Definisi Epidemiologi Etiologi Gangguan Pendengaran

Pada waktu istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok dan dengan terdorongnya membrana basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik ini berubah menjadi rangsangan listrik akibat adanya perbedaan ion Natrium dan Kalium yang diteruskan ke cabang-cabang nervus vestibulokoklearis. Kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis Sherwood, 2001.

2.2. Gangguan Pendengaran

2.2.1. Definisi

Gangguan pendengaran adalah ketidakmampuan total atau parsial untuk mendengar suara di salah satu atau kedua telinga. Gangguan pendengaran diukur dengan jumlah tingkat ketulian yang disebut desibel dB. Saat volume suara meningkat, jumlah desibel ikut meningkat. Percakapan normal biasanya antara 45-55 dB. Menurut World Health Organization WHO, gangguan pendengaran adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan kehilangan pendengaran di satu atau kedua telinga. Menurut Weber et al. 2009 dalam Yathavan 2011, gangguan pendengaran didefinisikan sebagai pengurangan dalam kemampuan seseorang untuk membedakan suara.

2.2.2. Epidemiologi

Menurut laporan Global Burden of Disease GBD, estimasi penderita gangguan pendengaran derajat sedang di dunia pada tahun 2004 berjumlah 360,8 juta orang, dan jumlah penderita gangguan pendengaran derajat berat di dunia diperkirakan sebanyak 275,7 juta orang. Daerah Asia Tenggara mempunyai distribusi tertinggi penderita gangguan pendengaran dengan estimasi penderita sebanyak 178,3 juta orang, diikuti daerah Pasifik Barat 159,2 juta orang, Eropa 120,3 juta orang, Amerika 76,7 juta orang, Afrika 56,2 juta orang, dan Mediterranean Timur 56,2 juta orang. Universitas Sumatera Utara Estimasi penderita gangguan pendengaran derajat sedang di Asia Tenggara pada tahun 2004 berjumlah 88,5 juta orang, dan jumlah penderita gangguan pendengaran derajat berat di Asia Tenggara diperkirakan sebanyak 89,8 juta orang. GBD, 2004. Prevalensi kasus gangguan pendengaran di Indonesia dijumpai sebanyak 4,6, dengan estimasi penderita gangguan pendengaran sebanyak 9,6 juta orang. Indonesia mempunyai kasus gangguan pendengaran yang kedua tertinggi di Asia Tenggara selepas India 630 juta penderita WHO, 2001.

2.2.3. Etiologi

Kehilangan pendengaran dapat konduktif karena kesalahan transmisi gelombang suara atau sensorineural penerimaan suara yang rusak oleh sel saraf, atau keduanya. Penyebab umum gangguan pendengaran konduktif adalah laluan telinga terblokir akibat sumbatan kotoran, gendang telinga berlubang, atau adanya cairan di telinga. Penyebab umum untuk tuli sensorineural adalah paparan kebisingan, perubahan yang berkaitan dengan usia, dan obat-obatan ototoksik yang merusak pendengaran.

2.2.4. Klasifikasi