Analisis Sumber Daya Manusia

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 49 Berkaitan dengan potensi pengelolaan parkir di wilayah Kota Denpasar oleh PD Parkir Kota Denpasar terlebih dahulu harus dilihat kondisi di dalam perusahaan terkait dengan jumlah tenaga kerja, luas areal parkir, besarnya pemasukan dan pengeluaran karcis setiap tahunnya, serta dihubungkan dengan pemanfaatan potensi-potensi area parkir lainnya yang belum dikelola oleh PD Parkir Kota Denpasar. Untuk melihat potensi perparkiran yang dikelola oleh PD Parkir Kota Denpasar dapat ditinjau dari bebarapa aspek yaitu aspek Sumber Daya Manusia, aspek objek perparkiran, aspek penerimaan parkir, aspek sosiologis, dan aspek hukum. Aspek-aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut.

3.2.1 Analisis Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia SDM merupakan aspek penting dalam perusahaan. SDM adalah sebagai perencana, pengelola, sekaligus pengendali berbagai macam kegiatan perusahaan. Tanpa ada SDM di dalamnya, maka operasionalisasi perusahaan tidak akan dapat dijalankan. Jumlah direksi perusahaan sejak awal tidak mengalami perubahan yaitu 2 orang yang terdiri atas Direktur Utama dan Direktur. PD Parkir Kota Denpasar memiliki jumlah pegawai cukup banyak yaitu mencapai 165 orang di tahun 2011, di luar petugas parkir. Petugas parkir ada dua jenis yaitu petugas parkir di area gedungpelataran dan petugas parkir tepi badan jalan umum. Pada tahun 2011, jumlahnya mencapai 185 orang untuk petugas parkir pelataran dan 308 petugas parkir tepi jalan. Dengan banyaknya jumlah pegawai PD Parkir Kota Denpasar tentu membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk mengelolanya. Dari segi belanja, berdasarkan data tahun 2011 diketahui bahwa jumlah biaya pegawai PD Parkir mencapai 7 milyar rupiah, lebih tepatnya Rp Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 50 7.795.707.174,23,00. Jumlah ini digunakan untuk membayar gaji, upah, tunjangan, serta biaya penggantian pakaianseragam. Biaya terbesar yang dikeluarkan adalah membayar upah juru parkir tepi jalan umum yang mencapai 1,8 milyar rupiah atau lebih tepatnya Rp 1.829.243.850,00 dan gaji petugas parkir pelataran yang mencapai 1,1 milyar rupiah atau lebih tepatnya Rp. 1.174.600.000,00. Hal ini wajar dikarenakan jumlah petugas parkir jukir tepi jalan umum yang sangat banyak mencapai ± 300 orang dan jumlah petugas parkir pelataran yang mencapai ± 180 orang. Pengeluaran biaya pegawai yang cukup besar lainnya adalah biaya gajiupah pegawai tetap perusahaan yang mencapai Rp 2.654.311.960,00. Untuk mengukur potensi perpakiran di Kota Denpasar salah satunya dapat dilihat dari rasio atau perbandingan jumlah tenaga kerja, khususnya juru parkir jukir antara jukir tepi badan jalan dengan jukir pelataran. Berikut ini disajikan rasio jumlah juru parkir di Kota Denpasar tahun 2009 – 2011. Tabel 3.7 Rasio Jumlah Petugas Parkir Kota Denpasar Tahun 2009 – 2011 Tahun Jumlah Petugas Parkir Jumlah Rasio Jumlah Petugas Pelataran Tepi jalan Pelataran Tepi jalan 2009 174 381 555 1 : 2,19 2010 183 376 559 1 : 2,05 2011 185 308 493 1 : 1,66 Sumber: PD Parkir Kota Denpasar, 2012 Tabel 3.7 menunjukkan bahwa secara absolut jumlah petugas parkir tepi jalan umum lebih banyak dibandingkan dengan petugas parkir pelataran. Jumlah petugas parkir pelataran cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan petugas parkir tepi jalan umum mengalami penurunan. Dari Tabel 3.7 juga dapat dilihat bahwa rasio petugas parkir tepi jalan dan pelataran setiap tahunnya mengalami penurunan, dimana hal ini menandakan hampir terjadi keseimbangan jumlah petugas antara jukir tepi jalan dan pelataran. Analisis dari segi SDM juga meliputi kajian terkait dengan tingkat kesejahteraan SDM. Mayoritas SDM PD Parkir Kota Denpasar adalah juru parkir, Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 51 baik juru parkir di tepi jalan umum maupun juru parkir pelataran. Untuk menilai tingkat kesejahteraan SDM pada PD Parkir Kota Denpasar, dilakukan wawancara kepada 50 orang responden juru parkir yang menjadi sampel pada kajian ini. Survei dilakukan terhadap juru parkir untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kesejahteraan sejak awal bekerja hingga saat ini. Berikut ini ditampilkan karakteristik juru parkir yang dijadikan responden yaitu meliputi karakter umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan terakhir, dan lama bekerja sebagai juru parkir. Berdasarkan tabel di samping dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang bekerja sebagai juru parkir berada pada umur produktif untuk bekerja yaitu kisaran 30 sampai dengan 60 tahun. Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki dan sudah menikah. Hampir 40 persen responden juru parkir jukir berpendidikan SD, karena untuk menjadi jukir tidak membutuhkan keahlian khusus dan tingkat pendidikan yang tinggi. Dari tabel tersebut juga terlihat bahwa rata-rata responden sudah bekerja cukup lama menjadi jukir yaitu antara 11 – 30 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa PD Parkir Kota Denpasar menjadi tumpuan bagi mereka sebagai tempat untuk mencari penghasilan. Keberadaan PD Parkir Kota Denpasar dapat dipandang sebagai salah satu upaya untuk mengurangi pengangguran di Kota Denpasar, karena PD Parkir Kota Tabel 3.8 Karakteristik Individu Responden Juru Parkir No Karakteristik Keterangan Jumlah orang 1 Umur a. 30 – 40 tahun b. 41 – 50 tahun c. 51 – 60 tahun d. 60 tahun 13 17 15 5 Jumlah 50 2 Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 49 1 Jumlah 50 3 Status perkawinan a. Kawin b. Belum kawin 47 3 Jumlah 50 4 Pendidikan terakhir a. Tidak pernah sekolah b. Tidak tamat SD c. SD d. SMP e. SMA 1 7 20 8 14 Jumlah 50 5 Lama bekerja a. 0 – 10 tahun b. 11 – 20 tahun c. 21 – 30 tahun d. 30 tahun 7 28 14 1 Jumlah 50 Sumber: Hasil Kuesioner, 2012 Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 52 Denpasar mampu menampung angkatan kerja yang tingkat pendidikannya rendah, yaitu sebagai juru parkir. Hal ini dikarenakan menjadi jukir tidak membutuhkan tingkat pendidikan yang tinggi dan keterampilan khusustertentu. Hal ini akan berdampak pada meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena banyaknya angkatan kerja yang bekerja tidak menganggur. Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan, yaitu kondisi rumah, fasilitas yang dimiliki, pendapatan, kepemilikan lahan, dan kepemilikan kendaraan. Berikut ini akan dideskripsikan kondisi jukir pada awal mulai bekerja dibandingkan dengan kondisi jukir saat ini. 1 Kondisi Rumah Indikator ini ditinjau dari beberapa aspek yaitu kondisi atap, kondisi dinding, kondisi lantai, dan keberadaan kamar mandiWC. Berikut ini disajikan data perbandingan kondisi rumah responden awal mulai bekerja dibandingkan dengan kondisi rumahnya saat ini. Berdasarkan data di samping dapat dilihat bahwa mayoritas responden mengalami perubahan kondisi rumah ke kondisi yang lebih baik. Dilihat dari kondisi atap, sebelumnya rata-rata kondisi atap rumah responden yaitu sekitar 14 persen menggunakan seng bekas dan kini hanya 2 persen yang menggunakan seng bekas dan sisanya 98 persen sudah menggunakan genteng. Begitu juga dengan kondisi dinding dapat dilihat bahwa Tabel 3.9 Penilaian Kondisi Rumah Responden Indikator Kondisi pada Awal Bekerja orang Kondisi Saat Ini orang Kondisi atap : a. Seng bekas b. Sengasbes c. Genteng 7 22 21 1 16 33 Kondisi dinding : a. Papan kayubambu b. Batubatakobata belum disemen c. Batubatakobata disemen 19 23 8 3 20 27 Kondisi lantai : a. Tanah b. Papansemen c. Tegelkeramik 14 30 6 1 26 23 Keberadaan WC kamar mandi : a. Tidak ada b. Ada 12 38 1 49 Sumber: Hasil Kuesioner, 2012 Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 53 sebagian besar dinding para responden sudah menggunakan batubatakobata disemen. Kondisi lantai juga berubah yaitu kini sebagian responden sudah menggunakan tegelkeramik untuk lantainya, dimana sebelumnya rata-rata responden masih menggunakan papansemen. Selain itu, peningkatan kesejahteraan juga ditinjau dari kondisi rumah khususnya berkaitan dengan keberadaan WCkamar mandi. Dari hasil survei dapat disimpulkan bahwa kini rata-rata responden sudah memiliki kamar sendiri di rumahnya. 2 Fasilitas yang Dimiliki Indikator ini dilihat dari beberapa aspek yaitu kepemilikan TV, radio tape, telepon, dan listrik. Berikut ini disajikan data perbandingan fasilitas yang dimiliki oleh responden pada awal menjadi jukir dibandingkan dengan saat ini. Berdasarkan tabel di samping, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan terhadap fasilitas yang dimiliki oleh responden. Sebagian besar responden kini sudah memiliki TV berwarna dengan ukuran lebih dari 14 inchi, demikian pula dengan kepemilikan radio tape sudah berganti menjadi radio tape listrik MP3 Player. Sebelumnya, rata- rata responden tidak memiliki telepon, baik itu telepon rumahHP, sedangkan kini dapat dilihat bahwa sebagian Tabel 3.10 Penilaian Fasilitas yang Dimiliki Responden Indikator Kondisi pada Awal Bekerja orang Kondisi Saat Ini orang Kepemilikan TV : a. Tidak punya TV b. TV hitam putihberwarna ukuran kurang dari 14 inchi c. TV berwarna ukuran lebih dari 14 inchi 16 29 5 1 19 30 Kepemilikan radio tape : a. Tidak punya b. Radio tape baterai c. Radio tape listrik MP 3 Player 22 17 11 6 9 35 Telepon yang dimiliki : a. Tidak punya b. Telepon rumahHP 1 unit c. Telepon rumahHP lebih dari 1 unit 43 5 2 9 32 9 Listrik : a. Tidak ada b. Berdaya kurang dari 450 VA c. Berdaya lebih dari 900 VA 19 30 1 1 33 16 Sumber: Hasil Kuesioner, 2012 Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 54 besar responden sudah memiliki teleponHP minimal 1 unit dan bahkan beberapa responden mampu memiliki telepon rumahHP lebih dari 1 unit. Selain itu, kini sudah ada peningkatan yang signifikan untuk listrik dari kondisi sebelumnya. Sebagian besar rumah responden sudah teraliri listrik, baik yang berdaya 450 VA ataupun 900 VA. 3 Pendapatan Indikator selanjutnya yang dijadikan patokan ada atau tidaknya peningkatan kesejahteraan para jukir sejak awal bekerja hingga kini dapat dilihat dari perubahan tingkat pendapatannya. Berikut disajikan data mengenai gambaran pendapatan responden pada awal bekerja dibandingkan dengan kondisinya saat ini. Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa ada peningkatan pendapatan responden. Sebelumnya rata-rata pendapatan responden kurang dari tiga ratus ribu sampai dengan 1 juta rupiah dan hanya 1 orang yang berpenghasilan lebih dari 1 juta, kini sebagian besar responden memiliki pendapatan lebih dari 1 juta rupiah. Ini menunjukkan terjadi peningkatan kesejahteraan bagi mayoritas responden. 4 Kepemilikan lahan Indikator untuk menilai tingkat kesejahteraan lainnya adalah kepemilikan lahan. Indikator ini ditinjau dari beberapa aspek yaitu status kepemilikan lahan dan luas lahan yang dimiliki rumah dan lainnya. Berikut ini disajikan data perbandingan kondisi kepemilikan lahan responden pada awal bekerja sebagai jukir dengan kondisinya saat ini. Tabel 3.11 Penilaian Tingkat Pendapatan Responden Indikator Kondisi pada Awal Bekerja orang Kondisi Saat Ini orang Rp. 300.000,00 25 1 Rp 300.000 – 1.000.000,00 24 24 Rp 1.000.000,00 1 25 Sumber: Hasil Kuesioner, 2012 Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 55 Berdasarkan data di samping, dapat dijelaskan bahwa saat awal bekerja sebagai jukir, status kepemilikan lahan responden hampir merata, beberapa tidak memiliki lahan, beberapa menumpang, dan beberapa memiliki lahan milik sendiri. Untuk saat ini, terjadi peningkatan status kepemilikan lahan, dimana rata-rata responden sudah memiliki lahan sendiri. Begitu pula dengan luas lahan yang dimiliki, sudah ada peningkatan luas lahan yang dimiliki dimana sebagian besar responden memiliki luas lahan antara 0,5 sampai dengan 3 are, bahkan ada beberapa responden yang memiliki luas lahan lebih dari 3 are. Hal ini menandakan bahwa ada perbaikan tingkat kesejahteraan jukir ke arah yang lebih baik. 5 Kepemilikan Kendaraan Indikator terakhir yang dapat digunakan untuk melihat adanya peningkatan kesejahteraan juru parkir adalah kepemilikan kendaraan. Indikator ini dilihat dari banyaknya Tabel 3.12 Penilaian Kepemilikan Lahan Responden Indikator Kondisi pada Awal Bekerja orang Kondisi Saat Ini orang Status kepemilikan lahan : a. Tidak ada b. Menumpang c. Milik sendiri 16 15 19 7 14 29 Luas lahan yang dimiliki : a. 0,5 are b. 0,5 – 3 are c. 3 are 14 28 8 2 33 15 Sumber: Hasil Kuesioner, 2012 Tabel 3.13 Penilaian Kepemilikan Kendaraan Responden Indikator Kondisi pada Awal Bekerja orang Kondisi Saat Ini orang Jenis kendaraan yang dimiliki : Sepeda a. Tidak punya b. 1 – 2 unit c. 2 unit Sepeda motor a. Tidak punya b. 1 – 2 unit c. 2 unit Mobil a. Tidak punya b. 1 – 2 unit c. 2 unit 15 34 1 33 17 1 50 15 33 2 6 42 2 49 1 Jenis kendaraan yang digunakan sehari-hari : a. Jalan kakikendaraan umum sepeda b. Sepeda motor c. Mobil 25 25 4 46 Sumber: Hasil Kuesioner, 2012 Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 56 kendaraan yang dimiliki dan jenis kendaraan yang digunakan sehari-hari. Tabel 3.13 menyajikan data mengenai hal tersebut. Berdasarkan sajian data di atas dapat dilihat bahwa secara umum terjadi peningkatan kepemilikan kendaraan. Sebelumnya, rata-rata responden tidak memiliki kendaraan sepeda motor lebih dari 50 persen, namun kini rata-rata sudah memiliki sepeda motor antara 1 sampai dengan 2 unit. Dilihat dari jenis kendaraan yang digunakan sehari-hari pun secara merata kini mayoritas 90 persen responden sudah menggunakan sepeda motor dalam aktivitas sehari-harinya. Jadi berdasarkan hasil survei terhadap para juru parkir, maka secara umum dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan kesejahteraan jukir ditinjau dari kondisi rumah, kepemilikan fasilitas-fasilitas, pendapatan, kepemilikan lahan, dan kepemilikan kendaraan. Ini menandakan adanya peningkatan kesejahteraan juru parkir setelah pengelolaan parkir diambil alih oleh PD Parkir Kota Denpasar.

3.2.2 Analisis Objek Perparkiran