33
informasi tersebut dengan sumber daya yang dimiliki guna menyediakan produk yang sesuai dengan apa yang diinginkan pasar.
Davis et al, 2010 mengungkapkan bahwa kapabilitas terdiri dari 1 Intentionalitas, yang berarti kemampuan manajer dalam menggunakan sumber
daya baik berwujud maupun tidak berwujud untuk mencapai tujuan perusahaan. 2 Reliabilitas, yang berarti kemampuan manajer dalam mengelola operasional
perusahaan yang diperlukan untuk menghasilkan produk berkualitas sesuai keinginan pasar.
Kapabilitis organisasi selain membantu manajer membuat keputusan yang tepat, juga memfasilitasi pembentukan, pengintegrasian jaringan kerjasama baik
internal maupun eksternal. Kapabilitas memungkinkan perusahaan secara efektif memecahkan masalah-masalah utamanya Davis et al, 2010
Penelitian ini menggunakan variabel budaya organisasi yang digali dari kearifan lokal Bali Catur Purusa Artha yang merupakan sumber daya tidak
berwujud intangible asset yang dapat mendorong meningkatkan kinerja keuangan IKM di Bali. Budaya Organisasi yang dimaksud dalam penelitian ini
juga menjadi prediktor keputusan pendanaan bagi IKM di Bali.
2.6 Budaya Organisasi
2.6.1. Konsep Budaya Organisasi
Budaya Organisasi merupakan pola perilaku atau gaya yang mendorong anggota baru untuk mengikutinya Kotter and Heskett, 1997. Budaya Organisasi
memiliki peran penting bagi anggota organisasi karena menyangkut tentang
34
simbol, ritual, mitos, cerita dan legenda tentang interpretasi kejadian, ide dan pengalaman yang dipengaruhi dan dibentuk oleh kelompok orang-orang di mana
mereka saling berinteraksi Frost, 1985. Hofstede 1991 mendefinisikan budaya sebagai suatu pola pemikiran,
perasaan, dan tindakan dari satu kelompok sosial, yang membedakan dengan kelompok sosial yang lain. Siagian 2002 : 201 memberikan definisi budaya
organisasi mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota –
anggota organisasi yang membedakan perusahaan tersebut dengan perusahaan lain. Dikemukakan pula bahwa budaya organisasi merupakan salah satu variabel
penting bagi seorang pemimpin karena budaya organisasi mencerminkan nilai- nilai yang diakui dan menjadi pedoman bagi pelaku anggota organisasi.
Robbins 1996 mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu persepsi
bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi dan menjadi suatu sistem dari makna bersama. Schein 2004 mengartikan budaya organisasi sebagai
filosofi dasar yang memberikan arahan bagi karyawan dan konsumen. Berdasarkan berbagai definisi tersebut, hal penting yang perlu ada dalam definisi
budaya organisasi adalah suatu sistem nilai yang dirasakan maknanya oleh seluruh anggota dalam perusahaan, yang digunakan sebagai pegangan dalam menjalankan
kewajiban dan perilakunya di dalam organisasi.
35
2.6.2 Model Budaya Organisasi
1 Model Budaya Organisasi Schein
Schein 2004 membedakan elemen-elemen budaya organisasi dengan memperlakukan asumsi dasar sebagai esensi atau budaya inti, sedangkan nilai
serta perilaku sebagai perwujudan yang diamati dari esensi budaya. Dikatakan bahwa, asumsi dasar dan nilai serta perilaku merupakan tingkatan budaya yang
seharusnya dibedakan secara hati-hati untuk menghindari kebingungan konseptual. Schein membagi budaya organisasi ke dalam tiga tingkatan
bangunan, yaitu sebagai berikut. Tingkat pertama adalah artifak artifact di mana budaya bersifat kasat mata tetapi sering kali tidak dapat diartikan. Tingkat
kedua adalah nilai value yang memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi daripada artifak. Tingkat ketiga adalah asumsi dasar basic assumption di mana
budaya diterima begitu saja taken for granted, tidak kasat mata dan kadang kala tidak disadari. Ketiga tingkatan budaya tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut.
a
Tingkat artifak artifact merupakan elemen dasar organisasi yang tampak di permukaan sehingga paling mudah untuk dikenali karena dapat dilihat,
didengar, dan dirasakan. Artifak biasanya mengambil bentuk berupa cerita- cerita, mitos, jokes, metafora, upacara-upacara rites dan tata cara
rituals, perayaan, pahlawan dan simbol-simbol symbols. Artifak juga mencerminkan organisasi dalam hal rancangan lingkungan fisik, bahasa
yang digunakan, dan gaya dalam berbusana.