Zaman Yamato TINJAUAN UMUM TENTANG HANIWA DALAM KOFUN PADA ZAMAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HANIWA DALAM KOFUN PADA ZAMAN

YAMATO

2.1 Zaman Yamato

Zaman Yamato dibagi menjadi dua yaitu zaman Kofun 250 M – 550 M dan zaman Asuka 550 M – 710 M. Pemberian nama Yamato didasarkan atas daerah kekuasaan negeri Yamato. Daerah kekuasaannya meliputi Honshū bagian selatan dan Kyūshū bagian utara. Saat itu Jepang terdiri dari daerah-daerah yang diperintah oleh gabungan-gabungan keluarga yang disebut Uji klan. Kepalanya disebut Uji no kami atau Ujigami. Nantinya akan disebut Tennō. Masyarakat dalam organisasi klan itu adalah golongan bangsawan. Tiap klan mempunyai golongan pekerja dan budak. Bertani padi menjadi dasar perekonomian saat itu. Setelah mengalami perpecahan zaman dan kekacauan politik selama tiga setengah abad, Cina kembali menjadi negara kesatuan. Keadaan politik di Cina tersebut membuat Jepang meniru sistem politik di Cina mengenai pemusatan kekuasaan. Tahun 593 M terjadi peristiwa penting dalam sejarah politik Jepang. Susunan masyarakat Jepang yang berinti pada Uji harus diubah karena pertambahan penduduk yang tidak dapat dipertahankan lebih lama lagi dan harus mengalami perubahan. Perubahan susunan masyarakat itu merubah pula susunan politik. Tahun 593 M, Shotoku Taishi diangkat menjadi Sesshō penasehat bagi Tennō yang belum dewasa bagi Tennō puteri Suiko. Dengan demikian Taishi memegang pimpinan negara. Ia mengubah susunan jabatan-jabatan tinggi di istana yang saat itu dijabat oleh kepala-kepala klan turun-temurun, diganti dengan susunan baru. Siapa saja dapat memangku suatu jabatan sesuai dengan kecakapan dan jasanya. Tahun 604 M disusun 17 aturan. Dalam peraturan itu antara lain disebutkan supaya agama Buddha dihormati, keluhan rakyat harus diperhatikan dan mendapat penyelesaian yang adil, petani-petani harus diperlakukan dengan baik, dan sebagainya. Tetapi apa yang diusahakan Taishi tersebut baru berupa cita-cita yang tidak dapat dengan segera dilaksanakan, yaitu cita-cita membentuk Jepang menjadi negara nasional. Baru pada tahun 645 M konsepsi tersebut terwujud. Pada tahun itu, keluarga dari klan Soga yang punya pengaruh besar dalam pemerintahan Tennō sejak tahun 587 M, dijatuhkan oleh pangeran Naka no Oe dengan bantuan Fujiwara. Setelah itu diadakan pembaharuan-pembaharuan dalam lapangan politik dan sosial yang berlangsung hingga 702 M. Gerakan pembaharuan itu dikenal dengan sebutan Reformasi Taika. Yang jadi tangan kanan Naka no Oe dalam perebutan kekuasaan dengan keluarga Soga ialah Fujiwara no Kamatari Dalam tahun 661 M, Naka no Oe naik tahta sebagai Tennō bergelar Tennō Tenji. Asas-asas pembaharuan itu dijalankan dengan berangsur-angsur selama beberapa puluh tahun dan seringkali peraturan-peraturan pembaharuan tinggal di atas kertas. Seluruh negeri dan rakyat ditaruh langsung di bawah kekuasaan Tennō. Tanah pertanian dibagi antara rakyat atas dasar peraturan yang sama sistem Kōchikōmin. Semua penduduk didaftarkan untuk tujuan pembagian tanah dan pemungutan pajak. Daerah negara dibagi dalam kuni propinsi dan kori atau gun distrik. Pemerintahan disusun dengan mencontoh kepada Cina, pemerintah pusat mengangkat pegawai- pegawai untuk menyelenggarakan administrasi pemerintahan. Dalam rangka pembaharuan-pembaharuan itu, disusun undang-undang bernama Ritsu- ryō Ritsu adalah kitab undang-undang hukum pidana dan Ryō terdiri dari undang-undang hukum tatanegara dan hukum sipil. Disusun menurut contoh undang-undang dinasti Tang di Cina. Penyusunan kitab-kitab, undang-undang itu baru selesai pada tahun 701 M dan terkenal dengan sebutan Taihō Ritsu-ryō pada tahun 718 M sebagian diubah dan diberi nama baru Yōrō Ritsu-ryō. Undang-undang itu dengan perubahannya menjadi dasar hukum Jepang hingga sekarang. Pembaharuan-pembaharuan menghasilkan suatu susunan yang tampak dari luar sebagai pembentukan pemerintahan pusat, tetapi sebenarnya memupuk susunan aristokrasi baru. Pembaharuan itu tidak mendapat perlawanan karena tidak menghapuskan sama sekali hak-hak istimewa yang tertumpuk pada golongan lapisan atas dari masyarakat. Orang-orang lapisan atas itu masih tetap dalam kedudukan yang menguntungkan, hanya dalam bentuk yang berubah, sedangkan kedudukan rakyat jelata pada umumnya tidak bertambah baik. Dalam pembaharuan susunan pemerintahan itu, keluarga dari klan Fujiwara mencapai kedudukan, yang menggenggam kekuasaan yang sebenarnya di dalam negara. Dasar dari kedudukan itu diletakkan oleh Fujiwara Kamatari, tangan kanan Naka no Oe ketika meruntuhkan kekuasaan kelurga dari klan Soga. Walaupun pembaharuan-pembaharuan dilakukan dengan mencontoh Cina, tidak semuanya yang dari Cina ditiru. Anggapan mengenai Tennō sebagai keturunan Dewi Matahari tidak berubah. Pada zaman Asuka nama negara diganti dari Yamato atau Wa menjadi Nihon atau Nippon. Zaman Asuka 550 M – 710 M berlangsung ketika pusat pemerintahan berada di Asuka sekarang Nara.

2.2 Masyarakat Pada Zaman Yamato