Pengukuran Kinerja Supply Chain Output Model SCOR Supply Chain Operations Reference

manajemen logistik mengurusi arus barang, termasuk pembelian, pengendalian tingkat persediaan, pengangkutan, penyimpanan, dan distribusi dalam satu perusahaan, maka manajemen supply chain mengurusi hal yang sama, tetapi meliputi antar perusahaan yang berhubungan dengan arus barang, mulai dari bahan mentah sampai barang jadi yang dibeli dan digunakan oleh pelanggan. Pada hakikatnya manajemen supply chain adalah integrasi lebih lanjut dari manajemen logistik antar perusahaan yang terkait, dengan tujuan lebih meningkatkan kelancaran arus barang, meningkatkan keakuratan perkiraan kebutuhan, meningkatkan efisiensi penggunaan ruangan, kendaraan, dan fasilitas lain, mengurangi tingkat persediaan barang, mengurangi biaya, dan lebih meningkatkan layanan lain yang diperlukan oleh pelanggan akhir.

3.2. Pengukuran Kinerja Supply Chain Output

2 Beberapa parameter pengukuran kinerja supply chain output adalah sebagai berikut: a. Penjualan, yaitu total pendapatan. b. Keuntungan, yaitu total pendapatan dikurangi dengan pengeluaran. c. Tingkat pemenuhan, yaitu jumlah order yang dapat dipenuhi atau selesai dengan segera. d. Pengiriman tepat waktu on time deliveries, yaitu mengukur kinerja item, order, atau pengiriman produk. 2 BM Beamon, Measuring Supply Chain Performance Ohio: International Journal of Operations Production Management, University of Cincinnati, 1999. Universitas Sumatera Utara e. Backorderstockout, yaitu mengukur kinerja item, order, atau ketersediaan produk. f. Waktu respon pelanggan customer response time, yaitu jumlah waktu antara pemesanan hingga pengiriman order. g. Manufacturing lead time, yaitu total jumlah waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi satu item atau batch. h. Kesalahan pengiriman, yaitu jumlah kesalahan pengiriman yang terjadi. i. Keluhan pelanggan customer complaints, yaitu jumlah keluhan yang disampaikan oleh pelanggan.

3.3. Model SCOR Supply Chain Operations Reference

3 SCOR adalah suatu model acuan dari operasi supply chain. Seperti halnya kerangka yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, SCOR pada dasarnya juga merupakan model yang berdasarkan proses. Model ini mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu business process reengineering, benchmarking, dan process measurement kedalam kerangka lintas fungsi dalam supply chain. Ketiga elemen tersebut memiliki fungsi sebagai berikut: a. Business process reengineering pada hakekatnya menangkap proses kompleks yang terjadi saat ini as is dan mendefinisikan proses yang diinginkan to be. 3 I Nyoman Pujawan, Supply Chain Management, Edisi Pertama, Cetakan Pertama Surabaya: Penerbit Guna Widya, 2005, hh. 242-244. Universitas Sumatera Utara b. Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional dari perusahaan sejenis. Target internal kemudian ditentukan berdasarkan kinerja best in class yang diperoleh. c. Process measurement berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan memperbaiki proses-proses supply chain. Sumber: Supply Chain Council Gambar 3.1. Lima Proses Inti Supply Chain pada Model SCOR Seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.1, SCOR membagi proses-proses supply chain menjadi 5 proses inti yaitu plan, source, make, deliver, dan return. Kelima proses tersebut berfungsi seperti yang diuraikan, yaitu: a. Plan, yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi, dan pengiriman. Plan mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan produksi, Universitas Sumatera Utara perencanaan material, perencanaan kapasitas, dan melakukan penyesuaian alignment supply chain plan dengan financial plan. b. Source, yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Proses yang dicakup termasuk penjadwalan pengiriman dari supplier, menerima, mengecek, dan memberikan otorisasi pembayaran untuk barang yang dikirim supplier, memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier, dan sebagainya. Jenis proses bisa berbeda tergantung pada apakah barang yang dibeli termasuk stocked, make to order, atau engineer to order products. c. Make, yaitu proses untuk mentransformasi bahan bakukomponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan make atau produksi bisa dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target stok make to stock, atas dasar pesanan make to order, atau engineer to order. Proses yang terlibat disini antara lain adalah penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang setengah jadi work in process, memelihara fasilitas produksi, dan sebagainya. d. Deliver, yang merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang maupun jasa. Biasanya meliputi order management, transportasi, dan distribusi. Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan dari pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk jadi, dan mengirim tagihan ke pelanggan. e. Return, yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi Universitas Sumatera Utara produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian, dan melakukan pengembalian. Post-delivery customer support juga merupakan bagian dari proses return. Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN