commit to user 14
Hidrokarbon aromatik lebih berbahaya dibandingkan hidrokarbon alifatik dan alisiklis. Uapnya lebih bersifat iritasi terhadap membran mukosa, dan luka di
bagian dalam dapat terjadi jiga menghisap uap komponen aromatik. Tetapi pada konsentrasi kurang dari 25 ppm biasanya tidak berpengaruh.
Oksidan fotokimia masuk ke dalam tubuh sebagai bagian dari udara dan pada konsentrasi subletal dapat mengganggu proses pernafasan normal. Selain itu
oksidan fotokimia juga dapat menyebabkan iritasi mata. Beberapa gejala diamati pada manusia yang diberi perlakuan kontak dengan ozon, yaitu tidak ditemukan
pengaruh apapun pada konsentrasi ozon sampai 0.2 ppm, dan pada konsentrasi 0.3 ppm mulai terjadi iritasi terrhadap hidung dan tenggorokan. Kontak dengan ozon
pada konsentrasi 1.0 – 3.0 ppm selama 2 jam mengakibatkan pusing berat dan kehilangan koordinasi pada beberapa organ yang sensitif. Kontak dengan ozon
pada konsentrasi sekitar 9.0 ppm selama beberapa waktu mengakibatkan endema pulmonari pada kebanyakan orang.
6. Kontrol terhadap Hidrokarbon dan Polutan Fotokimia
Ozon dan PAN merupakan polutan sekunder, oleh karena itu kontrol dari polutan itu tergantung terhadap kontrol prekursor primer yaitu hidrokarbon dan
nitrogen oksida. Ada empat macam teknik yang digunakan untuk mengontrol emisi hidrokarbon dari sumbernya, yaitu insinerasi, adsorbsi, absorbsi dan
kondensasi. Dua macam alat insinerasi telah digunakan, yang pertama menggunakan api untuk oksidasi lengkap hidrokarbon menjadi CO
2
dan air, di mana efisiensi menghilangkan hidrokarbon sangat tinggi. Alat kedua
menggunakan katalis sehingga oksidasi hidrokarbon lengkap dapat terjadi pada suhu rendah dari pada dalam alat yang pertama. Tetapi masalah yang dihadapi
adalah keracunan katalis. Pada metode adsorbsi, gas-gas buangan dilakukan pada bed yang terdiri
dari adsorber granular terbuat dari karbon aktif. Uap hidrokarbon diadsorbsi pada permukaan karbon dan tetap tinggal pada karbon tesebut sampai kemudian
dihilangkan dengan cara melewatkan uap pada sistem tersebut. Uap dan
commit to user 15
hidrokarbon kemudian dikondensasi menjadi cairan dan hidrokarbon dapat diperoleh kembali untuk penggunaan selanjutnya.
Pada metode absorbsi, caranya hampir sama dengan metode adsorbsi, hanya bedanya gas-gas buang mengalami kontak dengan cairan dimana
hidrokarbon akan larut atau tersuspensi. Kontak antara gas-gas buangan dengan cairan absorbsi biasanya terjadi di dalam kolom atau menara yang tinggi.
Metode kondensasi dilakukan berdasarkan kenyataan bahwa pada suhu rendah gas hidrokarbon akan mengalami kondensasi menjadi cairan. Jadi gas-gas
buangan dilakukan melalui permukaan bersuhu rendah, dan cairan hidrokarbon yang terkondensasi tetap tertinggal dan dapat dikumpulkan.
Kontrol emisi hidrokarbon dari kendaraan bermotor lebih kompleks karena masalahnya bukan saja berasal dari buangan hidrokarbon tetapi juga
penguapan hidrokarbon. Kontrol tersebut terdiri dari sistem kolektor yang mentranspor uap bahan bakar dari tangki bahan bakar dan karburator ke suatu
wadah berisi karbon aktif. Pada sistem ini uap yang terkumpul dapat dikembalikan ke sistem induksi bahan bakar dan dibakar dalam mesin.
Masalah pembersihan hidrokarbon yang belum terbakar dari saluran pembuangan hampir sama dengan yang dilakukan dengan NO
2
dan CO karena ketiga polutan tersebut terjadi bersamaan di dalam saluran pembuangan. Metode
yang dilakukan terhadap CO dapat digunakan untuk hidrokarbon, karena CO
2
merupakan produk akhir yang diinginkan dari pembakaran CO dan hidrokarbon. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Hidrokarbon CO
2
+ H
2
O
CO CO
2
Usaha masih terus dilakukan untuk mengembangkan suatau reaktor ekshaust thermal yang sekaligus dapat memecahkan masalah emisi hidrokarbon
dan CO. Sumber : Srikandi Fardiaz 1992: 121
pembakaran
pembakaran
commit to user 16
Gambar 2. Reaktor Ekshaust Thermal
7. Stainless Steel