Subjek dan Objek PPh Badan

2.1.2.2. Subjek dan Objek PPh Badan

Subjek pajak penghasilan badan terbagi dua, yaitu: 1. Dalam Negeri Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.Kewajiban pajak subjektifnya dimulai pada saat badan tersebut didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dan berakhir pada saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia. 2. Luar Negeri Badan yang tidak didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia yang memperoleh penghasilan di Indonesia baik melalui BUT maupun tidak.Kewajiban pajak subjektifnya dimulai pada saat menjalankan usaha melalui BUT ataupun pada saat menerima dan memperoleh penghasilan.Sedangkan berakhirnya pada saat tidak lagi menjalankan usaha di Indonesia dengan melalui BUT atau tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia. Objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima oleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Yang menjadi objek pajak badan yaitu: 1. Laba usaha 2. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk: Universitas Sumatera Utara a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal b. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya. c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apapun d. Keuntungan karena pengalihan harta 3. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak 4. Bunga termasuk premium diskonto 5. Dividen 6. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak 7. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta 8. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala 9. Keuntungan karena pembebasan utang 10. Keuntungan selisih kurs mata uang asing 11. Selisih lebih karena penilaian kembali aset 12. Premi asuransi 13. Imbalan bunga

2.1.2.3. Perencanaan Pajak

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 1 15

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 14

Pengaruh Pajak Penghasilan Badan Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi

0 0 11

Pengaruh Pajak Penghasilan Badan Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi

0 0 2

Pengaruh Pajak Penghasilan Badan Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi

0 0 6

Pengaruh Pajak Penghasilan Badan Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi

0 0 23

Pengaruh Pajak Penghasilan Badan Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi

0 1 3

Pengaruh Pajak Penghasilan Badan Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi

0 0 11

Pengaruh Struktur Kepemilikan Keluarga Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Sektor Industri Barang Konsumsi

0 0 12

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI SKRIPSI

0 1 113