Pengukuran dikembangkan dan diadministrasikan secara cermat dan teliti. Secara garis besar, kegiatan evaluasi produk meliputi kegiatan penetapan tujuan
operasional program, kriteria – kriteria pengukuran yang telah dicapai, membandingkannya antara kenyataan lapangan dengan rumusan tujuan, dan
menyusun penafsiran secara rasional. Analisis produk ini diperlukan pembanding antara tujuan, yang ditetapkan dalam rancangan dengan hasil program yang
dicapai. Hasil yang dinilai berupa skor tes, presentase, data observasi, diagram data, sosiometri, dan lain- lain, yang dapat ditelusuri kaitannya dengan tujuan
penelitian Sanders,1984.
2.2.3 Kinerja
Menurut Rivai 2004 kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh seseorang sesuai dengan
perannya dalam pekerjaannya. Menurut Sulistiyani 2009 kinerja merupakan kombinasi kemampuan, usaha dan
kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Usaha tersebut merupakan kontribusi-kontribusi dari individu dalam suatu organisasi atau instansi
menyangkut pelaksanaan dan penyelesaian tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Penilaian kerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program
yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermamfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara
Universitas Sumatera Utara
keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya
tentang bagaimana kinerja seseorang Simamora, 2004.
Dalam menyusun indikator kinerja perlu untuk mempertimbangkan kriteria indikator kinerja SMART sebagai berikut:
a. SpecificSpesifik S Terdefinisikan dengan jelas dan fokus sehingga tidak menimbulkan multitafsir.
Hanya mengukur unsur indikator output, outcome, atau dampak yang memang ditujukan untuk mengukur dan tidak ada unsur-unsur lain dalam indikator
tersebut. b. MeasurableTerukur M
Dapat diukur dengan skala penilaian tertentu kuantitas atau kualitas. Untuk jenis data dalam bentuk kualitas dapat dikuantitatifkan dengan persentase atau nominal.
Terukur juga berarti dapat dibandingkan dengan data lain dan jelas mendefinisikan pengukuran, artinya data yang dikumpulkan oleh orang yang
berbeda pada waktu yang berbeda adalah konsisten. c. AttributableAchievableAccountableAttainable A
Dapat dicapai dengan biaya yang masuk akal dan dengan metode yang sesuai, serta berada di dalam rentang kendaliakuntabilitas dan kemampuan unit kerja
dalam mencapai target kinerja yang ditetapkan. Kredibel dalam kondisi yang diharapkan. Indikator dapat diperoleh dengan program atau kegiatan itu sendiri
dan tidak bergantung pada data eksternal. Indikator harus diterapkan dan dicapai oleh sumber daya internal program atau kegiatan. Indikator juga harus sudah
disepakati dalam pengertian umum.
Universitas Sumatera Utara
d. Result-OrientedRelevant R Terkait secara logis dengan programkegiatan yang diukur, tupoksi serta realisasi
tujuan dan sasaran strategis organisasi. e. Time-Bound T
Memperhitungkan rentang waktu pencapaian, untuk analisa perbandingan kinerja
dengan masa-masa sebelumnya. Dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu. 2.2.4 Metode Penyuluhan Partisipatif
Kegiatan penyuluhan pertanian merupakan salah satu dari sekian banyak variabel yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku pada petani dan perubahan yang
terjadi menjadi tujuan akhir dari penyuluhan pertanian Mardikanto, 1993. Penyuluhan partisipatif merupakan pendekatan penyuluhan dari bawah ke atas
bottom up untuk memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat mandiri, yaitu kekuasaan dalam peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji desanya
sehingga tergali potensi yang terkandung, yang dapat diaktualkan, termasuk permasalahan yang ditemukan Suwandi, 2006.
Penyuluhan pertanian partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara interaktif, analisis-analisis dibuat secara bersama yang akhirnya membawa kepada suatu
rencana tindakan. Partisipasi disini menggunakan proses pembelajaran yang sistematis dan terstruktur melibatkan metode-metode multidisiplin, dalam hal ini
kelompok ikut mengontrol keputusan lokal BBPP Lembang. Berdasarkan atas Undang-undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian ,
Perikanan dan Kehutanan SP3K Pasal 26 Ayat 3, dikatakan bahwa Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif melalui mekanisme kerja
Universitas Sumatera Utara
dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku usaha.
Dengan pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif, para penyuluh pertanian akan termotivasi untuk menggali keberadaan sumber informasi
pertanian setempat yang mudah diakses oleh yang memerlukan, baik penyuluh maupun petani. Pelatihan juga akan mendorong inisiatif positif para penyuluh
pertanian dan petani, melalui pendekatan partisipatif untuk mendapatkan solusi permasalahan usahatani di lapangan BBPP Lembang, 2009.
Untuk menyelenggarakan penyuluhan partisipatif, perlu terlebih dahulu disamakan persepsi atau interpretasi terhadap partisipasi. Persepsi dan interpretasi
oleh berbagai pihak tentang pengertian partisipasi masih berbeda – beda. Partisipasi memungkinkan perubahan – perubahan yang lebih besar dalam cara
berfikir manusia. Perubahan dalam pemikiran dan tindakan akan lebih sedikit terjadi dan perubahan – perubahan ini tidak akan bertahan jika mereka menuruti
saran – saran agen penyuluhan dengan patuh daripada bila mereka ikut bertanggung – jawab Van den Baan dan Hawkins, 1999.
Tingkat partisipasi petani dalam penerapan metodologi penyuluhan pertanian partisipatif mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan sampai dengan monitoring
dirasakan masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dapat dimaklumi karena konsep ini merupakan paradigma baru penyelenggaraan
penyuluhan pertanian. Namun bagi petani yang telah mengikuti kegiatan ini membawa dampak yang positif bagi pengembangan usahataninya Sirait, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Penelitian Terdahulu