Keputusan Pendanaan PENGARUH VARIABEL NON KEUANGAN TERHADAP KEPUTUSAN PENDANAAN DAN KINERJA KEUANGAN (Studi pada Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali).

30 taking biasanya dikaitkan dengan kewirausahaan karena konsep kewirausahaan termasuk asumsi pribadi mengambil risiko Lumpkin and Dess, 2001. Pada tingkat perusahaan, pengambilan risiko mengacu pada kecenderungan untuk mendukung proyek-proyek dengan ketidakpastian tingkat pengembalian yang diharapkan Walter et al, 2006. Menurut Lumpkin and Dess 2001, organisasi atau perusahaan menghadapi tiga jenis risiko, yaitu risiko bisnis, risiko keuangan, dan risiko pribadi personal risk. Risiko bisnis mengacu pada risiko memasuki pasar belum teruji, atau berkomitmen untuk teknologi yang belum terbukti Baird and Lucey, 2013 ; Dess and Lumpkin, 2005. Risiko keuangan yang berkaitan dengan peningkatan sumber dana untuk peningkatan pertumbuhan perusahaan Baird and Lucey 2013 ; Dess and Lumpkin, 2005. Perusahaan dengan Orientasi Kewirausahaan yang tinggi akan terlibat dalam aktivitas bisnis yang berisiko, seperti penggunaan hutang yang tinggi dalam upaya untuk memperoleh keuntungan tinggi dengan memanfaatkan peluang di pasar Lumpkin and Dess, 2001. Risiko pribadi berhubungan dengan tingkat keberanian seseorang. Manajer atau pemilik perusahaan diharuskan mengambil kebijakan terkait aktivitas operasional perusahaan, seperti memanfaatkan peluang, penggunaan hutang, dimana setiap keputusan yang diambil akan memiliki dampak tertentu. Risiko dalam hal ini berasal dari pengaruh eksekutif dalam menentukan arah perusahaan, yang memiliki kemungkinan terjadi kegagalan sehingga hal ini menjadi konsekuensi pribadi yang harus ditanggung Dess and Lumpkin, 2005. 31 Semua aktivitas usaha menghadapi tingkat risiko tertentu Lumpkin and Dess, 2001. Risk taking tidak berarti berspekulasi terhadap risiko tetapi mengelola dan memperhitungkan kemungkinan terjadinya suatu risiko Dess and Lumpkin, 2005. Risiko dalam hal ini tidak mengacu ekstrim pada usaha berisiko yang tidak terkendali Kuratko et al, 2001. Risiko merupakan konsekuensi dari kesempatan yang berbeda diuji dan skenario yang berbeda dibuat dalam rangka mengurangi tingkat risiko Dess and Lumpkin, 2005. Proaktif Proaktif mengacu pada mengambil inisiatif, mengantisipasi dan melaksanakan peluang baru, dan menciptakan pasar baru atau berpartisipasi aktif, juga berhubungan dengan kewirausahaan Entrialgo et al. 2000 dan Walter et al. 2006. Menurut Lumpkin and Dess 2001, sebuah perusahaan yang proaktif akan dapat mengidentifikasi masalah yang mungkin muncul dan mencari alternatif solusinya Dess and Lumpkin, 2005. Proactiveness dapat menjadi kunci untuk keunggulan kompetitif, karena organisasi atau perusahaan secara aktif dan terus menerus mencari dan memanfaatkan setiap peluang. Venkatraman 2001 proactiveness mengacu pada proses yang bertujuan untuk meramalkan dan bertindak atas kebutuhan masa depan dengan mencari peluang baru yang mungkin berhubungan dengan menyajikan operasi yang berbeda dari perusahaan tersebut. Proactiveness dapat mengacu pada pengenalan produk yang benar-benar baru dan melakukan perubahan atau perbaikan pada 32 aktivitas operasional disesuaikan dengan perubahan trend masyarakat dan perkembangan teknologi. Orientasi Kewirausahaan dalam penelitian ini adalah perilaku wirausahawan dalam memanfaatkan peluang-peluang bisnis dan berani melakukan usaha-usaha yang berisiko serta melakukan perubahan dan perbaikan produk dan aktivitas usaha pada IKM Unggulan di Bali.

2.5 Resource Based View RBV Theory

Teori RBV mempertimbangkan kemampuan internal perusahaan sebagai faktor penting dalam mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan agar perusahaan mampu meraih keunggulan bersaing competitive advantage. Schienstock 2009 mengemukakan bahwa konsekuensi dari kemampuan manajemen mengelola sumber daya perusahaan secara terintegrasi dapat meningkatkan posisi competitive advantage yang dimiliki perusahaan. Barney 1991 menyatakan bahwa kapabilitas manjerial akan meningkat seiring dengan peningkatan competitive advantage perusahaan sehingga akhirnya mampu meningkatkan kinerja organisasi. Tipe kapabilitas dibedakan menjadi 1 Dynamic Capability, adalah kemampuan mencari dan menggunakan sumber daya perusahaan, kecepatan merespon peluang-peluang baru dan mampu menciptakan sesuatu yang baru serta beradaptasi dengan lingkungan eksternal. 2 Absorptive Capability, merupakan kemampuan terkait dengan proses mengolah informasi yang berasal dari lingkungan eksternal kemudian dipadukan dengan kemampuan mengintegrasikan 33 informasi tersebut dengan sumber daya yang dimiliki guna menyediakan produk yang sesuai dengan apa yang diinginkan pasar. Davis et al, 2010 mengungkapkan bahwa kapabilitas terdiri dari 1 Intentionalitas, yang berarti kemampuan manajer dalam menggunakan sumber daya baik berwujud maupun tidak berwujud untuk mencapai tujuan perusahaan. 2 Reliabilitas, yang berarti kemampuan manajer dalam mengelola operasional perusahaan yang diperlukan untuk menghasilkan produk berkualitas sesuai keinginan pasar. Kapabilitis organisasi selain membantu manajer membuat keputusan yang tepat, juga memfasilitasi pembentukan, pengintegrasian jaringan kerjasama baik internal maupun eksternal. Kapabilitas memungkinkan perusahaan secara efektif memecahkan masalah-masalah utamanya Davis et al, 2010 Penelitian ini menggunakan variabel budaya organisasi yang digali dari kearifan lokal Bali Catur Purusa Artha yang merupakan sumber daya tidak berwujud intangible asset yang dapat mendorong meningkatkan kinerja keuangan IKM di Bali. Budaya Organisasi yang dimaksud dalam penelitian ini juga menjadi prediktor keputusan pendanaan bagi IKM di Bali.

2.6 Budaya Organisasi

2.6.1. Konsep Budaya Organisasi

Budaya Organisasi merupakan pola perilaku atau gaya yang mendorong anggota baru untuk mengikutinya Kotter and Heskett, 1997. Budaya Organisasi memiliki peran penting bagi anggota organisasi karena menyangkut tentang

Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN KINERJA Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan ( Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

0 8 15

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi

0 6 16

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi

2 13 20

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, KEBIJAKAN DEVIDEN DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen Dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan (Study Pada Perusahaan Manufaktur

2 8 18

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN,KEBIJAKAN DIVIDEN DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen Dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan (Study Pada Perusahaan Manufaktur Y

0 3 16

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN KINERJA KEUANGAN Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan.

0 1 13

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN KINERJA KEUANGAN Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan.

0 2 16

PENGARUH VARIABEL NON KEUANGAN TERHADAP KEPUTUSAN PENDANAAN DAN KINERJA KEUANGAN (Studi pada Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali).

1 2 66

PENGARUH KEPUTUSAN PENDANAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA SEKTOR PARIWISATA, RESTORAN DAN HOTEL

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - Pengaruh Keputusan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Di Indonesia

0 0 100