KAJIAN AKADEMIS POTENSI DAN PENATAUSAHAAN PAJAK PARKIR DI KOTA DENPASAR.

(1)

KAJIAN AKADEMIS POTENSI DAN

PENATAUSAHAAN PAJAK PARKIR

DI KOTA DENPASAR

KERJASAMA ANTARA

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DENGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS


(2)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 1

BAB

Pendahuluan

1.1

Latar Belakang

1.2

Tujuan Kajian

1.3

Metode Kajian


(3)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 2 Sejak tahun 2001 seluruh kabupaten/kota di Indonesia melaksanakan otonomi daerah atau desentralisasi. Tujuan dilaksanakan otonomi daerah adalah secara politis untuk memposisikan pemerintah daerah sebagai instrumen pendidikan politik di tingkat lokal yang secara agregat akan menyumbangkan pendidikan politik secara nasional sebagai dasar menciptakan kesatuan dan persatuan berbangsa dan bernegara. Tujuan administratif adalah agar pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berusaha mencapai efisien dan efektif dan lebih bertanggung jawab (Suwandi, 2000).

Harapan dilaksanakannya otonomi daerah atau desentralisasi, pemerintah daerah akan lebih fleksibel dalam mengatur strategi pembangunannya, karena dengan desentralisasi pemerintah akan lebih dekat dengan masyarakatnya, sehingga makin banyak keinginan masyarakat dapat dipenuhi oleh pemerintah. Dengan desentralisasi diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia pada masa yang akan datang. Dengan makin dekatnya hubungan antara pemerintah dengan masyarakat, diharapkan penyelenggaraan pemerintahan di daerah dilakukan dengan lebih efektif, efisien, dan bertanggung jawab (accountable).

Di samping itu, pemberian otonomi kepada daerah sangat perlu untuk memperbesar partisipasi masyarakat di seluruh Indonesia dalam memberikan keputusan yang berdampak langsung kepada daerahnya, sebab sangat tidak realistik apabila Pemerintah Pusat membuat keputusan mengenai pelayanan masyarakat untuk seluruh wilayah negara. Demikian juga diyakini bahwa masyarakat lokal melalui Kabupaten/Kota memiliki pengetahuan yang lebih tentang kebutuhan, kondisi, dan hal yang diprioritaskan. Mobilisasi sumberdaya lebih dimungkinkan untuk dilakukan oleh masyarakat yang dekat dengan pengambil keputusan di tingkat lokal (Simanjuntak, 2000). Yustika (2007) mengatakan bahwa dengan otonomi daerah, anggaran daerah menjadi pintu


(4)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 3 penting yang paling mungkin bagi setiap daerah untuk mendinamisir kegiatan pembangunan melalui alokasi yang tepat dalam rangka membuat strategi untuk menciptakan kebijakan yang lebih tepat sesuai situasi masing-masing daerah.

Salah satu konsekuensi pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya sumber-sumber keuangan daerah yang memadai untuk membiayai penyelenggaraan otonomi. Kapasitas keuangan Pemerintah Daerah (Pemda) akan menentukan kemampuan Pemda dalam menjalankan fungsi-fungsi seperti melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat (public service function), melaksanakan fungsi pembangunan (development function) dan melaksanakan fungsi perlindungan masyarakat (protective function). Oleh karena itu, pelaksanaan desentralisasi di Indonesia yang diimplementasikan di dalam Undang-Undang Nomor 22 dan Nomor 25 Tahun 1999 dan sekarang telah direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 dan

Nomor 33 Tahun 2004 mempunyai konsekuensi pelimpahan keuangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, yang mana pemerintah daerah memperoleh perimbangan keuangan untuk menjalankan fungsi-fungsinya. Selanjutnya suatu daerah otonom selain

memperoleh bantuan dari pemerintah pusat, juga memperoleh kewenangan untuk menentukan kebijakan pemerintah dan pembangunan secara mandiri, termasuk pengelolaan keuangan dan sumber daya alam yang ada.

Dalam rangka meningkatkan kinerja keuangan daerah, upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terus dilakukan. Secara substantif pada satu sisi, pemerintah daerah mengemban tanggung jawab untuk selalu meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, sehingga pada sisi lain, pemerintah daerah harus berusaha meningkatkan pendapatan asli daerahnya untuk membiayai pengeluaran daerah yang cenderung meningkat. Meningkatnya tuntutan pelayanan masyarakat tersebut di samping diakibatkan meningkatnya pendapatan masyarakat karena meningkatnya kegiatan masyarakat, juga oleh meningkatnya pendidikan serta pengetahuan masyarakat karena perkembangan teknologi dan informasi. Untuk


(5)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 4 meningkatkan kemandirian daerah, usaha-usaha untuk meningkatkan penerimaan daerah semestinya terus dilakukan secara kontinyu.

Untuk memperbesar penerimaan daerah, Abdul Halim (2001) mengatakan bahwa perlu dilakukan intensifikasi. Intensifikasi suatu sumber penerimaan daerah adalah suatu tindakan atau usaha dengan cara melakukan pungutan dengan lebih giat, lebih ketat, dan lebih teliti melalui perbaikan organisasi pengelolaan, aspek ketatalaksanaan dan aspek personalianya melalui:

a. Memperbaiki aspek kelembagaan serta orientasi fungsi-fungsi organisasi, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih cepat dan akurat, adanya kordinasi antar intansi terkait yang lebih terarah, sistem pengawasan yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah.

b. Memperbaiki aspek ketatalaksanaan, baik administrasi maupun operasional, yang meliputi penyempurnaan administrasi pungutan, penyesuaian tarif, dan penyesuaian sistem pelaksanaan pungutan.

c. Peningkatan pengawasan dan pengendalian, meliputi pengawasan dan pengendalian yuridis, pengawasan dan pengendalian teknis serta pengawasan dan pengendalian penatausahaan.

d. Peningkatan sumberdaya manusia pengelola PAD, melalui kursus-kursus dan program-program serta latihan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah.

e. Meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat, untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat membayar pajak atau retribusi.

Sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan UU No. 25 Tahun 1999 yang direvisi dengan UU No. 34 tahun 2004 adalah: 1) Pendapatan Asli Daerah; 2) Dana Perimbangan; 3) Pinjaman Daerah; dan 4) Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri atas Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Bagian Laba Usaha Daerah, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah. Dana Perimbangan terdiri atas Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Lain-lain Pendapatan yang Sah.


(6)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 5 Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah. Menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Sama halnya dengan kabupaten/kota lainnya di Indonesia, sebagai bagian dari wilayah Republik Indonesia, Kota Denpasar sejak tahun 2001 juga melaksanakan otonomi daerah. Sesuai dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, pemerintah kabupaten/kota diberi kewenangan untuk memungut jenis pajak daerah antara lain sebagai berikut: a) pajak hotel, b) pajak restoran, c) pajak hiburan, d) pajak reklame, e) pajak penerangan jalan, f) pajak mineral bukan logam dan batuan, g) pajak parkir, h) pajak air tanah, i) pajak sarang burung walet, j) pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, dan k) bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Untuk retribusi, jenis retribusi yang dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota meliputi retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perijinan tertentu. Untuk parkir, kabupaten/kota diberi kewenangan memungut retribusi pelayanan jasa parkir di tepi jalan umum yang masuk dalam jenis retribusi jasa umum.

Kegiatan ekonomi di Kota Denpasar didominasi oleh sektor jasa, sehingga tempat parkir atau tempat penitipan kendaraan bermotor sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam melakukan kegiatan untuk berbelanja, berekreasi atau melakukan transaksi lainnya, baik secara individu maupun bersama-sama. Oleh karena itu, perparkiran merupakan salah satu sumber penerimaan asli daerah yang


(7)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 6 sangat potensial, khususnya di wilayah perkotaan. Demikian juga halnya untuk di Kota Denpasar.

Dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah serta dengan bertambahnya jumlah kendaraan sejalan dengan semakin meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat dan dalam rangka menciptakan ketertiban lalu lintas, keamanan dan kenyamanan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan di bidang perparkiran, maka dipandang perlu untuk mengatur sistem penyelenggaraan perparkiran di Kota Denpasar. Sistem penyelanggaraan parkir di Kota Denpasar diatur dalam Peraturan Daerah

Nomor 5 Tahun 2003.

Berdasarkan Peraturan daerah Nomor 5 Tahun 2003, untuk perparkiran di Kota Denpasar dikelola oleh Perusahaan Daerah (PD) Parkir Kota Denpasar. Pendapatan utama PD Parkir Kota Denpasar bersumber

dari tempat parkir di tepi jalan umum dan tempat parkir khusus. Tempat parkir tepi jalan umum adalah suatu tempat yang berada di tepi jalan umum yang telah diterapkan sebagai tempat parkir kendaraan bermotor. Tempat parkir tepi jalan umum mempunyai tanda-tanda yang jelas atau marka jalan sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tempat parkir khusus adalah suatu tempat yang tidak menggunakan badan jalan sebagai tempat parkir yaitu dapat berupa taman parkir, pelataran, gedung parkir, baik diusahakan sebagai kegiatan tersendiri maupun disediakan untuk menunjang kegiatan usaha seperti swalayan, supermarket atau kompleks pertokoan, pusat perkantoran, pasar, sekolah, tempat rekreasi/objek wisata, hotel/penginapan, restoran/rumah makan, rumah sakit atau kegiatan lainnya yang menyangkut kepentingan masyarakat yang menyediakan tempat parkir. Tempat parkir khusus dapat dikelola oleh PD Parkir, badan hukum, perorangan, desa pekraman atau dapat dikelola bersama-sama berdasarkan kesepakatan.

Dalam kegiatan operasionalnya, PD Parkir mengklasifikasikan pendapatan utama pengelolaan parkirnya menjadi : 1). retribusi penerimaan parkir tepi jalan umum (penerimaan parkir badan jalan), 2). penerimaan parkir pelataran/swalayan,


(8)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 7 dan 3) penerimaan parkir insidentil. Pendapatan utama PD Parkir tersebut dipungut berupa retribusi. Sistem pemungutan retribusi parkir di Kota Denpasar dilakukan dengan pemberian karcis oleh petugas parkir. Untuk pelaksanaan pemungutan retribusi parkir, petugas parkir dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu petugas parkir di area gedung/pelataran dan petugas parkir tepi badan jalan umum.

Berdasarkan Undang-undang No. 28 Tahun 2009, untuk meningkatkan pendapatan asli daerah, pemerintahan daerah diberi kewenangan untuk memungut pajak parkir. Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Tidak termasuk objek pajak antara lain: (a) penyelenggaraan tempat parkir oleh pemerintah dan pemerintah daerah; (b) penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk karyawannya sendiri; (c) penyelenggaraan tempat parkir oleh kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara asing dengan asas timbal balik; dan (d) penyelenggaraan tempat parkir lainnya yang diatur dengan peraturan daerah. Subjek pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor. Wajib pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir. Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat parkir.

Perbedaan mendasar antara pajak dan retribusi adalah terletak pada timbal balik langsung. Untuk pajak, tidak ada timbal balik langsung kepada para pembayar pajak, sedangkan untuk retribusi ada timbal balik langsung dari penerima retribusi kepada penerima retribusi. Pajak merupakan pungutan yang bersifat memaksa berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan retribusi lebih spesifik kepada orang-orang tertentu yang mendapatkan pelayanan tertentu.


(9)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 8 Oleh karena sifatnya yang dapat dipaksakan dan tanpa balas jasa yang langsung dari pemerintah daerah kepada wajib pajak, maka dari segi kelembagaan penanganan pajak parkir berbeda dengan retribusi parkir. Dari segi pemungutannya, seluruh proses kegiatan pajak parkir tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Walaupun demikian kegiatan yang dimungkinkan antara lain pencetakan formulir perpajakan, pengiriman suratnya kepada wajib pajak atau penghimpunan data objek dan subjek pajak. Kegiatan yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan perhitungan besarnya pajak yang terutang, pengawasan penyetoran pajak, dan penagihan pajak.

Berdasarkan Undang-undang No 28 Tahun 2009, untuk perparkiran dapat dikelola dengan pemungutan pajak maupun retribusi. Pajak parkir dapat dikenakan kepada pemilik usaha yang memiliki lahan parkir di luar parkir tepi jalan umum, sedangkan retribusi parkir dikenakan kepada kendaraan yang parkir di tepi jalan umum. Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk optimalisasi penerimaan asli daerah maka kajian ini mengkhusus pada analisis potensi perparkiran di Kota Denpasar berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka kajian akademis ini bertujuan untuk melakukan kajian mengenai potensi perparkiran di Kota Denpasar berdasarkan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2003.

1) Data Kajian

Kajian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari beberapa narasumber, baik berupa informasi dan pendapat yang dituangkan dalam daftar pertanyaan (kuesioner) serta data sekunder terkait dengan kajian ini. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang


(10)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 9 dipublikasi maupun tidak, yaitu berupa peraturan-peraturan, buku-buku, atau dokumen-dokumen lainnya.

2) Narasumber

Narasumber dalam kajian ini merupakan pihak-pihak yang terkait antara lain juru parkir, masyarakat umum serta pihak-pihak yang turut menunjang penyediaan data yaitu berasal dari berbagai dinas/instansi antara lain Dinas Perhubungan Kota Denpasar, Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar, Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kota Denpasar, dan PD Parkir Kota Denpasar. 3) Pengumpulan Data

a. Studi dokumentasi, yaitu dengan mempelajari dokumen perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan parkir.

b. Wawancara dengan narasumber dengan bantuan instrumen berupa kuesioner.

c. Observasi di lapangan. 4) Teknik Analisis

Data/informasi yang terkumpul dianalisis secara statistik dan dilakukan pembahasan dalam bentuk kajian dengan menggunakan metode deskriptif.

Kajian ini dilakukan atas kerjasama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana dengan Pemerintah Kota Denpasar, dengan susunan organisasi terdiri atas Tim Gabungan Pemerintah Kota Denpasar serta Dosen/staf Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana. Susunan tim pengkaji:

1. Prof. Dr. Suyana Utama, SE., MS 2. A.A. Ketut Ayuningsasi, SE., M.Si 3. Putu Desy Apriliani, SE., M.Si 4. Luh Gede Meydianawathi, SE., M.Si


(11)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 10

BAB

GAMBARAN UMUM

2.1

Tinjauan Teoritis

2.1.1

Pajak Daerah

2.1.2

Retribusi Daerah

2.1.3

Prinsip Pajak dan Retribusi

Daerah

2.2

Tinjuan Filosofis

2.3

Pendekatan Sosiologis

2.4

Dasar Hukum

2.5

Gambaran Umum PD

Parkir Kota Denpasar

2.5.1

Sejarah Singkat PD Parkir

Kota Denpasar

2.5.2

Organisasi PD Parkir Kota

Denpasar

2.5.3

Ikhtisar Kebijakan Akuntansi

PD Parkir Kota Denpasar


(12)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 11

2..1.1 Pajak Daerah

Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah (Waluyo, 2002 : 11). Menurut Marihot (2005:10), pajak daerah adalah iuran yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkanundang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerahbagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Jadi, dapat disimpulkan pajak daerah adalah iuran/kontribusi wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa adanya imbalan secara langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Jenis-jenis pajak daerah antara lain:

1) Pajak Provinsi, meliputi antara lain sebagai berikut. a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)

d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan (PPPABT dan AP)

2) Pajak Kabupaten/Kota, meliputi antara lain sebagai berikut. a. Pajak Hotel

b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan


(13)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 12 d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C g. Pajak Parkir

2.1.2 Retribusi Daerah

Pengertian umum dari pada retribusi adalah suatu pungutan atas pemberian jasa/ perijinan tertentu kepada orang pribadi atau badan yang memperoleh jasa tersebut, sedangkan retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sebagai pembayaran atas jasa atau perijinan tertentu kepada orang pribadi atau badan yang memperoleh manfaat. Dalam Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 dan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Munawir (1998:8) mengemukakan bahwa retribusi daerah merupakan iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan ini bersifat ekonomis, karena siapapun yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah, dia tidak dikenakan iuran tersebut. Jadi, pemerintah daerah dapat memungut retribusi apabila telah memberikan suatu pelayanan/ jasa kepada orang pribadi atau badan dan sebaliknya bagi orang pribadi atau badan yang telah memperoleh pelayanan dari pemerintah mempunyai kewajiban untuk memenuhi pembayaran retribusi tersebut.

Pungutan retribusi merupakan salah satu sumber bagi PAD. Pungutan retribusi dilakukan oleh beberapa instansi yang berkaitan dengan pemberian jasa retribusi bersangkutan. Retribusi daerah, meliputi antara lain sebagai berikut. 1) Retribusi Jasa Umum

Objek retribusi ini berupa pelayanan yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Subyek retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan


(14)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 13 jasa umum yang bersangkutan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.66 Tahun 2001 tentang Retribusi daerah, jenis-jenis retribusi jasa umum adalah: a. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte

Catatan Sipil

b. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Penguburan Mayat c. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

d. Retribusi Pelayanan Pasar

e. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

f. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran g. Retibusi Penggantian Biaya Cetak Peta

h. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan 2) Retribusi Jasa Usaha

Objek retribusi ini berupa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pelayanan tersebut belum cukup disediakan oleh swasta. Subjek retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Jenis-jenis retribusi jasa usaha adalah sebagai berikut.

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan c. Retribusi Tempat Pelelangan

d. Retribusi Terminal

e. Retribusi Tempat Khusus Parkir

f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa g. Retribusi Penyedotan Kakus

h. Retribusi Rumah Potong Hewan i. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal j. Retribusi Tempat Rekreasai dan Olah Raga k. Retribusi Penyeberangan di Atas Air l. Retribusi Pengolahan Limbah Cair


(15)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 14 3) Retribusi Perijinan Tertentu

Objek retribusi ini berupa kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atau kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Subyek retribusi perijinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang diberikan izin yang bersangkutan. Jenis-jenis reribusi perijinan tertentu :

a. Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan

b. Retribusi Ijin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol c. Retribusi Ijin Gangguan

d. Retribusi Ijin Trayek.

2.1.3 Prinsip Pajak dan Retribusi Daerah

Prinsip pengaturan pajak daerah dan retibusi daerah dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan retribusi Daerah, antara lain:

a. Pemberian kewenangan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah tidak terlalu membebani rakyat dan relatif netral terhadap fiskal nasional.

b. Jenis pajak dan retribusi yang dapat dipungut oleh daerah hanya yang ditetapkan secara limitatif dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. c. Pemberian kewenangan kepada daerah untuk menetapkan tarif pajak daerah

dalam batas tarif minimum dan maksimum yang ditetapkan dalam Undang-Undang.

d. Pemerintah daerah dapat tidak memungut jenis pajak dan retribusi yang tercantum dalam Undang-Undang sesuai kebijakan Pemerintahan Daerah. Sama halnya dengan prinsip pajak, retribusi yang baik ditetapkan dengan mempertimbangkan secara seimbang berbagai prinsip pemungutan. Sepanjang tidak menyimpang dari undang-undang dan peraturan yang berlaku, kajian ini dibuat dengan menerapkan prinsip-prinsip retribusi yang terdiri atas (1) prinsip keadilan vertikal, (2) prinsip keadilan horizontal, (3) prinsip kesetaraan, dan (4) prinsip transparansi.


(16)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 15

Sistem pemerintahan di Indonesia pada dasarnya dibentuk berdasarkan nilai-nilai filosofis pandangan hidup bangsa Indonesia dalam berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila. Penjabaran nilai-nilai Pancasila di dalam hukum mencerminkan suatu keadilan, ketertiban, dan kesejahteraan yang diinginkan oleh masyarakat Indonesia.

Pelaksanaan otonomi daerah atau desentralisasi berimplikasi agar pemerintah daerah semakin meningkatkan kualitas pelayanannya kepada masyarakat, dan di lain pihak semakin luasnya kewenangan daerah untuk mengatur dan mengelola pendapatan daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka secara bertahap daerah dituntut untuk mengupayakan kemandirian pendapatannya dengan mengoptimalkan seluruh potensi pendapatan yang dimilikinya. Upaya meningkatkan kemandirian daerah dengan menggali sumber-sumber pendapatan asli daerah, juga diharapkan dapat terlaksana tanpa menurunkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat.

Pendekatan sosiologis yaitu pendekatan analisis terhadap tujuan dari pemungutan pajak maupun retribusi parkir berdasarkan atas kondisi sosiologis masyarakat Indonesia secara umum dan masyarakat Kota Denpasar khususnya. Di dalam masyarakat terdapat suatu kondisi nyata tentang tingkat penerimaan (acceptance) atau tingkat penolakan (resistance) terhadap suatu kebijakan publik. Penetapan kebijakan publik seperti pemungutan retribusi maupun pengenaan pajak parkir juga dapat menimbulkan penerimaan (acceptance) ataupun penolakan (resistance) dalam masyarakat.

Untuk itu, perlu dianalisis aspek sosiologis masyarakat sebagai faktor penyeimbang dalam proses pembuatan produk hukum dalam rangka membangun akseptan dan sekaligus mereduksi serendah mungkin tingkat


(17)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 16 resistensinya, sehingga akan menjadi produk peraturan daerah yang efektif dan ideal. Pendekatan secara sosiologis yang digunakan berdasarkan atas:

a) Fungsi kognitif: menghasilkan keputusan yang rasional mempertimbangkan kajian akademis, masukan, kritik kelompok terkait dan alokasi sumber daya. b) Fungsi instrumental: alat mempertemukan berbagai kepentingan dalam

pengambilan keputusan.

c) Fungsi politik: mengurangi resistensi terhadap keputusan yang diambil karena berdasarkan keputusan bersama, legitimasi publik.

d) Fungsi sosial: mengidentifikasi kebutuhan riil di masyarakat dan menyelesaikan problem utama.

Dasar hukum yang berkaitan dengan kajian ini yaitu Permendagri No. 33 tahun 2008 Tentang Pedoman Hubungan Kerja Organisasi Perangkat Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Secara khusus pengelolaan perparkiran di Kota Denpasar didasari atas :

1) Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 tentang Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar tertanggal 11 Nopember 2003.

2) Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2005 tentang Sistem Penyelenggaraan Perparkiran tertanggal 12 Oktober 2006.

3) Peraturan Walikota Denpasar Nomor 30 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 11 Tahun 2005 tentang Sistem Penyelenggaraan Perparkiran tertanggal 12 Oktober 2006. 4) Peraturan Walikota Denpasar Nomor 3 Tahun 2009 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Badan Pengawas, Direksi, dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar tertanggal 26 Juni 2009.

5) Peraturan Walikota Denpasar Nomor 38 Tahun 2006 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar tertanggal 19 Desember 2006.


(18)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 17 6) Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 19 Tahun 2011 tentang Retribusi

Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum tanggal 29 Desember 2011.

7) Keputusan Walikota Denpasar Nomor 16 Tahun 2004 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Parkir Kota Denpasar tertanggal 5 Pebruari 2004.

8) Surat Perintah Tugas Nomor 893/1593/Org (Surat Perintah Tugas untuk Pegawai Negeri Sipil yang ditugaskan pada Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar) tertanggal 1 Juli 2004.

9) Keputusan Walikota Denpasar Nomor 246 Tahun 2004 tentang Pengangkatan Badan Pengawas Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar Periode 2004 – 2007 tertanggal 19 Juli 2004.

10) Keputusan Walikota Denpasar Nomor 261 Tahun 2004 tentang Pengangkatan Anggota Direksi Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar 2004 – 2008 tertanggal 13 Agustus 2004.

11) Surat Perintah Tugas Nomor 539/1906/EK (Surat Perintah Tugas untuk Direksi) dengan efektif pelaksanaan tugas terhitung sejak 16 Agustus 2004 tertanggal 13 Agustus 2004.

12) Keputusan Walikota Denpasar Nomor 296 tentang Pengelolaan Perparkiran di Kota Denpasar (Pengelolaan Perparkiran di Kota Denpasar dilaksanakan oleh Perusahaan Daerah Pakir Kota Denpasar efektif per 1 Oktober 2004) tertanggal 1 Oktober 2004.

13) Keputusan Direksi Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar Nomor 62 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Tempat Parkir Khusus di Kota Denpasar, sebagaimana telah dirubah menjadi Keputusan Direksi Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar Nomor 173 Tahun 2005 Tanggal 23 Maret 2005 tertanggal 12 Oktober 2004.

14) Perjanjian kerjasama antara Walikota Denpasar dengan Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar Nomor 551.1/449/PD. Parkir tentang Pengelolaan Tempat Parkir Tepi Jalan Umum di wilayah Kota Denpasar.


(19)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 18

2.5.1 Sejarah Singkat PD Parkir

Kota Denpasar

Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar merupakan perusahaan daerah satu-satunya di Bali yang mengelola perparkiran. Perusahaan ini didirikan pada

tanggal 11 Nopember 2003 berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 5 Tahun 2003 (Lembaran Daerah Kota Denpasar No. 5 Tahun 2003). Dari tahapan perjalanannya terhitung sejak terbitnya Peraturan Daerah Parkir Kota Denpasar sampai dengan terbitnya Surat Perintah Tugas No.539/190/EK membutuhkan kurun waktu kurang dari 9 (sembilan) bulan. Dengan terbitnya Surat Perintah Tugas Nomor 539/1906/EK tertanggal 13 Agustus 2004 yang efektif berlaku sejak 16 Agustus 2004, perangkat hukum penyelenggaraan perparkiran melalui Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar telah dipenuhi. Berdasarkan Keputusan Walikota Nomor 296 Tahun 2004, tentang Pelaksanaan Perparkiran di Kota Denpasar, tertanggal 4 Oktober 2004, pasal 1 dengan tegas menyebutkan bahwa pelaksanaan pengelolaan perparkiran di Kota Denpasar secara efektif dilaksanakan oleh Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar per 1 Oktober 2004.

Pengelolaan perparkiran di Kota Denpasar dalam perjalanannya, melalui tahapan-tahapan pengelolaan yang panjang. Pada awalnya, perusahaan ini dikelola di bawah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Perhubungan Kota Denpasar dengan SIPARTA, dan akhirnya di bawah pengelolaan Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar. Menurut Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003, fungsi Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar yaitu:

1) merencanakan, membangun, memelihara sarana dan prasarana parkir. 2) melakukan pengelolaan parkir beserta sarana perlengkapannya

3) melakukan pembinaan dalam rangka terwujudnya ketertiban, keamanan, dan kenyamanan parkir.


(20)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 19 Adapun maksud dan tujuan pendirian Perusahaan Daerah (PD) Parkir Kota Denpasar menurut Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 adalah sebagai berikut. 1) turut serta melaksanakan pembangunan daerah

2) turut serta mewujudkan dan meningkatkan pelayanan umum kepada masyarakat di bidang sarana perparkiran

3) membantu dan melancarkan arus lalu lintas, serta 4) sebagai sumber pendapatan asli daerah.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2003, tugas pokok dari perusahaan ini adalah membina, mengelola, mengembangkan, dan menyelenggarakan kegiatan di bidang perparkiran yang diarahkan pada pelayanan masyarakat guna terciptanya ketertiban, keamanan, dan kenyamanan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, maka PD. Parkir mempunyai fungsi:

1) merencanakan, membangun, memelihara sarana dan prasarana prkir 2) melakukan pengelolaan parkir beserta sarana perlengkapannya

3) melakukan pembinaan dalam rangka terwujudnya ketertiban, keamanan, dan kenyamanan parkir

4) membantu kelancaran arus lalu lintas di jalan raya.

2.5.2 Organisasi PD Parkir Kota Denpasar

Pengelolaan Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar selalu berpedoman pada peraturan perundang-undangan tentang Perusahaan Daerah. Menurut Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003, pengurus PD Parkir terdiri dari direksi dan badan pengawas. Direksi mendapatkan pengawasan dari Badan Pengawas yang merupakan perpanjangan tangan dari Walikota. Direksi diangkat oleh walikota yang diutamakan dari swasta atas usul Badan Pengawas. Apabila calon direksi bukan berasal dari swasta, maka yang bersangkutan harus melepaskan terlebih dahulu status kepegawaiannya. Jumlah anggota direksi paling banyak tiga orang dan seorang diantaranya diangkat sebagai direktur utama. Direksi dalam mengelola perusahaan daerah mempunyai tugas sebagai berikut:

1) memimpin dan mengendalikan semua kegiatan perusahaan daerah

2) menyampaikan rencana kerja lima tahunan dan rencana kerja anggaran perusahaan daerah tahunan kepada badan pengawas untuk dapat pengesahan


(21)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 20 3) melakukan perubahan terhadap program kerja setelah mendapat persetujuan

badan pengawas 4) membina pegawai

5) mengurus dan mengelola kekayaan perusahaan daerah 6) menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan

7) mewakili perusahaan daerah, baik di dalam dan di luar peradilan

8) menyampaikan laporan berkala mengenai seluruh kegiatan termasuk neraca dan perhitungan laba/rugi kepada badan pengawas.

Seperti halnya direksi, badan pengawas juga diangkat oleh Walikota. Badan pengawas berasal dari orang profesional sesuai dengan bidang usaha pada perusahaan daerah. Badan pengawas mempunyai tugas sebagai berikut:

1) mengawasi kegiatan operasional perusahaan daerah

2) memberikan pendapat dan saran kepada walikota terhadap pengangkatan dan pemberhentian direksi

3) memberikan pendapat dan saran kepada walikota terhadap program kerja yang diajukan direksi

4) memberikan pendapat dan saran kepada walikota terhadap laporan neraca dan perhitungan laba/rugi beserta penjelasannya

5) memberikan pendapat dan saran atas laporan kinerja perusahaan daerah. Dalam tahapan persiapan pengalihan pengelolaan perparkiran dari pengelolaan melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Perhubungan Kota Denpasar dilaksanakan secara simultan dengan tahapan-tahapan yang jelas, terencana dan berkelanjutan, dengan diterbitkan Surat Perintah Tugas Walikota Denpasar No. 893/1593/Org, tertanggal 1 Juli 2004 menugaskan sementara tenaga-tenaga teknis dari Dinas Perhubungan Kota Denpasar untuk membantu pelaksanaan operasional sebagaimana dimaksud pada Keputusan Walikota No. 16 Tahun 2004. Pada tahapan ini struktur organisasi belum terisi secara penuh sebagaimana perusahaan yang beroperasi secara normal. Selanjutnya melalui Keputusan Walikota No. 261 Tahun 2004 tertanggal 13 Agustus 2004 tentang Pengangkatan Direksi Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar Periode 2004-2008, diangkat Nyoman Gde Sudiantara, SH selaku Direktur Utama dan I Nyoman Putrawan, ST selaku Direktur. Sejak tanggal 16 Agustus 2004,


(22)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 21 berdasarkan Surat Perintah Tugas Nomor 539/1906/EK, direksi ini efektif mulai bertugas mengemban tugas dan amanat sebagaimana termaktub dalam Peraturan Daerah.

Berdasarkan Keputusan Walikota Nomor 38 Tahun 2006 tanggal 19 Desember 2006, tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar, secara garis besar susunan organisasi PD Parkir terdiri dari badan pengawas, direksi, bagian-bagian, dan seksi-seksi. Struktur organisasi Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar secara lengkap disajikan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PD Parkir Kota Denpasar

Sumber : PD Parkir Kota Denpasar, 2012

Susunan pengurus PD Parkir Kota Denpasar tahun buku 2008 hingga saat ini adalah sebagai berikut.

1) Direktur Utama : Nyoman Gde Sudiantara, SH

2) Direktur : I Nyoman Putrawan


(23)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 22 4) Kabag Operasional : A.A. Gde Agustina, SE 5) Kasi Perencanaan : I Made Budhi Antara, ST 6) Kasi Umum dan Kepegawaian : I Gede Ngurah Ardana, SE

7) Kasi Keuangan : I D.G.P. Luhur Wiradnyana, SE

8) Kasi Pengelolaan Parkir Badan Jalan : Drs. Ec. N.G. Wiratma Diputra 9) Kasi Pengelolaan Parkir Pelataran : Drs. I.B. Agung Pidada 10) Kasi Pengamanan Parkir : I Made Ardana, SH 11) Kasi Data dan Analisa : I Ketut Nurjana, S.Sos

12) Kasi Pelaporan dan Pengaduan : A.A. Kt. Ngurah Adnyana, SH Terkait dengan dikeluarkannya Keputusan Direksi Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar No. 705 Tahun 2007 tentang Penetapan Tenaga Pendamping Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar tertanggal 1 Agustus 2007, susunan tenaga pendamping adalah sebagai berikut.

1) Ketua : I Ketut Wisada, SE

2) Sekretaris : Ir. I Gn. Eddy Mulya, SE, M.Si

3) Anggota : I Putu Sandika, SE

I G. P. Krisna Atmaja Karang, SE., M.Si Masa jabatan tenaga pendamping berakhir Juli 2008 dengan dikeluarkannya Keputusan Walikota Denpasar No.108 Tahun 2008 tentang Pengangkatan Badan Pengawas Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar tertanggal 6 Agustus 2008. Susunan Badan Pengawas PD. Parkir Kota Denpasar tahun 2008 adalah sebagai berikut.

1) Ketua : Drs. Ketut Natha Wibawa, MH

2) Sekretaris : I Gede Astika, SH

Dalam rangka kelancaran tugas-tugas administrasi Badan Pengawas Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar, dibentuk sekretariat dan staf Badan Pengawas Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar dengan dikeluarkannya Keputusan Ketua Badan Pengawas Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar Nomor 02 Tahun 2008 tentang Pembentukan Sekretariat dan Staf Badan Pengawas Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar dengan keanggotaan staf sekretariat yaitu I Putu Sandika, SE dan I G. P. Krisna Atmaja Karang, SE., M.Si.


(24)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 23

2.5.3 Ikhtisar

Kebijakan

Akuntansi

PD

Parkir Kota Denpasar

Kondisi keuangan PD Parkir Kota Denpasar tercermin dari pelaporan keuangannya. Setiap akhir tahun buku, Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar wajib diaudit oleh Akuntan Publik atau Akuntan Independen (Bagian Ketiga Pasal 16 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003) tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar ditetapkan melalui Keputusan Walikota Nomor 16 Tahun 2004 tertanggal 5 Februari 2004. Pelaporan dan kebijakan akuntansi yang dianut PD Parkir disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Kebijakan akuntansi penting yang diterapkan secara konsisten dalam laporan keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember. Beberapa ikhtisar kebijakan akuntansi penting dalam pelaporan keuangan PD Parkir Kota Denpasar antara lain sebagai berikut.

a. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep biaya historis. Laporan arus kas menyajikan penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas yang diklasifikasikan dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan, dengan metode tidak langsung.

b. Transaksi dengan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa

Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa didefinisikan sebagai: (1) perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara (intermediaries), mengendalikan, atau dikendalikan oleh atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan perusahaan (termasuk holding companies, subsidiaries, dan

fellow subsidiaries); (2) perusahaan asosiasi (associated company); (3) perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di perusahaan yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut; (4) karyawan kunci yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, dan mengendalikan kegiatan perusahaan yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi, dan manajer dari perusahaan serta anggotakeluarga dekat orang-orang tersebut; (5) perusahaan dimana suatu


(25)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 24 kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang dalam (3) dan (4) atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut.

c. Kas dan Setara Kas

Perusahaan membukukan kas untuk kas yang ada dalam perusahaan (cash on hand) dana kas yang ada di bank (cash in bank) dalam satu akun yaitu akun kas dan setara kas.

d. Piutang dan Cadangan Kerugian Piutang

Piutang disajikan dalam jumlah bruto. Perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang/penyisihan kerugian piutang atas kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Piutang yang tidak tertagih dihapus dan dibebankan ke rugi atau laba saat terjadi.

e. Aset Tetap

Aset tetap dinyatakan berdasarkan harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Penyusutan dihitung berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap dengan metode penyusutan: (1) bangunan permanen 5% dari harga perolehan, (2) bangunan tidak permanen 10% dari nilai perolehan, (3) peralatan dengan masa manfaat sampai dengan 4 tahun, dengan metode saldo menurun ganda (double declining method) dengan tarif sebesar 50%, (4) peralatan dengan masa manfaat 4 tahun sampai dengan 8 tahun dengan metode saldo menurun ganda (double declining method) dengan tarif sebesar 25%, (5) peralatan dengan masa manfaat di atas 8 tahun dengan metode saldo menurun ganda (double declining method) dengan tarif sebesar 12,5%.

f. Pengakuan Pendapatan dan Beban

Pendapatan dan beban diakui berdasarkan basis akrual. Pendapatan diakui pada saat jasa diserahkan kepada pelanggan atau pengguna area parkir. Beban diakui pada saat perusahaan telah memperoleh manfaat atas jasa ataupun barang telah diterima. Beban digolongkan menjadi tiga yaitu beban pokok pendapatan, beban usaha, dan beban lain-lain. Beban pokok pendapatan meliputi beban jaminan kehilangan kendaraan, beban cetak parkir, dan upah langsung juru parkir tepi jalan umum. Beban usaha adalah beban pegawai, beban kantor, beban umum, beban pemeliharaan, beban penyusutan dan beban sewa gedung.


(26)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 25 Beban lain-lain berupa biaya administrasi bank, biaya kerugian piutang tak tertagih, PPh 21 karyawan, PPh 21 final (pajak penghasilan atas hadiah), dan PPh 23 jasa konsultan yang ditanggung perusahaan.

g. Perpajakan

Perusahaan menerapkan PSAK No.46 mengenai “Akuntansi Pajak Penghasilan” yang mensyaratkan pengakuan aset dan kewajiban pajak

tangguhan atas pengaruh pajak di masa datang yang berasal dari perbedaan temporer antara pajak dan pelaporan komersial dan aset dan kewajiban. Beban pajak kini ditetapkan berdasarkan taksiran penghasilan kena pajak tahun berjalan. Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas beda temporer antara aset dan kewajiban untuk tujuan komersial dan untuk tujuan perpajakan pada setiap tanggal pelaporan. Manfaat pajak di masa yang akan datang diakui sebesar kemungkinan realisasi manfaat pihak tersebut. Aset dan kewajiban pajak tangguhan diukur pada tarif pajak yang diharapkan akan digunakan pada saat realisasi aset atau penyelesaian kewajiban, berdasarkan tarif pajak dan peraturan perpajakan yang berlaku. Perubahan terhadap kewajiban perpajakan diakui pada saat Surat Ketetapan Pajak diterima atau jika perusahaan mengajukan permohonan keberatan, maka pada saat keputusan tersebut telah ditetapkan.

h. Laba

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2003 tentang Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar Bab IX pasal 35 mengenai Penetapan dan Penggunaan Laba, laba bersih setelah pajak digunakan untuk:

1) Dana Pembangunan Daerah dengan persentase sebesar 35% 2) Anggaran Perusahaan Daerah dengan persentase sebesar 25% 3) Cadangan Umum dengan persentase sebesar 10%

4) Jasa Produksi dengan persentase sebesar 10%

5) Dana Sosial dan Pendidikan dengan persentase sebesar 10%

6) Sumbangan Dana Pensiun dan Pesangon dengan persentase sebesar 10%. i. Imbalan Kerja Karyawan

Penyediaan imbalan pasca kerja oleh perusahaan tidak didanai tetapi melalui Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 5 tanggal 12 Nopember 2003 yang


(27)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 26 disahkan oleh Walikota Denpasar tanggal 11 Nopember 2003, perusahaan diharuskan untuk menyisihkan 10% dari laba bersih setiap tahunnya untuk suatu sumbangan dana pensiun dan pesangon. Dana tersebut oleh perusahaan dicatat sebagai kewajiban sumbangan dana pensiun dan pesangon.

j. Penggunaan Estimasi

Penyusunan laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan manajemen untuk mebuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Adanya ketidakpastian yang melekat dalam penetapan estimasi, maka jumlah yang sesungguhnya yang akan dilaporkan di masa mendatang berbeda dari jumlah yang diestimasi.


(28)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 27

BAB

Analisis Potensi Perpakiran

3.1

Pengelolaan Parkir oleh PD.

Parkir Kota Denpasar

3.1.1 Produk Layanan PD. Parkir

3.1.2

Pengelolaan Keuangan PD. Parkir

3.2

Mekanisme Penyelenggaraan

Perpakiran

3.3

Analisis Potensi Parkir

3.2.1 Analisis SDM

3.2.2 Analisis Objek Perparkiran

3.2.3 Analisis Penerimaan

3.2.4 Aspek Sosiologis

3.2.5 Aspek Hukum


(29)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 28 Pengelolaan parkir di Kota Denpasar

dilaksanakan oleh Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2003. Bertambahnya jumlah kendaraan sejalan dengan semakin

meningkatnya perkembangan kemampuan perekonomian masyarakat di Kota Denpasar serta dalam upaya pelayanan perparkiran yang lebih optimal, maka dituntut pengelolaan parkir yang lebih profesional dan transparan, sehingga dipandang perlu untuk membentuk Perusahaan Daerah Parkir di Kota Denpasar.

3.1.1 Produk Layanan PD. Parkir Kota Denpasar

Seperti yang telah disebutkan pada pasal 5 Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2003, maksud dan tujuan pendirian Perusahaan Daerah (PD) Parkir Kota Denpasar adalah turut serta melaksanakan pembangunan daerah, turut serta mewujudkan dan meningkatkan pelayanan umum kepada masyarakat di bidang sarana perparkiran, membantu dan melancarkan arus lalu lintas, serta sebagai sumber pendapatan asli daerah. Ini berarti didirikannya perusahaan ini tidak semata-mata untuk tujuan meningkatkan pendapatan asli daerah, namun juga memberikan pelayanan kepada masyarakat Kota Denpasar di bidang perparkiran. Jenis pelayanan umum yang diberikan oleh PD Parkir Kota Denpasar terkait dengan perparkiran di Kota Denpasar diantaranya:

1) Pengadaan dan penyelenggaraan tempat parkir

2) Pengamanan tempat parkir dan penunjang kelancaran lalu lintas 3) Asuransi/jaminan ganti rugi kehilangan kendaraan

4) Undian karcis parkir berhadiah.

Berbagai pelayanan dalam bidang perparkiran yang diberikan oleh PD Parkir Kota Denpasar bersifat ekonomis, dalam artian dipungut pembayaran untuk pelayanan tersebut. Pungutan yang dibayarkan oleh masyarakat untuk mendapatkan pelayanan-pelayanan tersebut relatif sangat murah, yaitu hanya


(30)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 29 Rp.1.000,00 untuk kendaraan roda dua dan Rp.2.000,00 untuk kendaraan roda empat (sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 19 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum). Dengan nominal tersebut, masyarakat dapat menikmati berbagai pelayanan dari PD. Parkir Kota Denpasar, tidak hanya berupa hak untuk menempatkan atau memberhentikan sementara kendaraan bermotor di tempat parkir yang telah disediakan, namun juga mendapatkan jaminan keamanan kendaraan selama ditinggalkan. PD Parkir Kota Denpasar juga memberikan jaminan ganti rugi atau asuransi atas kehilangan kendaraan bermotor. Hal ini diatur pada pasal 11 Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 11 Tahun 2005 yang menyebutkan bahwa dalam rangka memberikan jaminan keamanan, maka dalam hal wajib parkir kehilangan kendaraan bermotor pada waktu parkir di tempat-tempat parkir yang ditentukan, perusahaan daerah parkir memberikan santunan sebagai ganti rugi atas kehilangan kendaraan bermotor tersebut. Selain itu, adanya undian berhadiah yang dilakukan setiap periode juga memberikan benefit kepada masyarakat, selain untuk mencegah kecurangan yang dilakukan oleh oknum juru parkir.

Pungutan parkir yang dikenakan oleh PD. Parkir Kota Denpasar merupakan pungutan berbentuk retribusi, yaitu iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik dari pembayaran iuran tersebut secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat. Pembayaran iuran parkir ini merupakan suatu paksaan yang bersifat ekonomis, karena iuran ini tidak dapat dikenakan apabila masyarakat tidak merasakan jasa balik atas pelayanan parkir. Berikut akan diuraikan jenis-jenis produk layanan yang diberikan oleh PD Parkir Kota Denpasar.

1) Pengadaan dan penyelenggaraan tempat parkir

Produk layanan ini diberikan oleh PD. Parkir Kota Denpasar untuk melaksanakan fungsinya sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 yaitu merencanakan, membangun, memelihara sarana dan prasarana parkir serta melakukan pengelolaan parkir beserta sarana perlengkapannya. Penyelenggaraan perparkiran di Kota Denpasar terdiri dari penyelenggaraan parkir di tempat parkir tepi jalan umum dan tempat khusus. Penyediaan lahan parkir di tepi jalan umum ditetapkan dengan peraturan walikota yang disesuaikan dengan ruas jalan primer


(31)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 30 dan sekunder yang ada di Kota Denpasar, sedangkan untuk penyediaan lahan parkir di pelataran dilakukan oleh pemilik lahan dan untuk pemungutan pembayarannya diadakan kerjasama dengan pemilik lahan sebagai pihak ketiga.

Fungsi layanan pengadaan dan penyelenggaraan tempat parkir menjadi sangat penting mengingat jumlah kendaraan bermotor di Kota Denpasar semakin meningkat. Gambar 3.1 menunjukkan terjadi tren peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Kota Denpasar sejak tahun 1995 hingga 2011 dengan rata-rata peningkatan 9,28 persen. Peningkatan ini menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan parkir masyarakat di Kota Denpasar, sehingga sudah menjadi kewajiban pemerintah Kota Denpasar melalui PD Parkir Kota Denpasar untuk menyediakan lahan parkir yang memadai.

Gambar 3.1

Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Denpasar

Sumber: Dinas Perhubungan Kota Denpasar, 2012

Menurut Peraturan Walikota Nomor 30 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 11 Tahun 2005, di Kota Denpasar terdapat 9 areal parkir yang disediakan di tepi jalan primer, 464 areal parkir yang disediakan di sepanjang jalan sekunder, dan 82 lokasi untuk tempat parkir khusus. Pada tahun 2010, pemerintah Kota Denpasar menetapkan larangan parkir di Jalan Gajah Mada, Jalan Sulawesi, Jalan Thamrin, dan Jalan Kartini, sehingga lahan parkir di jalan primer yang tergolong padat kendaraan hingga saat ini berkurang menjadi hanya 5 ruas jalan. Untuk di jalan sekunder, tidak ada


(32)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 31 perubahan lahan yang disediakan sebagai tempat parkir. Untuk tempat parkir khusus menurut Peraturan Walikota Nomor 30 Tahun 2006 ditetapkan sebanyak 82 spot, namun tidak semua tempat khusus tersebut memungut parkir kepada konsumennya. Pada tahun 2006, hanya 26 pemilik lahan yang berhasil diajak kerjasama untuk melaksanakan pemungutan parkir khusus. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan saat ini meningkat menjadi 94 spot dan sudah dilakukan kerjasama dengan pihak pemilik lahan untuk pemungutan retribusinya.

2) Pengamanan tempat parkir dan penunjang kelancaran lalu lintas

Fungsi ini merupakan layanan yang dapat diberikan oleh PD Parkir Kota Denpasar sebagai konsekuensi dari penempatan dan penugasan juru parkir di lokasi-lokasi layanan parkir. Selain membantu dalam penyelenggaraan dan pengaturan perparkiran, juru parkir juga turut membantu kelancaran lalu lintas di jalan raya. Upaya yang dilakukan oleh juru parkir terkait dengan hal ini yaitu selain mengatur penyediaan parkir bagi kendaraan bermotor yang parkir, juga menata dan menjaga ketertiban kendaraan yang parkir. Selain itu, juru parkir juga membantu pemilik kendaraan bermotor yang mengalami kesulitan mengeluarkan atau memasukkan kendaraannya di lokasi parkir dan juga membantu dalam menyeberang jalan sebagai wujud upaya pelayanan optimal.

Penempatan juru parkir pada setiap lokasi yang menyediakan tempat parkir di Kota Denpasar secara tidak langsung juga menjamin keamanan kendaraan bermotor di tempat parkir karena adanya pengawasan yang dilakukan oleh juru parkir. Pengaturan jarak wilayah antara juru parkir yang satu dengan yang lainnya sangat membantu optimalisasi pengawasan kendaraan bermotor di tempat parkir. Untuk saat ini, pengaturan yang dilakukan oleh PD Parkir Kota Denpasar menyangkut ruang yang bisa dilayani efektif oleh juru parkir diperhitungkan dari jumlah kendaraan yang mampu dilayani. Jumlah juru parkir yang ditempatkan di jalan-jalan utama berbeda dengan juru parkir di jalan sekunder, demikian juga dengan juru parkir di pelataran. Jumlah juru parkir yang ditempatkan di pelataran toko baru berbeda dengan juru parkir yang ditempatkan di toko yang sudah berkembang mengingat toko yang baru dibuka pada umumnya tidak seramai toko yang yang sudah lama berkembang.


(33)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 32

Tabel 3.1

Perhitungan Satuan Ruang Pengawasan Parkir oleh Juru Parkir

Item Perhitungan Minimal Maksimal

Penghasilan per hari (rupiah) 70.000 200.000

Tarif parkir (rupiah) 2.000 1.000 2.000 1.000

Rata-rata jumlah kendaraan per hari (unit) 35 70 100 200 Rata-rata jumlah kendaraan yang diawasi per periode (unit) 4* 9* 13* 25* Rata-rata jarak pandang dalam pengawasan (meter) 20** 4,5** 65** 12,5**

Keterangan:

* asumsi rata-rata lama parkir adalah 1 jam (1 periode pengawasan = 1 jam)

** asumsi setiap kendaraan roda dua memerlukan ruang untuk parkir sepanjang 0,5 meter dan kendaraan roda empat sepanjang 5 meter

Sumber: PD Parkir Kota Denpasar, 2012 (data diolah)

Untuk saat ini, PD Parkir Kota Denpasar menentukan satuan ruang yang efektif dijaga oleh seorang juru parkir berdasarkan jumlah kendaraan yang mampu dilayani efektif oleh yang bersangkutan. Ini diperhitungkan dari jumlah pendapatan yang ditargetkan dari pemungutan karcis parkir oleh seorang juru parkir. Target pendapatan seorang juru parkir adalah minimal menghasilkan Rp.70.000,00 sampai dengan maksimal Rp.200.000,00 per hari (asumsi 8 jam kerja). Berdasarkan target pendapatan tersebut, apabila diasumsikan rata-rata lama waktu yang dibutuhkan untuk sebuah kendaraan bermotor yang parkir adalah 1 jam, maka rata-rata kendaraan yang dapat diawasi oleh seorang juru parkir adalah minimal sebanyak 4 kendaraan roda empat atau 9 kendaraan roda dua dan maksimal sebanyak 13 kendaraan roda empat atau 25 kendaraan roda dua. Dengan asumsi jumlah kendaraan yang bisa ditampung pada lahan parkir seluas 1 meter adalah sebanyak 2 kendaraan roda dua dan untuk setiap kendaraan roda empat membutuhkan rata-rata lahan parkir sepanjang 5 meter, maka ini berarti setiap juru parkir minimal mengawasi kendaraan roda empat pada jarak pandang sepanjang 20 meter atau hanya 4,5 meter untuk kendaraan roda dua dan maksimal mengawasi kendaraan roda empat pada jarak pandang 65 meter atau 12,5 meter untuk kendaraan roda dua. Kebijakan yang ditetapkan oleh PD Parkir Kota Denpasar adalah apabila dalam pelaksanaan tugas oleh seorang juru parkir sudah melebihi angka-angka tersebut, maka satuan ruang tersebut dibagi dengan juru parkir yang lain agar efektifitas pelayanan dapat dipertahankan.


(34)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 33 Untuk meningkatkan profesionalitas para juru parkir, PD Parkir Kota Denpasar bekerjasama dengan pihak kepolisian untuk mengadakan pelatihan atau

workshop terkait upaya pengamanan di tempat parkir. Beberapa pelatihan yang pernah diberikan diantaranya adalah deteksi dini mengenai ciri-ciri atau gelagat orang-orang yang mencurigakan, upaya pengawasan di tempat parkir, serta berbagai tindakan preventif, antisipatif, serta represif terhadap tindakan kejahatan di jalan.

Dengan sistem pengaturan dan kebijakan-kebijakan seperti demikian yang diterapkan oleh PD Parkir Kota Denpasar saat ini, keamanan kendaraan bermotor di tempat parkir lebih terjamin. Hal ini terbukti dari menurunnya jumlah kasus kendaraan bermotor yang dilaporkan hilang di lokasi parkir oleh masyarakat Kota Denpasar sepanjang tahun 2004 hingga 2011. Penurunan ini digambarkan oleh grafik berikut.

Gambar 3.2

Perkembangan Jumlah Kasus Kehilangan Kendaraan Bermotor

Sumber: PD Parkir Kota Denpasar, 2012

3) Asuransi/Jaminan ganti rugi kehilangan kendaraan bermotor

Pada pasal 11 Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 11 Tahun 2005 tentang Sistem Penyelenggaraan Perparkiran, disebutkan bahwa dalam rangka memberikan jaminan keamanan, maka dalam hal wajib parkir kehilangan kendaraan bermotor pada waktu parkir di tempat-tempat parkir yang ditentukan, Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar memberikan santunan sebagai ganti rugi atas kehilangan kendaraan bermotor tersebut. Sampai tahun 2006, PD Parkir bekerjasama dengan Jasa Raharja Putra untuk memberikan layanan asuransi atas


(35)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 34 kehilangan kendaraan bermotor di tempat parkir, namun sejak tahun 2007 untuk ganti rugi kehilangan kendaraan bermotor kerjasama dialihkan kepada Koperasi Jaya Langgeng Rahayu PD Parkir.

Peraturan Walikota Denpasar Nomor 30 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 11 Tahun 2005 mengatur mengenai persyaratan klaim ganti rugi atas kehilangan kendaraan bermotor di tempat parkir adalah sebagai berikut:

1) berita acara kejadian dari Perusahaan Daerah Parkir 2) surat keterangan hilang dari kepolisian setempat 3) surat blokir kendaraan bermotor dari Ditlantas Polda 4) BPKB dan STNK asli

5) bukti karcis parkir yang asli 6) fotokopi KTP pemohon

Pada pasal 6 ayat (3) peraturan tersebut disebutkan bahwa klaim ganti rugi atas kehilangan kendaraan bermotor tersebut dibayar dalam waktu selambat-lambatnya tujuh hari kerja sejak berkas pengajuan klaim diterima secara lengkap dan benar oleh Perusahaan Daerah Parkir. Permohonan ganti rugi kehilangan kendaraan bermotor tidak akan diproses apabila pelaporan lebih dari 3 x 24 jam hari kerja setelah hari kejadian (diatur dalam pasal 7).

Pasal 7 peraturan tersebut mengatur besaran klaim ganti rugi atas kehilangan kendaraan bermotor adalah berdasarkan harga pasar yang berlaku dari kendaraan yang hilang. Harga pasar sebagaimana yang dimaksud diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direksi Perusahaan Daerah Parkir. Besaran klaim ganti rugi maksimum atas kehilangan kendaraan bermotor adalah sebagai berikut. 1) Kendaraan roda empat (mobil) sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta

rupiah)

2) Kendaraan roda dua (sepeda motor) sebesar Rp. 6.000.000,00 (enam juta rupiah).

Lebih lanjut menurut Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 11 Tahun 2005, apabila kendaraan hilang dan ditemukan kembali, maka pemilik kendaraan wajib mengembalikan ganti rugi yang telah diterima sebesar 50% (lima puluh persen) kepada Perusahaan Daerah Parkir.


(36)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 35

Tabel 3.2

Data Pembayaran Klaim Ganti Rugi PD. Parkir Kota Denpasar Tahun 2004-2011

No. Tahun

Jumlah Kendaraan (Unit)

Jumlah Ganti Rugi (Rupiah) Sepeda Motor Mobil

1 2004 2 0 10.000.000

2 2005 11 0 52.000.000

3 2006 12 0 54.500.000

4 2007 13 0 42.000.000

5 2008 7 0 28.000.000

6 2009 4 0 16.500.000

7 2010 2 0 4.500.000

8 2011 0 0 0

Total 51 0 207.500.000

Sumber: PD. Parkir Kota Denpasar, 2012

Tabel 3.2 menunjukkan data pembayaran klaim ganti rugi PD Parkir Kota Denpasar dari tahun 2004 hingga 2011. Sejak beroperasi dari tahun 2004 hingga tahun 2011, sudah sebanyak 51 kasus kehilangan kendaraan bermotor yang ditangani dan dilakukan pembayaran klaim oleh PD Parkir Kota Denpasar. Seluruh kasus tersebut adalah klaim kehilangan dari masyarakat untuk sepeda motor dengan jumlah ganti rugi total mencapai Rp.207.500.000,00.

Mayoritas kasus kehilangan kendaraan bermotor yang dilaporkan ke PD Parkir Kota Denpasar untuk memperoleh pembayaran klaim ganti rugi adalah kendaraan bermotor yang parkir di daerah pelataran. Beberapa wilayah yang dilaporkan sebagai tempat kejadian kehilangan kendaraan bermotor di Kota Denpasar meliputi Pasar Sanglah, Pasar Ketapian, Pasar Badung, Pasar Kumbasari, Mall Ramayana, Pasar Kreneng, RSUP Sanglah, RSUP Wangaya, RS

Puri Raharja, GOR Ngurah Rai, Matahari Duta Plaza, Tiara Grosir, Hardy’s

Sesetan, Tiara Dewata, Alfa/Carrefour Imam Bonjol, lapangan Renon, lapangan Lumintang, dan lapangan Kapten Japa. Untuk areal parkir di pinggir jalan umum, beberapa ruas jalan yang dilaporkan sering terjadi kasus kehilangan kendaraan bermotor adalah Jalan Sulawesi, Jalan Gajah Mada, Jalan Surapati, dan Jalan Kepundung.


(37)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 36

4) Undian karcis parkir berhadiah

Sejak awal pengelolaan dan penyelenggaraan parkir di Kota Denpasar oleh PD Parkir Kota Denpasar, selain sebagai bukti pembayaran retribusi, karcis retribusi yang dibagikan kepada konsumen juga dapat digunakan dalam pengundian berhadiah. Selain sebagai salah satu bentuk customer service responsibility (CSR) oleh PD Parkir Kota Denpasar, tujuan utama adanya layanan ini pada awalnya adalah untuk mencegah kecurangan yang dilakukan oleh oknum juru parkir yang tidak menyerahkan karcis parkir kepada konsumen, sehingga berdampak pada tidak optimalnya penerimaan retribusi parkir Kota Denpasar. Namun dalam perkembangannya, pengundian karcis parkir yang dilaksanakan oleh PD Parkir Kota Denpasar mampu meningkatkan antusiasme masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pengawasan pelaksanaan pemungutan parkir, selain dengan harapan memperoleh hadiah undian.

Hadiah undian yang disediakan cukup menarik minat masyarakat karena hadiah yang disediakan cukup besar dengan jenis yang beragam. Hadiah utama berupa mobil, hadiah pertama berupa sepeda motor, dan hadiah hiburan berupa televisi, lemari es/kulkas, DVD, HP, dan sepeda. Biaya yang dikeluarkan oleh PD Parkir Kota Denpasar untuk undian berhadiah ini pun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Gambar 3.3

Biaya Hadiah Undian Tahun 2005-2011


(38)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 37 Penarikan pengundian karcis berhadiah pertama kali dilaksanakan oleh PD Parkir Kota Denpasar pada tanggal 30 Desember 2004. Pada tahun-tahun berikutnya waktu pelaksanaannya dibagi menjadi beberapa kali periode penarikan undian, namun sejak tahun 2008 pengundiannya ditetapkan untuk dilaksanakan sekali setahun, yaitu setiap tanggal 16 Agustus dan diselenggarakan di Lapangan Puputan Badung. Acara pengundian ini dihadiri oleh Walikota Denpasar, Ketua DPRD Kota Denpasar, serta disaksikan oleh Biro Kesra Provinsi Bali, Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Bali, Kepolisian Poltabes Denpasar, dan Korwas PNNS Dit. Reskrim Polda Bali.

Mekanisme pengundian karcis parkir ini tidak banyak mengalami perubahan sejak awal penyelenggaraannya. Pada awalnya dipergunakan potongan karcis yang disimpan oleh konsumen dengan nomor seri sebagai identitas atau bukti, kemudian karena dianggap kurang efektif maka diubah dengan sistem short message service (SMS). Namun dalam perkembangannya, sistem ini juga tidak efektif karena sebagian besar konsumen tidak menyimpan nomor yang telah dikirimkan via SMS, maka untuk saat ini sistem potongan karcis yang langsung berisi identitas dan nomor telephone konsumen dianggap paling efektif dan mudah untuk diterapkan.

Berikut adalah ketentuan umum cara pengundian karcis berhadiah yang dilaksanakan oleh PD Parkir Kota Denpasar.

1) Peserta yang berhak ikut undian karcis parkir berhadiah adalah mereka yang telah membayar bea parkir kendaraan bermotornya kepada petugas juru parkir di setiap tempat parkir dalam wilayah Kota Denpasar dan telah mendapatkan bukti karcis tanda parkir dari petugas juru parkir.

2) Bukti karcis tanda parkir tersebut telah diisi identitas pengguna jasa parkir. Identitas yang diisi adalah nama, alamat lengkap, nomor telepon/handphone, nomor KTP/identitas diri lain yang masih berlaku.

3) Pengguna jasa parkir kemudian mengirimkan karcis-karcis tersebut ke alamat yang telah ditentukan atau memasukkan karcis tersebut ke dalam loket-loket yang telah disediakan oleh PD Parkir Kota Denpasar yaitu berupa kotak transparan.


(39)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 38 4) Potongan karcis parkir yang dapat ikut diundi ialah yang memenuhi

syarat-syarat dan yang telah diterima oleh penyelenggara selambat-lambatnya sebelum penyegelan pada penarikan undian.

5) Penyegelan potongan karcis parkir dan kelengkapan undian gratis berhadiah serta pemeriksaan fisik hadiah dilakukan sebelum penarikan undian oleh Pejabat Dinas Sosial Provinsi Bali yang ditunjuk sesuai dengan tugas dan fungsinya.

6) Penarikan undian berhadiah ini dilaksanakan di Denpasar, bersifat terbuka, dilakukan di hadapan Notaris dengan disaksikan oleh Pejabat Dinas Sosial Provinsi Bali yang ditunjuk sesuai dengan tugas dan fungsinya serta Kepolisian setempat.

7) Pada waktu acara pengundian, karcis-karcis parkir yang berada di dalam kotak ini kemudian diaduk-aduk dan diambil satu per satu bergantian oleh peserta undangan yang hadir dengan cara mata ditutup dengan kain yang tidak tembus pandang.

8) Pemenang diumumkan secara langsung pada saat pengundian dan disebarluaskan melalui media massa.

3.1.2 Pengelolaan Keuangan PD. Parkir Kota Denpasar

Dengan menilai pengelolaan keuangan oleh PD Parkir Kota Denpasar, akan diperoleh gambaran mengenai kinerja PD Parkir Kota Denpasar dalam mengelola dan menyelenggarakan perparkiran di Kota Denpasar. Berikut adalah perkembangan kondisi keuangan PD Parkir Kota Denpasar sejak awal beroperasi.

1) Neraca

Secara garis besar, komponen neraca terdiri atas aktiva dan pasiva. Aktiva dibagi menjadi dua yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Perkembangan aktiva PD Parkir ditunjukkan pada Tabel 3.3 dan Gambar 3.4. Dari Tabel 3.3 terlihat aktiva tetap PD Parkir Kota Denpasar menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, terutama pada tahun 2010 yaitu terjadi peningkatan sebesar Rp.4.866.814.008,00 atau mencapai 812,27 persen dari sebelumnya. Di lain sisi, aktiva lancar mengalami penurunan sebesar 62,52 persen yang disebabkan oleh


(40)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003 39 menurunnya jumlah kas di Bank Pembangunan Daerah Bali. Penggunaan kas yang sangat besar ini adalah untuk keperluan pembangunan gedung kantor baru di Jalan Raya Puputan Renon, sehingga terjadi penambahan yang sangat signifikan untuk aktiva tetap yaitu berupa aset untuk bangunan maupun inventaris kantor.

Tabel 3.3 dan Gambar 3.4

Perkembangan Aktiva PD Parkir Kota Denpasar Tahun 2005-2011

Komponen pasiva terdiri atas kewajiban dan ekuitas. Untuk kewajiban lancar terdiri atas hutang usaha, hutang lainnya, hutang jaminan ganti rugi kehilangan kendaraan, beban yang masih harus dibayar, dan hutang pajak. Untuk kewajiban jangka panjang terdiri atas hutang bank dan kewajiban imbalan kerja. Sejak tahun 2009, PD Parkir Kota Denpasar mengambil pinjaman untuk keperluan pembangunan gedung baru, sehingga muncul kewajiban jangka panjang.

Tabel 3.4

Perkembangan Pasiva PD Parkir Kota Denpasar Tahun 2005-2011

Tahun

Kewajiban Ekuitas

Kewajiban Lancar (Rupiah)

Kewajiban Jangka Panjang (Rupiah)

Modal Sumbangan Pemerintah (Rupiah)

Saldo Laba (Rupiah)

2005 2.387.690.967,03 0,00 137.421.000,00 873.327.443,23 2006 1.395.977.055,14 0,00 137.421.000,00 1.270.027.782,35 2007 1.841.892.651,87 0,00 137.421.000,00 1.749.938.135,06 2008 1.464.742.596,18 0,00 137.421.000,00 2.031.407.456,81 2009 1.584.422.100,00 2.142.483.280,00 137.421.000,00 2.457.380.174,00 2010 1.000.812.683,00 3.721.341.416,00 137.421.000,00 2.551.820.395,00 2011 959.377.992,00 2.766.756.248,00 137.421.000,00 2.626.884.857,00

Sumber: PD Parkir Kota Denpasar, 2012

Tahun

Aktiva Lancar (Rupiah)

Aktiva Tetap (Rupiah)

2005 3.210.081.423,80 188.356.986,47 2006 2.067.060.212,48 676.365.625,00 2007 3.201.253.153,48 527.998.633,44 2008 3.158.998.296,82 474.572.756,17 2009 6.293.762.888,00 601.620.666,00 2010 2.358.610.821,00 5.488.434.674,00 2011 1.951.965.228,00 4.974.124.869,00 Sumber: PD Parkir Kota Denpasar, 2012


(1)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003

94

Responden

Jenis

Kelamin Umur

Status Kawin

Daerah Asal

Status dalam Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir 30 Perempuan 18

Belum Kawin

Kabupaten

Lain di Bali Anak SLTA 31 Laki-laki 54 Kawin Denpasar

Kepala

Keluarga SLTP 32 Perempuan 33 Kawin

Kabupaten

Lain di Bali Istri/Suami SLTA 33 Perempuan 24 Kawin Denpasar Istri/Suami SLTP 34 Laki-laki 19

Belum Kawin

Kabupaten

Lain di Bali Anak SLTA

35 Perempuan 32 Kawin Denpasar Istri/Suami

Tidak Pernah Sekolah 36 Perempuan 42 Kawin

Kabupaten

Lain di Bali Istri/Suami SLTA 37 Perempuan 35 Kawin Denpasar Istri/Suami SLTA 38 Perempuan 48 Kawin Denpasar Istri/Suami SD 39 Perempuan 45 Kawin Denpasar Istri/Suami SD 40 Perempuan 59 Kawin Denpasar Istri/Suami SD 41 Perempuan 29

Belum Kawin

Kabupaten Lain di Bali

Kepala

Keluarga SLTA 42 Perempuan 38 Kawin Denpasar Istri/Suami SLTA 43 Laki-laki 35 Kawin Denpasar

Kepala

Keluarga SLTA

44 Perempuan 43 Kawin Denpasar

Kepala Keluarga

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3) 45 Perempuan 25 Kawin Luar Bali Istri/Suami SLTA

46 Perempuan 49 Kawin Denpasar Istri/Suami

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3)

47 Perempuan 28 Kawin .

Kepala Keluarga

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3) 48 Perempuan 40 Kawin Denpasar Istri/Suami SLTA

49 Perempuan 47 Kawin Denpasar Istri/Suami

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3) 50 Perempuan 55 Kawin Denpasar Istri/Suami SLTA

51 Perempuan 32 Kawin Denpasar Istri/Suami

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3)

52 Perempuan 41 Kawin Denpasar Istri/Suami

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3)

53 Perempuan 42 Kawin Denpasar Istri/Suami

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3)

54 Laki-laki 48 Kawin Denpasar

Kepala Keluarga

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3)


(2)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003

95

Responden

Jenis

Kelamin Umur

Status Kawin

Daerah Asal

Status dalam Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir

55 Perempuan 40 Kawin Denpasar Istri/Suami

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3)

56 Perempuan 49 Kawin Denpasar Istri/Suami

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3) 57 Perempuan 73 Kawin Denpasar Istri/Suami SD

58 Perempuan 42 Kawin Denpasar Istri/Suami

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3)

59 Laki-laki 39 Kawin Denpasar

Kepala Keluarga

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3) 60 Perempuan 21 Kawin Denpasar Istri/Suami SLTA 61 Perempuan 43 Kawin Denpasar Istri/Suami SLTA 62 Perempuan 36 Kawin Denpasar Istri/Suami SLTA 63 Perempuan 42 Kawin Denpasar Istri/Suami SLTP 64 Laki-laki 39 Kawin Denpasar

Kepala

Keluarga SLTA 65 Perempuan 23

Belum

Kawin Denpasar Anak

Akademi/DI I/DIII

66 Perempuan 32 Kawin Denpasar Istri/Suami

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3) 67 Perempuan 25

Belum

Kawin Denpasar Anak

Akademi/DI I/DIII 68 Laki-laki 36 Kawin Denpasar

Kepala

Keluarga SLTA 69 Perempuan 40 Kawin Denpasar Istri/Suami SLTA 70 Perempuan 36 Kawin Denpasar Istri/Suami SLTA 71 Perempuan 43 Kawin Denpasar Istri/Suami SLTP

72 Perempuan 22

Belum

Kawin Denpasar Anak

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3) 73 Perempuan 21

Belum

Kawin Denpasar Anak SLTA

74 Perempuan 56 Kawin Denpasar Istri/Suami SLTP 75 Laki-laki 18

Belum

Kawin Denpasar Anak SLTA

76 Perempuan 27 Kawin Denpasar Istri/Suami

Akademi/DI I/DIII

77 Perempuan 21

Belum

Kawin Denpasar Anak

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3) 78 Perempuan 48 Kawin

Kabupaten

Lain di Bali Istri/Suami SLTA 79 Perempuan 38 Kawin Denpasar Istri/Suami SLTA 80 Perempuan 12

Belum Kawin

Kabupaten


(3)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003

96

Responden

Jenis

Kelamin Umur

Status Kawin Daerah Asal Status dalam Rumah Tangga Pendidikan Terakhir 81 Perempuan 38 Kawin Denpasar Istri/Suami SLTA

82 Laki-laki 39 Kawin Denpasar

Kepala Keluarga

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3) 83 Perempuan 28

Belum

Kawin Denpasar Istri/Suami SLTA 84 Perempuan 42 Kawin Denpasar Istri/Suami SLTP

85 Perempuan 31 Kawin Denpasar Istri/Suami

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3) 86 Laki-laki 27 Kawin

Kabupaten Lain di Bali

Kepala

Keluarga SLTA 87 Perempuan 33 Kawin Denpasar Istri/Suami SLTP

88 Perempuan 42

Belum

Kawin Denpasar Istri/Suami

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3)

89 Perempuan 25

Belum Kawin

Kabupaten

Lain di Bali Anak

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3)

90 Perempuan 28

Belum Kawin

Kabupaten

Lain di Bali Anak

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3) 91 Perempuan 56 Janda/Duda

Kabupaten Lain di Bali

Kepala

Keluarga SLTA

92 Laki-laki 34 Kawin

Kabupaten Lain di Bali

Kepala Keluarga

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3)

93 Perempuan 34 Kawin Denpasar Istri/Suami

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3)

94 Laki-laki 30

Belum

Kawin Denpasar

Kepala Keluarga

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3)

95 Perempuan 32 Kawin Denpasar Istri/Suami

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3) 96 Laki-laki 32 Kawin Denpasar

Kepala Keluarga

Akademi/DI I/DIII 97 Perempuan 64 Janda/Duda

Kabupaten Lain di Bali

Kepala

Keluarga SD

98 Laki-laki 27

Belum Kawin

Kabupaten Lain di Bali

Kepala Keluarga

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3)

99 Perempuan 30

Belum

Kawin Denpasar Anak

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3)

100 Perempuan 31

Belum

Kawin Denpasar Anak

Perguruan Tinggi (S1, S2, S3)


(4)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003

97

Lampiran 9

Tabulasi Kuesioner II : Jawaban Responden

Responden

Jawaban Atas Pertanyaan*

1

2

3

4

5

1

2

1

1

2

2

2

2

1

1

2

2

3

2

1

1

2

2

4

2

1

1

2

2

5

2

1

1

2

2

6

2

1

1

2

2

7

1

1

1

2

2

8

2

1

1

2

2

9

2

1

1

2

2

10

2

1

1

2

2

11

2

1

1

2

2

12

2

1

1

2

2

13

2

1

1

2

2

14

2

1

1

2

2

15

2

1

1

2

2

16

2

1

1

2

2

17

1

2

1

2

2

18

2

2

1

2

2

19

2

2

1

2

2

20

2

2

1

2

2

21

2

2

1

2

2

22

2

2

1

2

2

23

2

2

1

2

2

24

2

2

1

2

2

25

2

2

1

2

2

26

2

1

1

2

2

27

2

1

1

2

2

28

2

1

1

2

2

29

2

1

1

2

2

30

2

1

1

2

2

31

2

1

1

2

2

32

2

1

1

2

2

33

2

1

1

2

2

34

2

1

1

2

2


(5)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003

98

Responden

Jawaban Atas Pertanyaan*

1

2

3

4

5

36

2

1

1

2

2

37

2

1

1

2

2

38

2

1

1

2

2

39

2

1

1

2

2

40

1

1

1

2

2

41

2

2

1

2

2

42

2

1

1

2

2

43

2

1

1

2

2

44

2

1

1

2

2

45

2

1

1

2

2

46

2

1

1

2

2

47

2

1

1

2

2

48

2

1

1

2

2

49

2

1

1

2

2

50

2

1

1

2

2

51

2

2

1

2

2

52

2

1

1

2

2

53

2

1

1

2

2

54

2

1

1

2

2

55

2

1

1

2

2

56

2

1

1

2

2

57

2

1

1

2

2

58

2

1

1

2

2

59

2

1

1

2

2

60

2

1

1

2

2

61

2

1

1

2

2

62

2

1

1

2

2

63

2

1

1

2

2

64

2

1

1

2

2

65

2

1

1

2

2

66

2

1

1

2

2

67

2

1

1

2

2

68

2

1

1

2

2

69

2

1

1

2

2

70

2

1

1

2

2

71

2

1

1

2

2

72

2

1

1

2

2


(6)

Laporan Kajian Akademis Potensi Perparkiran di Kota Denpasar Berdasarkan Perda No.5 Tahun 2003

99

Responden

Jawaban Atas Pertanyaan*

1

2

3

4

5

74

2

1

1

2

2

75

2

1

1

2

2

76

2

1

1

2

2

77

2

1

1

2

2

78

2

1

1

2

2

79

2

1

1

2

2

80

2

1

1

2

2

81

2

1

1

2

2

82

2

1

1

2

2

83

2

1

1

2

2

84

2

2

1

2

2

85

2

2

1

2

2

86

2

1

1

2

2

87

2

1

1

2

2

88

2

1

1

2

2

89

2

1

2

2

2

90

2

1

2

2

2

91

2

1

2

2

2

92

2

1

3

2

2

93

2

1

3

2

2

94

2

1

3

2

2

95

2

1

3

2

2

96

2

1

3

2

2

97

2

1

3

2

2

98

2

1

2

2

2

99

2

1

2

2

2

100

2

1

2

2

2

Keterangan:

* pilihan jawaban responden

1 = jawaban a

2 = jawaban b

3 = jawaban c