26
Miller and Friesen 1982 berpendapat bahwa kewirausahaan menjadi berbeda karena memiliki titik berat pada inovasi produk baru. Hal ini ditandai
dengan adanya beberapa organisasi yang memiliki kemauan berinovasi secara berani pada pengambilan risiko yang cukup besar dalam strategi pengembangan
perusahaan dan produknya. Sebuah perusahaan yang berorientasi kewirausahaan adalah perusahaan yang melakukan inovasi pasar-produk, melakukan usaha yang
berisiko, dan melakukan pengembangan usaha secara proaktif. Orientasi Kewirausahaan merupakan alat yang efisien untuk memperoleh
bukti atau tindakan kewirausahaan dan pengambilan keputusan di beberapa organisasi dan konteks geografis Kreiser and Weaver, 2002. Banyak peneliti
berpendapat bahwa perilaku kewirausahaan sangat penting bagi keberhasilan perusahaan terlepas dari ukuran perusahaan tersebut apakah besar atau kecil
Miller and Friesen, 1982 ; Covin and Slevin, 1989; Lumpkin and Dess, 2001. Wiklund 1999 berpendapat bahwa dalam perusahaan kecil Orientasi
Kewirausahaan perusahaan mencerminkan orientasi strategis manajer atau pemilik perusahaan.
Covin and Slevin 1989 mendefinisikan Orientasi Kewirausahaan didasarkan pada aspek dari inovasi, pengambilan risiko dan proaktif. Lumpkin
and Dess 2001, menguraikan Orientasi Kewirausahaan sebagai kecenderungan untuk bertindak secara otonom, berinovasi, mengambil risiko dan bertindak
proaktif ketika dihadapkan pada suatu peluang usaha. Berdasarkan pandangan Miller and Rollnick 1991 dan Covin and Slevin 1989, Orientasi
Kewirausahaan terdiri dari tiga dimensi, yaitu inovatif, proaktif dan berani
27
mengambil risiko risk taking sedangkan Lumpkin and Dess 2001 memandang Orientasi Kewirausahaan terdiri dari lima dimensi, yang selain yang dikemukakan
Miller and Rollnick 1991 adalah otonomi dan agresivitas kompetitif. Lim 2002 mengemukakan bahwa Orientasi Kewirausahaan, perusahaan yang dilihat dari
inovasi, selalu siap mengambil risiko, dan bertindak secara proaktif dapat meningkatkan Kinerja Perusahaan.
Kewirausahaan dan peran pengusaha memiliki peran penting dalam kebijakan perusahaan. Pengusaha telah dianggap pelopor perubahan ekonomi dan
pembangunan sosial dan ekonomi Zahra and Garvis, 2000. Pengusaha diasumsikan sebagai orang-orang yang mampu memanfaatkan peluang bisnis baru
yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Peluang muncul karena asimetris informasi yang terdistribusi dan ketidakpastian yang melekat dalam
pengembangan usaha. Pengusaha akan menanggung risiko dan ketidakpastian yang terlibat dalam alokasi sumber daya untuk memanfaatkan peluang. Unsur
ketidakpastian terkait pengembangan dan prospek suatu usaha menjadi salah satu faktor yang mempersulit pengusaha memperoleh sumber dana Berger and Udell,
2003 dan Sarasvathy, 2003.
2.4.2 Dimensi Orientasi Kewirausahaan
Lumpkin and Dess 2001 menyatakan bahwa inovasi, pengambilan risiko, dan proaktif membentuk kontribusi unik terhadap Orientasi Kewirausahaan suatu
perusahaan. Miller and Freisen 1982 menyatakan bahwa tingkat kewirausahaan suatu perusahaan merupakan keseluruhan dari innovatif, proaktif dan kemampuan
mengelola risiko. Pengukuran terhadap konsep Orientasi Kewirausahaan
28
memberikan kontribusi yang sama terhadap keseluruhan level organisasi pada semua situasi Vitale et al., 2002.
Alasan mendasar Orientasi Kewirausahaan dijelaskan dengan tiga dimensi inovatif, proaktif dan risk taking, pertama mengacu pada beberapa studi seperti :
Covin and Slevin 1988 ; Lumpkin and Dess 2001 ; Vitale et al. 2002 ; Riana 2011 ; Korry 2013 yang menggunakan dimensi inovatif, proaktif dan risk
taking. Kreiser et al, 2002 dalam analisis mereka terhadap dimensi Orientasi Kewirausahaan inovatif, proaktif dan risk taking, menunjukkan bahwa
pengenalan dimensi yang lain tidak menambahkan banyak nilai ke dalam Orientasi Kewirausahaan, yang mendukung pendekatan tiga dimensi. Selain itu,
ketika memeriksa dimensi yang berbeda secara terpisah, tiga dimensi inovatif, proaktif dan risk taking telah terbukti memiliki hubungan kuat terhadap kinerja
perusahaan.
Inovatif
Lumpkin and Dess 2001, Schumpeter 1934 adalah beberapa penelitian yang mengkaji tentang peran inovasi dalam proses kewirausahaan. Schumpeter
1934 menggambarkan kewirausahaan sebagai proses penciptaan kekayaan yang diukur melalui terjadinya perubahan struktur pasar yang ada karena pengenalan
produk atau jasa baru yang menyebabkan penggunaan sumber daya meningkat dari sebelumnya sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan perusahaan
baru. Lumpkin and Dess 2001 berpendapat bahwa proses penciptaan kreativitas dari seorang pengusaha akan menentukan keberhasilan suatu perusahaan.
29
Hubungan antara kewirausahaan dan inovasi didukung oleh penelitian Shane et al., 1991, yang menemukan bahwa inovasi adalah salah satu motif utama untuk
memulai usaha. Lumpkin and Dess 2001 menyatakan bahwa inovasi mencerminkan
kecenderungan perusahaan untuk terlibat dan mendukung ide-ide baru, eksperimentasi, dan proses kreatif dalam menghasilkan produk baru, jasa, atau
proses teknologi. Inovasi mengacu pada kesediaan untuk bergerak maju dari teknologi atau praktek yang ada dan mengeksplorasi di luar perbatasan saat ini
menunjukkan bahwa inovasi perusahaan adalah menciptakan usaha dan memperkenalkan produk baru ke pasar Zahra and Garvis, 2000. Inovasi sangat
penting untuk menjaga kelangsungan hidup suatu perusahaan karena merupakan sumber ide-ide yang mengarah pada perbaikan serta pengembangan perusahaan
Lumpkin and Dess 2001. Inovasi sangat penting karena kondisi pasar saat ini yang mengalami
perubahan sangat
cepat, mengharuskan
sebuah perusahaan
mampu mempertahankan keunggulan kompetitif. Inovasi dapat menjadi kunci dan sumber
kemajuan yang berdampak signifikan pada pertumbuhan bagi perusahaan Lumpkin and Dess, 2001.
Risk-Taking
Kemampuan mengelola atau mengambil risiko risk taking memerlukan kemauan dan keberanian untuk mengejar peluang subtansial yang menghasilkan
kerugian atau perbedaan kinerja yang signifikan Kuratko et al., 2001. Risk
30
taking biasanya dikaitkan dengan kewirausahaan karena konsep kewirausahaan termasuk asumsi pribadi mengambil risiko Lumpkin and Dess, 2001. Pada
tingkat perusahaan, pengambilan risiko mengacu pada kecenderungan untuk mendukung proyek-proyek dengan ketidakpastian tingkat pengembalian yang
diharapkan Walter et al, 2006. Menurut Lumpkin and Dess 2001, organisasi atau perusahaan
menghadapi tiga jenis risiko, yaitu risiko bisnis, risiko keuangan, dan risiko pribadi personal risk. Risiko bisnis mengacu pada risiko memasuki pasar belum
teruji, atau berkomitmen untuk teknologi yang belum terbukti Baird and Lucey, 2013 ; Dess and Lumpkin, 2005. Risiko keuangan yang berkaitan dengan
peningkatan sumber dana untuk peningkatan pertumbuhan perusahaan Baird and Lucey 2013 ; Dess and Lumpkin, 2005. Perusahaan dengan Orientasi
Kewirausahaan yang tinggi akan terlibat dalam aktivitas bisnis yang berisiko, seperti penggunaan hutang yang tinggi dalam upaya untuk memperoleh
keuntungan tinggi dengan memanfaatkan peluang di pasar Lumpkin and Dess, 2001. Risiko pribadi berhubungan dengan tingkat keberanian seseorang. Manajer
atau pemilik perusahaan diharuskan mengambil kebijakan terkait aktivitas operasional perusahaan, seperti memanfaatkan peluang, penggunaan hutang,
dimana setiap keputusan yang diambil akan memiliki dampak tertentu. Risiko dalam hal ini berasal dari pengaruh eksekutif dalam menentukan arah perusahaan,
yang memiliki kemungkinan terjadi kegagalan sehingga hal ini menjadi konsekuensi pribadi yang harus ditanggung Dess and Lumpkin, 2005.