Kesimpulan Ekosistem Laut Keragaman ikan karang family Chaetodontidae di perairan pulau ungge kabupaten tapanuli tengah

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: a. Jenis ikan karang famili Chaetodontidae di perairan pulau Ungge Tapanuli Tengah sebanyak 5 spesies yaitu Chaetodon collare, Chaetodon triangulum, Chaetodon trifasciatus, Heniochus diphreutes dan Heniochus pleurotaenia Yang termasuk kedalam 2 genus yaitu Chaetodon dan Heniochus. b. Kepadatan tertinggi pada stasiun 1 terdapat pada spesies Chaetodon collare sebesar 0,023 indm 3 . Pada stasiun 2 kepadatan tertinggi terdapat pada Heniochus pleurotaenia sebesar 0,013 indm 3 . Kepadatan tertinggi pada stasiun 3 terdapat pada spesies Heniochus pleurotaenia sebesar 0,019 indm 3 . c. Nilai indeks diversitas Shannon – Wiener H’ tertinggi terdapat pada stasiun 1 sebesar 1,45 sedangkan nilai indeks Keseragaman E tertinggi terdapat pada stasiun 3 sebesar 0,99. d. Intensitas cahaya, pH dan BOD 5 berpengaruh sangat kuat terhadap keragaman ikan karang famili Chaetodontidae di pulau Ungge.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai keragaman ikan karang famili Chaetodontidae dengan kedalaman yang bervariasi di perairan pulau Ungge Tapanuli Tengah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Laut

Bagian laut terdiri dari dua bagian yaitu bagian dasar dan bagian yang berair atau pelagik dari kata Yunani pelages = laut. Secara vertikal laut dibagi dalam beberapa lapisan kedalamn, berurutan dari lapisan paling atas ialah: epipelagik 200 m, mesopelagik 200-1000 m, batipelagik 1000-4000 m, abisopelagik 4000-6000 m dan hadalpelagik dibawah 6000 m. bagian dasar laut bentik dinamakna sesuai dengan lapisan atasnya yaitu batial, abisal dan hadal Rahardjo et al, 2011. Penetapan lokasi dan ukuran ideal suatu kawasan konservasi laut daerah merupakan gabungan antara prinsip-prinsip ekologis dan pertimbangan efektifitas pengelolaan ditingkat lokal. Berdasarkan Pedoman Umum Pembentukan Daerah Perlindungan Laut, zona perlindungan yang terdapat di Daerah Perlindungan Laut terdiri dari 3 tiga zona sebagai berikut: a Zona inti Merupakan kawasan yang dipilih dan ditetapkan untuk ditutup secara permanen dari kegiatan perikanan dan pengambilan sumberdaya. Kunci utamanya adalah adanya suatu kawasan yang ditetapkan sebagai zona inti yaitu zona larang ambil permanen. Zona inti penekanan pengelolaannya dikonsentrasikan pada upaya perlindungan. Kegiatan yang boleh dilakukan terbatas dan hanya mengarah pada kegiatan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. b Zona penyangga Zona ini berada di luar kawasan konsevasi yang berfungsi untuk menyangga keberadaan jenis biota laut beserta ekosistem yang terdapat didalamnya terhadap adanya gangguan dari luar yang dapat membahayakan keberadaan potensinya. Selain fungsi pengamanan juga berfungsi sebagai kawasan pengembangan budidaya maupun pelaksanaan pembangunan dalam bentuk pengembangan pemanfaatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat yang berada di sekitarnya. c Zona pemanfaatan tradisional Zona ini berada di luar zona penyangga yang dialokasikan untuk pemanfaatan sumberdaya alam secara tradisional oleh masyarakat setempat dalam upaya mendukung pembangunan sosial dan ekonominya. Disamping pemanfaatan secara tradisional, zona ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sarana prasarana rekreasi dan pariwisata secara lestari COREMAP 2008. Pembagian daerah ekosistem laut dibagi menjadi 4 daerah, yaitu Daerah LitoralDaerah pasang surut adalah daerah yang langsung berbatasan dengan darat. Radiasi matahari, variasi temperatur dan salinitas mempunyai pengaruh yang lebih berarti untuk daerah ini dibandingkan dengan daerah laut lainnya. Biota yang hidup di daerah ini antara lain: ganggang yang hidup sebagai bentos, teripang, bintang laut, udang kepiting, cacing laut. Daerah Neritik merupakan daerah laut dangkal, daerah ini masih dapat ditembus cahaya sampai ke dasar, kedalaman daerah ini dapat mencapai 200 meter. Biota yang hidup di daerah ini adalah plankton, nekton, dan bentos. Daerah Batial atau Daerah Remang-remang dimana kedalamannya antara 200-2000 meter, sudah tidak ada produsen. Hewannya berupa nekton, dan Daerah Abisal adalah daerah laut yang kedalamannya lebih dari 2000 meter daerah ini gelap sepanjang masa, tidak terdapat produsen Nybakken, 1988. Wilayah pesisir dan lautan merupakan kawasan yang menyimpan kekayaan sumberdaya alam yang sangat berguna bagi kepentingan manusia. Secara mikro sumberdaya kawasan ini dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup esensial penduduk sekitarnya sedangkan secara makro, merupakan potensi yang sangat diperlukan dalam rangka menunjang kegiatan pembangunan nasional disegala bidang Utomo, 2010. Penetapan daerah distribusi ikan laut tidak semudah dengan ikan air tawar. Salah satunya ialah tidak adanya pembatas fisik yang tegas terhadap gerakan perpindahan ikan dari suatu tempat ke tempat lain. Faktor pembatas penyebaran ikan adalah temperatur. Faktor lain yang mempengaruhi distribusi ikan ialah bentuk garis pantai dan kemiringan dasar laut, variasi salinitas dan arus laut. Pengelompokan yang dipandang cukup memadai ialah dengan memisahkan distribusi ikan dalam dua bidang, yakni paparan bebua dan laut lepas. Paparan benua membentang dari permukaan laut sampai dasar laut pada kedalaman dari 200 m, sedangkan laut lepas mencakup seluruh zona laut di luar paparan benua Rahardjo et al, 2011.

2.2 Ekosistem Terumbu Karang