Dimensi Orientasi Kewirausahaan Orientasi Kewirausahaan .1 Konsep Orientasi Kewirausahaan

39 tingkat pengembalian investasi, profitability kemampuan meraih laba, peningkatan pendapatan revenue growth adalah merupakan cara untuk mengukur tingkat keberhasilan strategi perusahaan. Bagi perusahaan, untuk mewujudkan tujuan akhir dari bisnis berupa nilai value perusahaan yang diukur dengan kinerja perusahaan yang berkelanjutan, reputasi usaha yang baik dan pertumbuhan usaha harus didukung oleh tingkat pengembalian laba yang diperoleh perusahaan atas investasi yang telah dilakukan baik dengan menggunakan pendanaan internal maupun pendanaan eksternal Pencapaian target atau peningkatan laba perusahaan dapat dilakukan dengan menambah customer baru dan mempertahankan kesetiaan customer lama agar terus memanfaatkan produk layanan perusahaan. Upaya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan, tentu harus diiringi dengan penyusunan proses internal perusahaan. Proses internal tersebut antara lain mencakup kegiatan inovasi dan upaya penyesuaian terhadap regulasi atau peraturan serta kemampuan menjalin interaksi sosial dengan masyarakat sekitar. Internal process dapat mencapai tujuannya, jika dilaksanakan oleh personil yang memiliki komitmen tinggi dalam bekerja, serta kapabilitas cukup untuk melaksanakan peran yang ditugaskan. Modal sumber daya manusia human capital yang terdiri dari capability dan commitment ini, harus dibarengi dengan penyediaan sarana dan prasarana untuk ketersediaan informasi agar mudah untuk mengambil keputusan information capital serta lingkungan kerja yang baik 40 untuk menghasilkan rangkaian nilai value chain yang diharapkan organization capital. Berbagai tujuan dalam perspektif keuangan, kepuasan pelanggan, proses internal dan perspektif untuk terus belajar serta mengembangkan diri dari personil, akan membentuk rangkaian sebab akibat yang membangun peta strategi umum dalam mencapai tujuan. Target financial Artha dapat dicapai apabila tercapai kepuasan dari pelanggan Kama. Kepuasan dari pelanggan dapat tercapai apabila institusi memiliki aturan - prosedur yang dapat : 1 menjamin dihasilkannya barangjasa yang berkualitas, 2 membangun hubungan kemitraan yang berkelanjutan serta 3 kemampuan untuk membangun citra institusi. Dharma aturan dapat mencapai tujuannya apabila dilaksanakan oleh orang-orang yang memiliki kesadaran untuk melaksanakan kewajibannya, memiliki komitmen yang kuat untuk mengabdi serta kemampuan atau kapabilitas yang cukup untuk melaksanakan peran yang diberikan.

2.6.4 Makna Universal Catur Purusa Artha

Konsep Catur Purusa Artha seperti diungkapkan dalam Sarasamuscaya sloka 261 dan 262, merupakan konsep lokal Bali berupa kebiasaanadat istiadat Sudharta, 2009 : 115. Konsep Catur Purusa Artha dikaitkan dengan teori Resource Based View RBV yang dijelaskan oleh Barney 1991 merupakan bagian dari sumber daya tidak berwujud perusahaan. Sumber daya tidak berwujud ini harus dikelola dengan baik agar mampu mendukung pencapaian kinerja perusahaan. Berkaitan dengan hal tersebut dan mengacu pada PHDI 2011 dalam 41 artikel yang berjudul Catur Purusa Artha sebagai landasan strategi bisnis, maka dapat diuraikan makna universal dari elemen-elemen Catur Purusa Artha sebagai berikut a. Dharma, merupakan proses bisnis internal perusahaan yang diwujudkan dengan aktivitas operasi, manajemen pelanggan, dan regulasi pemerintah b. Artha, merupakan target financial yang dimiliki oleh perusahaan yang diwujudkan dengan berusaha untuk beroperasi yang efisien, meningkatkan volume penjualan dan usaha bisnis. c. Kama, upaya untuk meningkatkan kepuasan pelanggan melalui harga yang bersaing, pelayanan yang cepat, produk yang berkualitas dan kemitraan dengan pelanggan. d. Moksa, merupakan tujuan suatu usaha bisnis yaitu meningkatkan nilai value usaha yang diwujudkan dengan berupaya meningkatkan laba, reputasi dan kapabilitas usaha yang berkelanjutan.

2.6.5 Perbandingan Budaya Organisasi

Konsep Koentjaraningrat dapat diwujudkan, pertama wujud ideal, sifat abstrak, berada dalam alam pikiran masyarakat dimana kebudayaan tersebut tumbuh. Kedua sistem sosial terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan, bergaul satu dengan yang laing, berdasarkan atas wujud ideal tersebut. Ketiga sistem kebendaan yaitu fisik, bersifat kongkrit dan berupa benda-benda. 42 Konsep Budaya Organisasi Schein, terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu : pertama artifacts hal yang dimodifikasi oleh manusia untuk suatu tujuan yang terlihat langsung pada struktur organisasi dan aktivitas atau proses yang dilakukan. Artifact merupakan hal yang paling mudah ditangkap saat kita memasuki sebuah organisasi karena berhubungan dengan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan ketika berada dalam lingkungan organisasi. Kedua espoused beliefs dan value adalah nilai-nilai pendukung yang mencakup strategi, tujuan dan filosofi dasar yang dimiliki oleh organisasi yang dapat dipahami apabila sudah berinteraksi dengan organisasi tersebut selama periode waktu tertentu. Nilai-nilai pendukung pada umumnya dinyatakan secara tertulis dan menjadi acuan dalam aktivitas anggota organisasi. Ketiga underlying basic assumptions merupakan asumsi-asumsi tersirat yang diyakini secara bersama- sama. Konsep Budaya Catur Purusa Artha, yang dibentuk dari Dharma, Artha, Kama, dan Moksa; bila dikaitkan dengan konsep Budaya Organisasi Koentjaraningrat maka : Moksa memiliki makna senada sistem Ide yang merupakan wujud ide, sifat abstrak, berada dalam alam pikiran masyarakat dimana kebudayaan tersebut tumbuh; Dharma dan Kama identik dengan sistem sosial, yang terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan, bergaul satu dengan yang lain, berdasarkan atas wujud ideal tersebut; Artha identik dengan sistem kebendaan berwujud fisik dan bersifat kongkrit. 43 Konsep Budaya Catur Purusa Artha dikaitkan dengan konsep Budaya Organisasi dari Schein, maka : Moksa identik dengan underlying basic assumptions, yaitu merupakan asumsi-asumsi tersirat yang diyakini secara bersama-sama ; Dharma dan Kama identik dengan espoused beliefs dan value yaitu nilai-nilai pendukung yang mencakup strategi, tujuan dan filosofi dasar yang dimiliki oleh organisasi yang dapat dipahami apabila sudah berinteraksi dengan organisasi tersebut selama periode waktu tertentu, pada umumnya dinyatakan secara tertulis dan menjadi acuan dalam aktivitas anggota organisasi. Artha identik dengan Artifact, yaitu hal yang dimodifikasi oleh manusia untuk suatu tujuan yang terlihat langsung pada struktur organisasi dan aktivitas atau proses yang dilakukan. Perbandingan tingkatan dan dimensi Budaya Organisasi yang telah diuraikan secara ringkas disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Perbandingan Tingkatan dan Dimensi Budaya Organisasi Catur Purusa Artha Koentjaraningrat Schein Moksa Sistem Ide Basic Assumptions Dharma dan Kama Sistem Sosial Values Artha Sistem Kebendaan Artifacts Sumber : Schein 2004, Koentjaraningrat 2005, Sudharta 2009 Budaya Organisasi dalam penelitian ini adalah bentuk tingkah laku dari manajemen dan pemilik dari IKM Unggulan di Bali, berkaitan dengan pengambilan keputusan yang dilakukan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan serta identitas budaya. Nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan 44 serta identitas budaya yang dimaksud adalah Budaya Catur Purusa Artha yang diyakini diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari IKM di Bali.

2.7 Industri Kecil Menengah IKM

Industri Kecil Menengah IKM merupakan bagian dari Usaha Kecil dan Menengah. IKM adalah kegiatan ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Besar Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008. IKM dapat dibedakan menjadi Industri dengan kategori kecil dan menengah berdasarkan UU RI N0. 20 Tahun 2008 dan kriteria dari BPS 2013 seperti disajikan pada tabel berikut, Tabel 2.2 Klasifikasi Industri Kecil Menengah IKM Kecil Menengah Kekayaan Bersih tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha juta rupiah 50 – 500 500 – 10.000 Penjualan Tahunan juta rupiah 300 – 2.500 2.500 – 50.000 Tenaga Kerja orang 5 -19 20 - 99 Sumber : UU No.20 Tahun 2008 dan BPS Bali IKM Unggulan adalah IKM yang menghasilkan produk unggulan daerah Bali, yaitu produk yang memiliki orientasi ekspor yang terdiri dari Industri Kayu

Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN KINERJA Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan ( Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

0 8 15

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi

0 6 16

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi

2 13 20

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, KEBIJAKAN DEVIDEN DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen Dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan (Study Pada Perusahaan Manufaktur

2 8 18

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN,KEBIJAKAN DIVIDEN DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen Dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan (Study Pada Perusahaan Manufaktur Y

0 3 16

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN KINERJA KEUANGAN Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan.

0 1 13

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN KINERJA KEUANGAN Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan.

0 2 16

PENGARUH VARIABEL NON KEUANGAN TERHADAP KEPUTUSAN PENDANAAN DAN KINERJA KEUANGAN (Studi pada Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali).

1 2 66

PENGARUH KEPUTUSAN PENDANAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA SEKTOR PARIWISATA, RESTORAN DAN HOTEL

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - Pengaruh Keputusan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Di Indonesia

0 0 100