Kehidupan sosial masyarakat Jepang Matsurigoto yang berarti pemerintahan atau upacara keagamaan. Awal periode zaman Yamato, kepercaan masyarakat
sebagian besar bersifat animistik dan pemujaan terhadap alam. Kepercayaan rakyat Jepang pada zaman ini terbentuk dari kepercayaan religius, sebagai unsur-unsur
agama Shinto. Agama shinto adalah agama asli Jepang. Agama shinto terpusat pada pemujaan animistik, gejala-gejala alam, gunung, air, dan seluruh proses penguburan
dijadikan objek pemujaan. Simbol, ritus, dan perayaan keagamaan didalam kehidupan kuil-kuil sarat dengan mistik. Shinto merupakan jalan kami dewa yang menyatu dan
menjadi bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan orang Jepang. Kata Shinto tersusun dari dua ideograph yaitu shin yang disamakan artinya dengan kami
diartikan dewa atau kedewaan. Dan do atau to yang disamakan dengan mishi yang berarti jalan. Secara harfiah dapat diartikan sebagai jalan kami. Kami adalah objek
sembahyang dalam agama Shinto, dalam agama shinto segala sesuatu dipandang sebagai kami atau paling tidak mempunyai potensi untuk menjadi kami sutrisno,
1993:119.
2.2.1 Stuktur Masyarakat
Periode sejarah Jepang dimulai sekitar abad ke-4 sampai abad ke-6 masehi. Zaman ini ditandai dukungan terhadap tahta Yamato yang semakin kuat dengan
pembangunan Kofun 250 M- 710 M, pemberian nama Yamato didasarkan pada daerah kekuasaan negeri Yamato. Daerah kekuasaannya meliputi Honshu bagian
selatan dan Kyushu bagian utara. Saat itu Jepang terdiri dari daerah-daerah yang diperintahkan oleh gabungan-gabungan keluarga yang disebut UJi klan, kepala Uji
disebut Uji no Kami atau Ujigami, dan akhirnya disebut Tenno. Masyarakat dalam organisasi klan itu adalah golongan bangsawan seperti klan otomo, klan Mononobe,
dan klan Soga. Setiap klan yang berkuasa mempunyai golongan pekerja dan budak. Kekuasaan tertinggi pada zaman Yamato di perintahkan oleh seorang Kaisar, namun
walau kaisar adalah pemimpin tertinggi di Negara Jepang yang menjalankan pemerintahan bukan lah kaisar melainkan kepala para klan Goozoku, yang
merupakan pembantu kaisar. Sistem pemerintahan ini berlangsung sampai pertengahan abad ke-7 i ketut Surajaya, 1993 :6. Struktur masyarakat pada zaman
Yamato terdiri dari susunan kelas-kelas dalam masyarakat. Keturunan Tenno adalah kelas tertinggi dalam suku Yamato, kemudian Goozoku yang berada dibawah Tenno
dan sekaligus sebagai pembantu Tenno yang menjalankan pemerintahan, tanah yang berada dalam kekuasaan Yamato dimiliki oleh Tenno dan Goozoku secara langsung.
Para penghuni tanah yaitu masyarakat kalangan bawah di Yamato berkewajiban mengolah tanah dan hasil dari pengolahan tanah dan pertanian diserahkan kepada
pihak istana. Selain mengolah tanah masyarakat kelas bawah juga di tuntut untuk membuat bermacam-macam kebutuhan istana dan kebutuhan para bangsawan yang
berkuasa. Mata pencaharian masyarakat pada zaman Yamato hampir sama dengan
masyarakat zaman Yayoi, diantaranya pembuat barang tembikar, tukang kayu, tukang besi, pembuat atau memintal benang menjadi kain, dan yang paling utama adalah
pertanian, karena dengan bertani mereka mulai bergerak menuju hidup yang lebih layak dan lebih maju. Dengan kuatnya pengaruh pemerintahan pada zaman itu desa-
desa yang penduduknya bertani mulai berubah menjadi Negara-negara kecil, senjata yang dulu hanya digunakan untuk mempermudah pekerjaan, kemudian mulai
dikembangkan menjadi alat-alat untuk berperang,dan kemudian mulai dibangunm nya banteng-benteng pertahanan disetiap daerah nya.
Dengan perkembangan peradaban di Yamato maka kehidupan masyarakatpun mulai meningkat, yaitu ditandai dengan dibangun nya rumah-rumah pemukiman,
bentuk rumah pada zaman Yamato yaitu bentuk rumah berlantai tinggi yang didirikan pada tiang-tiang yang tinggi, gaya rumah berlantai tinggi ini pada mulanya hanya
diperuntukkan bagi kalangan atas dan bangsawan saja, namun kemudian rakyat biasa mulai membangun rumah dengan bentuk yang sama.
2.2.2 Kepercayaan Masyarakat