut. Pada Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal UU PM pengaturan CSR dapat dilihat pada: 30 30 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Pasal 15. 1. Pasal 15 Setiap penanaman modal berkewajiban: a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal; d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal;dan e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam Pasal 15 huruf b UU 252007 diatur bahwa setiap penanam modal wajib melaksanakan TJSL. Yang dimaksud dengan TJSL menurut Penjelasan Pasal 15 huruf b UU 252007 adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Pasal 1 angka 4 Sedangkan yang dimaksud dengan penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing. Pasal 16 Bahwa setiap penanam modal bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.Ini juga merupakan bagian dari TJSL. Jika penanam modal tidak melakukan kewajibannya untuk melaksanakan TJSL, maka berdasarkan Pasal 34 UU 252007, penanam modal dapat dikenai sanksi adminisitatif berupa: a. peringatan tertulis; b. pembatasan kegiatan usaha; c. pembekuan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal; atau d. pencabutan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal. Pasal 34 ayat 3 Selain dikenai sanksi administratif, penanam modal juga dapat dikenai sanksi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan CSR yang diterapkan oleh investor dilakukan untuk menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungannya, nilai, moral, dan budaya masyarakat setempat.Maka menjadi sebuah kebutuhan diperlukannya rambu-rambu etika bisnis agar tercipta praktik bisnis yang beretika, karena etika bisnis merupakan seperangkat kesepakatan umum yang mengatur relasi antar pelaku bisnis dan antara pelaku bisnis dengan masyarakat agar hubungan tersebut terjalin dengan baik. Perusahaan yang tidak beretiket akan kehilangan kepercayaan masyarakat dan dengan demikian akan kehilangan konsumen sehingga lama-kelamaan akan mati dengan sendirinya. Prinsip tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan CSR. Bila perusahaan dapat menerapkan GCG, maka hal itu akan membawa dampak positif bagi keberlanjutan perusahaan, yang pada dasarnya memuat nilai-nilai etika bisnis sebagai basis menuju praktik CSR. Terdapat 5 lima prinsip GCG yang dapat dijadikan pedoman bagi para pelaku bisnis, yaitu: 31 1. Keterbukaan informasi Transparency Keterbukaan informasi Transparency secara sederhana dapat diartikan sebagai keterbukaan informasi.Dalam mewujudkan prinsip ini perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat, tepat waktu kepada segenap pihak-pihak yang berepentingan. 2. Akuntabilitas Accountability Akuntabilitas Accountability maksudnya adanya kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada kejelasan fungsi, hak, kewajiban, dan wewenang serta tanggung jawab antar pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi. 3. Pertanggungjawaban Responsibility Bentuk pertanggungjawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya termasuk masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup memelihara lingkungan bisnis kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dengan menerapkan prinsip ini, diharapkan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggungjawab selain kepada pemegang saham juga kepada pihak pihak yang berkepentingan. 4. Kemandirian independency Kemandirian independency intinya mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara professional tanpa adanya kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. 5. Kesetaraan dan kewajaran Fairness Kesetaraan dan kewajaran Fairness menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak dari pihak-pihak yang berkepentingan 31 Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, Gresik: Frascho Publishing, 2007, hal. 11-12. terhadapeksistensi perusahaan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.Diharapkan kesetaraan dan kewajaran dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitori dan memberikan jaminan perlakuan yang adil diantara beragam kepentingan dalam perusahaan. Dari 5 prinsip GCG ini, prinsip pertanggungjawaban responsibility merupakan prinsip yang mempunyai keterkaitan paling dekat dengan CSR.Dalam prinsip ini, penekanan yang paling tegas diberikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap jalannya perusahaan.Melalui prinsip ini diharapkan perusahaan dapat menyadari bahwa dalam kegiatan operasionalnya seringkali menghasilkan dampak yang harus ditanggung oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap jalannya perusahaan, sehingga harus memperhatikan kepentingan dan nilai tambah dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap jalannya perusahaan. Pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup UU PPLH pengaturan CSR dapat dilihat pada: 32 1. Menimbang butir a Bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28 H Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. 2. Menimbang butir b Bahwa pembangunan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 3. Menimbang butir d Bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun setelah lainnya mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan 32 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. 4. Menimbang butir e Bahwa pemanasan global yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga memperparah penurunan kualitas lingkunganhidup karena itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. 5. Pasal 1 angka 1 Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. 6. Pasal 1 angka 2 Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfataan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. 7. Pasal 1 angka 3 Pembangunan berkelanjutan adalah upaya dasar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. 8. Pasal 1 angka 6 Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. 9. Pasal 3 Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan : a. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup; b. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia; c. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem; d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup; e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup; f. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan; g. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia; h. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana; i. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan j. Mengantisipasi isu lingkungan global 10. Pasal 4 Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi: a. Perencanaan; b. Pemanfaatan; c. Pengendalian; d. Pemeliharaan; e. Pengawasan; dan f. Penegakan hukum 11. Pasal 13 1. Pengendalian pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. 2. Pengendalian pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 meliputi: a. Pencegahan; b. Penanggulangan; dan c. Pemulihan 3. Pengendalian pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan penanggung jawab usaha danatau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-masing. Hak atas lingkungan hidup merupakan salah satu hak asasi manusia.Tetapi, meskipun hak atas lingkungan hidup telah dituangkan dalam suatu peraturan dan adanya kebijaksanaan pemerintah mengenai pembangunan berwawasan lingkungan hidup belum merupakan jaminan bahwa hak tersebut sudah benar-benar terlindungi. Penjabaran lebih luas hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah diakuinya hak lingkungan hidup tetapi sebagai penyandang hak tidak dapat mempertahankan haknya tanpa bantuan orang lain. Untuk itu diperlukan peran serta setiap orang yang mencakup orang perorangan danatau kelompok orang danatau badan hukum.Adanya pencemaran danatau perusakan lingkungan berarti telah melanggar hak asasi manusia dan lingkungan atas keberlanjutan daya dukungnya sehingga diperlukan peran semua pihak untuk mempertahankan hak tersebut.Masalah lingkungan hidup merupakan tanggung jawab sosial bagi perusahaan sebagai badan hukum untuk mempertahankan eksistensinya dan sudah selayaknya mengimplementasi CSR. 33 Adapun peraturan yang mengatur mengenai CSR bagi BUMN tertuang dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara UU BUMN.Disebutkan bahwa BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecilkoperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN Pasal 88 ayat 1.Oleh karena itu semua sektor harus melaksanakannya dengan baik. 34 Kemudian daripada itu dalam penerapan CSR, CSR tersebut tidaklah berdiri Sendiri melainkan adanya dilaksanakannya Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PKBL. Dalam hal ini pelaksanaan CSR yang diatur dalam Pasal 74 UUPT 2007 berbeda dengan Program Kemitraan dengan Pengusaha Kecil maupun dengan Program Bina Lingkungan yang diwajibkan kepada BUMN. Program Kemitraan dengan Pengusaha kecil dan Prgram Bina Lingkungan mula- mula diatur dalam Permeneg BUMN No. 236MBU2003 tentang BUMN. Oleh karena apa yang diatur di dalamnya dipandang belum cukup memberikan landasan operasional bagi perusahaan pelaksanaan Program Kemitraan BUMN 33 http:repository.usu.ac.idhandle12345678929657 Skripsi Sonti Yulyanda S.B. Penerapan Corporate Social Responsibility CSR Pada Bank BNI Sebagai Badan Usaha Milik Negara BUMN Studi Pada PT. BNI 46 Kantor Cabang Universitas Sumatera Utara, 2011. 34 Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara BUMN. dengan Pengusaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, maka Permeneg BUMN tersebut diganti dengan Permeneg BUMN No. PER-05MBU2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Pengusaha kecil dan Program Bina Lingkungan, tanggal 27 April 2007. 35 1. Pasal 1 angka 6 Program Kemitraan BUMN dengan usaha kecil yang selanjutnya disebut Program Kemitraan dalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. 2. Pasal 1 angka 7 Program Bina Lingkungan, yang selanjutnya disebut Program BL adalah Program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. 3. Pasal 1 angka 8 Program BL BUMN Pembina adalah program BL yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh BUMN Pembina diwilayah usaha BUMN yang bersangkutan. 4. Pasal 1 angka 9 Program BL BUMN Peduli adalah program BL yang dilakukan secara bersama-sama antar BUMN dan pelaksanaannya ditetapkan dan dikoordinir oleh menteri. 5. Pasal 1 angka 10 Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam peraturan ini. 6. Pasal 1 angka 11 Mitra binaan adalah usaha kecil yang mendapatkan pinjaman dari pogram kemitraan. 7. Pasal 2 1 Persero dan perum wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Program BL dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan ini. 2 Persero terbuka dapat melaksanakan Program Kemitraan dan Program BL dengan berpedoman pada peraturan ini yang ditetapkan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. 8. Pasal 13 ayat 2e Ruang lingkup bantuan Program BL BUMN Pembina: 35 Permeneg BUMN No.PER-05MBU2007 tentang Prgram Kemitraan BUMN dengan Pengusaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. 1. Bantuan korban bencana alam 2. Bantuan pendidikan danatau pelatihan 3. Bantuan peningkatan kesehatan 4. Bantuan pengembangan prasarana danatau sarana umum 5. Bantuan sarana ibadah 6. Bantuan pelestarian alam Sasaran dan objek CSR yang diatur dalam Pasal 74 UUPT 2007, berbeda dengan Permeneg BUMN No.PER-05MBU2007. Sasaran CSR yang diatur dalam Pasal 74 UUPT 2007, antara lain terdiri atas: a. Bertujuan untuk menciptakan hubungan perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, moral, dan budaya masyarakat setempat, b. Jadi sasarannya masyarakat setempat, c. Dengan tujuan agar terciptanya hubungan yang selaras dan seimbang antara perseroan dengan masyarakat sesuai dengan lingkungan, norma dan budaya masyarakat setempat. Adapun sasaran atau objek Permeneg BUMN No. PER-05MBU2007 adalah: 1. Usaha kecil yang disebut Program Kemitraan a. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Usaha Kecil agar menjadi tangguh dan mandiri, b. Caranya dengan jalan memanfaatkan dana dari bagian “laba” BUMN. 2. Program Bina Lingkungan Program BL a. Bertujuan untuk “Pemberdayaan Kondisi sosial masyarakat oleh BUMN, b. Caranya, melalui pemanfaatan dari bagian laba BUMN tersebut. Ditinjau dari segi pendanaan antara CSR yang diatur dalam Pasal 74 UUPT 2007, terdapat perbedaan dengan apa yang ditentukan dalam Permeneg BUMN tersebut. Sumber pendanaan CSR perseroan yang diatur dalam Pasal 74 UUPT 2007 yaitu: a. Dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan, b. Bukan diambil dari laba perseroan. Sedangkan sumber dana Program Kemitraan dan Program BL yang diatur dalam Permeneg BUMN tersebut: a. Bersumber dari penyisihan laba BUMN b. Pengadministrasian dan penyusunan RKA Program Kemitraan dan Program BL, terpisah dari RKA BUMN Pembina. Juga dari segi subjek Perseroan yang wajib melaksanakannya juga berbeda: a. Subjek Perseroan yang wajib melaksanakan CSR adalah Perseroan pada umumnya yang menjalankan kegiatan usaha: 1. Di bidang Sumber daya alam, dan 2. Yang berkaitan dengan sumber daya alam. b. Sedang subjek yang wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Program BL adalah setiap BUMN tanpa mempersoalkan jenis atau bidang kegiatan usahanya. Dalam pelaksanaannya juga mengalami perbedaan, yaitu: a. Pelaksanaan CSR dilakukan oleh Perseroan yang kegiatan usahanya danatau berkaitan dengan sumber daya alam, b. Sedang pelaksana Program Kemitraan diberikan BUMN yang bersangkutan dalam bentuk: 1. Pinjaman untuk membiayai modal kerja atau pembelian aktiva tetap milik usaha kecil, 2. Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan danapelaksana kegiatan usaha mitra binaan sebagai pinjaman tambahan dan berjangka pendek. c. Begitu juga pelaksana Program BL, merupakan bantuan yang meliputi ruang lingkup: 1. Bantuan korban bencana alam, 2. Bantuan pendidikan danatau pelatihan, 3. Bantuan peningkatan kesehatan 4. Bantuan pengembangan prasaranasarana umum, 5. Bantuan sarana ibadah, 6. Bantuan pelestarian alam. Demikian letak perbedaan antara CSR yang diatur dalam Pasal 74 UUPT 2007 dengan Program Kemitraan dan Program BL yang diatur dalam Permeneg BUMN No. PER-05MBU2007.Jelas tampak Permeneg tersebut merupakan lex Special special laws yang khusus berlaku terhadap BUMN, sedangkan CSR merupakan lex generalis yang berlaku untuk semua Perseroan pada umumnya dengan syarat apabila Perseroan itu melakukan kegiatan bidang usaha sumber daya alam atau yang berkaitan dengan sumber daya alam. Meskipun suatu BUMN telah memenuhi kewajiban melaksanakan Program Kemitraan dan Program BL sesuai dengan ketentuan Permeneg dimaksud, hal itu tidak melepaskan kewajiban BUMN yang bersangkutan melaksanakan CSR, apabila BUMN itu melakukan kegiatan usaha dibidang sumber daya alam atau yang berkaitan dengan sumber daya alam. 36 36

M. Yahya Harahap ,Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2013,