Faktor Biotik Lingkungan .1 Jenis-jenis Ikan yang didapatkan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Faktor Biotik Lingkungan 4.1.1 Jenis-jenis Ikan yang didapatkan Hasil penelitian yang telah dilakukan di Perairan Pulau Ungge, Desa Sitardas, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah didapatkan 5 jenis ikan yang terbagi atas 2 genus dan 1 famili yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Ikan yang didapat pada setiap stasiun No Famili Genus Spesies Stasiun 1 2 3 1. Chaetodontidae 1. Chaetodon 1. Chaetodon collare + + + 2. Chaetodon trifasciatus + + + 3. Chaetodon triangulum + - - 2. Heniochus 4. Heniochus diphreutes + - - 5. Heniochus pleurotaenia + + + Keterangan: tanda + : ditemukan tanda - : tidak ditemukan Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 3 stasiun memperlihatkan bahwa keragaman ikan karang famili Chaetodintidae terdiri dari 2 genus dan 5 spesies. Chaetodon collare, Chaetodon triangulum dan Chaetodon trifasciatus termasuk ke dalam genus Chaetodon sedangkan Heniochus diphreutes dan Heniochus pleurotaenia termasuk kedalam genus Heniochus. Keberadaan ikan karang family Chaetodontidae di perairan sangat tergantung pada kesehatan terumbu karang yang ditunjukkan oleh persentase tutupan karang hidup. Hal ini sangat memungkinkan karena ikan Chaetodontidae hidup berasosiasi dengan bentuk dan jenis terumbu karang sebagai tempat tingga, perlindungan dan tempat mencari makan. Berdasarkan data penelitian Harefa 2015 persentase tutupan terumbu karang hidup yg dapatkan di perairan Pulang Ungge pada lokasi yang sama tergolong kedalam kategori baik dengan nilai persentase tutpan karang pada stasiun 1 sebesar 74,63, pada stasiun 2 dengan nilai sebesar 62,28, dan pada stasiun 3 dengan nilai sebesar 70,63. Dimana nila rata-rata persentase tutupan karang sebesar 69,28. Hal ini juga berdampak terhadap terhadap jumlah ikan famili Chaetodontidae dimana ikan famili Chaetodontidae hanya dapat hidup pada perairan yang bersih dengan kondisi terumbu karang yang baik. Yadi et. al., 2012 juga menyatakan bahwa kondisi perairan yang baik dapat mendukung kehidupan ikan karang di suatu perairan. 4.1.2 Deskripsi Ikan yang didapatkan 4.1.2.1 Ikan Chaetodon collare Kepe-kepe Belanda Panjang maksimal mencapai 18 cm, dikenal dengan warna merah di sirip ekor dan garis putih vertikal belakang mata, sirip pectoral berwarna hitam, sirip dorsal berwarna merah dengan pangkal sirip dorsal berwarna putih, bentuk mulut kecil dan tidak terlalu panjang, corak sisik pada badan bermotif putih dengan garis hitam. Biasanya ditemukan berpasangan atau berkelompok di daerah karang atau bersembunyi di bawah karang yang lebar. Tipe makanan Chaetodon collare yaitu polip karangcoralivore. Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Chaetodontidae Genus : Chaetodon Spesies : Chaetodon collare a b Gambar 6: Chaetodon collare a: Pengamatan Langsung, b: menurut Allen, et al. 2003

4.1.2.2 Ikan Chaetodon triangulum Kepe-kepe Triangular

Panjang maksimal Chaetodon triangulum mencapai 16 cm, badan hampir triangular, abu-abu gelap dengan garis bersudut, sirip ekor hitam segitiga dengan garis luar kuning dan garis dalam hitam, bentuk mulut lancip panjang dengan warna merah, sirip insang berwarna putih kecoklatan, badan berwarna abu rokok. Habitatnya pada daerah kaya karang di laguna hingga lereng karang, territorial dan berpasangan. Juvenile soliter didekat karang. Ovipar, onogami, berpasangan saat memijah. Tipe pemakan polip karangcoralivere. a b Gambar 7: Chaetodon triangulum a: Pengamatan Langsung, b: menurut Allen, et al. 2003

4.1.2.3 Ikan Chaetodon trifasciatus Kepe-kepe Roti

Ukuran maksimal Chaetodon trifasciatus mencapai 15 cm, badan bagian atas kebiruan dan bawahnya kekuningan, pangkal sirip ekor kuning serta sirip anal, pangkal sirip ekor berwarna hitam, badan berwarna kunin camour biru, memiliki bintik hitam pada bagian badan belakang, memiliki garis hitam pada kepala, bentuk mulut lancip tidak terlalu panjang berwarna hitam. Habitanya merupakan daerah yang kaya karang di laguna dan karang semi terlindung. Jenis Chaetodon trifasciatus lebih teritorial dan agresif terhadap chaetodon lainnya. Juvenile sembunyi di karang. Tipe pemakan polip karangcoralivore. a b Gambar 8: Chaetodon trifasciatus a: Pengamatan Langsung, b: menurut Allen, et al. 2003

4.1.2.4 Ikan Heniochus diphreutes Kepe-kepe

Ukuran maksimal mencapai 21 cm, badan putih dengan 2 garis hitam besar memanjang dari dorsal ke perut dan sirip anal, Strip hitam dari kepala sampai ke mata, sirip insang berwarna putih, bentuk mulut lancip tidak terlalu panjang, adanya warna hitam pada bagian atas mulut, Sebagian sirip dorsal dan ekor berwarna kuning, memiliki sirip dorsal yang panjang seperti bender berwarna putih, sirip pectoral berwana kuning pucat, sirip ventral berwarna hitam, pergerakan jenis ikan Heniochus diphreutes lebih elegan dan simple, Tipe pemakan plankton planktivora. a b Gambar 9: Heniochus diphreutes a: Pengamatan Langsung, b: menurut Allen, et al. 2003

4.1.2.5 Ikan Heniochus pleurotaeniai Keling Tanduk

Panjang maksimal 17 cm, 2 garis putih dibatasi garis coklat gelap hingga sirip perut dan anal, bentuk sirip dorsal berbentuk sisir berwarna kuning, pangkal sirip anal berwarna hitam kecoklatan, memiliki sepasang tanduk pada bagian kepala di atas mata, sirip pectoral berwarna putih pucat, sirip caudal dan sirip anal berwarna hitam, pangkal sirip dorsal berwarna putih. Habitatnya berupa daerah kaya karang di laguna dan lereng karang, jenis ikan Heniochus pleurotaenia ini lebih memilih dikenal soliter, berpasangan atau kelompok. Range yang sering di temukan pada kedalaman 1-25 meter dari permukaan air. tipe memakan zoobenthosbentik invertebrata. a b Gambar 10: Heniochus pleurotaenia a: Pengamatan Langsung, b: menurut Allen, et al. 2003

4.1.3 Kepadatan K, Kepadatan Relatif KR dan Frekuensi Kehadiran FK

Nilai Kepadatan K, Kepadatan Relatif KR, dan Frekuensi Kehadiran FK ikan famili Chaetodontidae yang ditemukan pada setiap stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Kepadatan indm 3 , Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran ikan pada setiap stasiun pengamatan No Spesies Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 K KR FK K KR FK K KR FK 1 Chaetodon collare 0.023 36.17 100 0.008 26.09 66,67 0.012 25.71 100 2 Chaetodon trifasciatus 0.017 27.66 100 0.009 30.43 100 0.016 34.29 66,67 3 Chaetodon triangulum 0.007 10.64 33,33 - - - - - - 4 Heniochus diphreutes 0.005 8.51 33,33 - - - - - - 5 Heniochus pleurotaenia 0.011 17.02 100 0.013 43.48 100 0.019 40 100 Total 0.063 100 - 0.031 100 - 0.047 100 - Keterangan: Stasiun 1 : Daerah alami dan berhadapan dengan Samudera Hindia Stasiun 2 : Daerah dermaga dan berhadapan dengan Samudera Hindia Stasiun 3 : Daerah alami dan berhadapan dengan daratan pulau Sumatera Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa stasiun 1 memiliki nilai total kepadatan tertinggi sebesar 0.063 indm 3 . Hal ini disebabkan karena stasiun 1 merupakan daerah alami yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia hingga memiliki kondisi ekisistem terumbu karang yang lebih baik dibandingkan dengan stasiun 2 dan 3. Keberadaan, kelimpahan jenis dan individu ikan kepe-kepe Chaetodontidae pada suatu perairan dapat menggambarkan kondisi terumbu karang apakah ekosistem terumbu karang di suatu perairan itu sehat. Keeratan hubungan antara ikan kepe-kepe Chaetodontidae terhadap sehatnya ekosistem terumbu karang terlihat dari keberadaan dan kelimpahan ikan kepe-kepe yang berada pada ekosistem terumbu karang Makatipu, 2001. Pengaruh perubahan mutu lingkungan akibat kegiatan pemanfaatan sumberdaya ekosistem terumbu karang dapat diidentifikasi dengan melihat indikator fisik, kimia dan biologi. Dari indikator biologi, perubahan kondisi terumbu karang dapat digambarkan dengan kehadiran jenis ikan famili Chaetodontidae. Ikan ini merupakan salah satu kelompok ikhtiofauna yang memiliki distribusi luas dan selalu ditemukan berasosiasi dengan terumbu karang Allen, 1979. Stasiun 2 memiliki nilai total kepadatan terendah sebesar 0,031 indm 3 . Hal ini karena stasiun 2 merupakan daerah dermaga tempat berlabuhnya perahu nelayan yang melakukan aktivitas di sekitar pulau Ungge yang menyebabkan terjadinya perubahan atau penurunan kualitas ekosistem terumbu karang yang berdampak juga terhadap penurunan jumlah Chaetodontidae. Bouchon-Navaro et al., 1985 dalam Bawole 1998, mengatakan bahwa ikan Chaetodontidae merupakan jenis indikator dan keberadaannya dapat dipakai untuk menduga kondisi terumbu karang, sehingga penurunan jumlah populasi atau ketidakhadiran dari jenis ini merupakan petunjuk bahwa terumbu karang telah mengalami tekanan. Ikan Chaetodontidae sangat sensitif terhadap perubahan dan kerusakan karang, karena ikan-ikan ini sangat terikat terhadap makanan dan tempat berlindung yang disediakan oleh karang. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat juga bahwa spesies Chaetodon collare memiliki nilai kepadatan tertinggi dari jumlah spesies yang didapatkan pada lokasi penelitian yaitu sebesar 0,023 indm 3 . Sirait 2009 juga menyatakan bahwa karakteristik yang paling berperan dalam distribusi ikan karang adalah arus, kecerahan, suhu dan kedalaman. Terlindung atau tidaknya habitat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pula distribusi ikan karang. Hukom et al., 1997 juga menambahkan bahwa distribusi ikan karang famili Chaetodontidae dalam suatu ekosistem terumbu karang berbeda-beda tergantung pada spesies ikan karang, komposisi terumbu karang dan kedalaman. Faktor utama yang menentukan kelimpahan ikan karang adalah fisiografi dasar perairan, dalam ruang lingkup fisiografi yang berperan penting adalah ekosistem terumbu karang. Keragaman karang sebagai tempat berlindung lebih menentukan keberadaan komunitas ikan dari pada kondisi substrat sebagai sumber makanan. Oleh karena itu, keberadaan ikan dalam perairan terumbu karang sangat ditentukan oleh kondisi kesehatan karang yang biasanya diperlihatkan oleh persen tutupan karang Hukom, 1996. Heniochus diphreutes memiliki nilai kepadatan terendah dari jumlah spesies yang didapatkan pada lokasi penelitian yaitu sebesar 0,005 indm 3 . Jenis Heniochus diphreutes jumlah kelimpahannya menurun pada perairan dengan kondisi terumbu karang yang sudah berubah. Hukom et al. 1997 menyatakan bahwa fisiografi dasar perairan, adalah faktor utama yang menentukan distribusi dan kelimpahan ikan karang pada masing-masing tempat. Oleh karena itu dapat dikatakan pula bahwa keberadaan ikan juga dipengaruhi oleh persentase penutupan karang hidup. Keanekaragaman spesies ikan karang tertinggi disebabkan oleh bervariasinya habitat yang terdapat di terumbu karang. Kondisi habitat pada terumbu karang tidak hanya terdiri dari karang tetapi juga daerah berpasir, berbagai teluk, daerah alga, perairan dangkal dan zona-zona yang berbeda melintasi karang. Keragaman habitat dapat mengakibatkan tingginya keragaman spesies ikan di terumbu karang. Akan tetapi, habitat yang banyak tidak cukup untuk menerangkan keanekaragaman yang tinggi pada ikan-ikan terumbu karang dan bagaimana spesies yang berjumlah besar tersebut dapat mempertahankan kehadirannya di suatu daerah Nybakken, 1988.

4.1.4 Indeks Diversitas Shannon – Wiener H’ dan Indeks Keseragaman E

Nilai Indeks Diversitas Shannon – Wiener H’ dan Indeks Keseragaman E ikan karang famili Chaetodontidae dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Indeks Diversitas Shannon – Wiener H’ dan Indeks Keseragaman E pada setiap stasiun penelitian Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 H’ 1,45 1,07 1,08 E 0,90 0,98 0,99 Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai indeks diversitas Shannon – wiener H’ tertinggi terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 1,45 dan terendah terdapat pada stasiun 2 dengan nilai 1,07. Hal ini dapat disebabkan adanya perbedaan aktivitas manusia yang terdapat di stasiun yang mempengaruhi kualitas air. Perubahan kualitas air mengakibatkan ikan yang tidak dapat bertahan dalam kondisi tersebut dan akan melakukan migrasi. Perubahan kedalaman air juga mempengaruhi ikan melakukan migrasi untuk bereproduksi maupun mencari makan. Indeks keanekaragaman menyatakan kekayaan spesies dalam komunitas dan memperlihatkan keseimbangan dalam pembagian individu setiap spesies. Nilai ini akan semakin meningkat jika jumlah spesies semakin banyak dan proporsi jenis akan semakin merata Kerbs, 1985. Menurut Irawati 2006, mengatakan bahwa jumlah individu, jumlah spesies dan pemyebaran individu dari masing-masing spesies dipengaruhi indeks keanekaragaman H’ di setiap stasiunnya. Keanekaragaman dan keseragaman jenis ikan di suatu perairan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan interaksi antara yang hidup di setiap perairan. Menurut Reese 1981, ikan Chaetodontidae merupakan jenis indikator dan keberadaannya dapat dipakai untuk menduga kondisi terumbu karang, sehingga penurunan jumlah populasi atau ketidakhadiran dari jenis ini merupakan petunjuk bahwa terumbu karang telah mengalami tekanan. Ikan Chaetodontidae sangat sensitif terhadap perubahan dan kerusakan terumbu karang, karena ikan-ikan ini ini sangat tertarik terhadap makanan dan tempat berlindung yang disediakan oleh terumbu karang. Nilai Keseragaman E pada setiap stasiun berkisar 0,90-0,99 dimana nilai keseragaman E tertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu 0,99 dan terendah berada pada stasiun 1 yaitu 0,90. Nilai indeks keseragaman E ini tergolong kategori baik dimana nilainya berada diantara 0-1 yang menyatakan bahwa ikan tersebar merata. Hal ini disebabkan karena kondisi terumbu karang pada stasiun 1 juga lebih baik dibandingkan stasiun lainnya. Harefa 2015 juga mendapatkan hasil yang sama dengan persentase tutupan karang tertinggi pada stasiun 1 yaitu sebesar 74,63. Intensitas cahaya yang lebih tinggi dibandingkan stasiun lainnya yaitu sebesar 790 candella menyebabkan kondisi terumbu karang semakin baik karena dapat melakukan fotosintesis dengan baik yang kemudian berpengaruh terhadap keanekaragaman ikan famili Chaetodontidae pada stasiun tersebut. Yadi et al 2012 menambahkan bahwa semakin baik kondisi terumbu karang maka jumlah jenis dari ikan indikator juga akan semakin besar.Peningkatan jumlah karang hidup akan berdampak pada ketersediaan jumlah makanan ikan Chaetodontidae yang juga melimpah. Persentase tutupan karang yang baik akan berdampak pada semakin banyak polip karang yang hidup sehingga persediaan makanan akan berlimpah. Bell et al. 1985 mengatakan meningkatnya jumlah karang hidup akan berdampak langsung pada makanan yang dikonsumsi oleh ikan obligatif koralivora, sehingga dapat meningkatkan kelimpahan ikan famili Chaetodontidae.

4.1.5 Indeks Similaritas IS

Nilai Indeks Similaritas IS ikan karang famili Chaetodontidae pada setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Indeks Similaritas IS di setiap stasiun penelitian IS Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 1 - 70 70 Stasiun 2 - - 100 Stasiun 3 - - - Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai indeks similaritas yang diperoleh antar stasiun penelitian tidak terlalu bervariasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks similaritas antara stasiun 1dan 2 dengan 1 dan 3 yaitu 70 sedangkan hasil indeks similaritas pada stasiun 2 dan 3 yaitu 100. Kemiripan ini karena jumlah spesies ikan karang famili Chaetodontidae yang ditemukan antar stasin hampir sama. Hal ini dikarenakan faktor ekologis dan faktor fisik kimia yang hampir sama antar stasiun tersebut yang tersaji pada Tabel 6. Tingkat kesamaan pada titik pengamatan termasuk dalam satu kelompok habitat yang sama. Hal ini terjadi karena pada titik pengamatan tersebut memiliki kemiripan yang lebih besar. Pada titik pengamatan ini juga memiliki struktur komunitas yang mirip dengan keanekaragaman, keseragaman dan dominansi yang relatif sama sedangkan pada titik pengamatan yang terdapat pada kelompok habitat yang lainnya memiliki kondisi habitat dasar yang cenderung heterogen Alimuddin, 2008.

4.2 Faktor Abiotik Lingkungan