Deskripsi Fiktif Alat Tambahan

commit to user 18 Sebagai tambahan, duplex stainless steel ketahanan korosinya sedikit lebih baik dibanding 304 dan 316 tetapi ketahanan terhadap pitting coorrosion jauh lebih baik superior dibanding 316. Ketangguhan duplex stainless steel akan menurun pada temperatur dibawah – 50 o C dan diatas 300 o C. e. Precipitation Hardening Stainless Steel Precipitation hardening Stainless Steel adalah stainless steel yang keras dan kuat akibat dari dibentuknya suatu presipitat endapan dalam struktur mikro logam. Sehingga gerakan deformasi menjadi terhambat dan memperkuat material stainless steel. Pembentukan ini disebabkan oleh penambahan unsur tembaga Cu, Titanium Ti, Niobium Nb dan alumunium. Proses penguatan umumnya terjadi pada saat dilakukan pengerjaan dingin cold work.

8. Deskripsi Fiktif Alat Tambahan

Penguraian gas buang hidrokarbon dilakukan pada alat bantu tambahan, sedangkan energi untuk proses penguraian gas buang hidrokarbon diperoleh dari panas hasil proses pembakaran di ruang bakar, yang didistribusikan melalui pipa stainless steel yang diisolasi dengan asbes. Isolasi pada pipa bertujuan untuk mempertahankan temperatur gas panas pada pipa agar tetap tinggi, namun temperatur di luar isolasi adalah aman bagi pengendara. Perpindahan panas pada pipa adalah mengikuti metode perpindahan panas pada sistem radial, yakni di bagian tengah pipa memiliki temperatur yang sangat tinggi, sedangkan temperatur isolasi terluar adalah sama dengan temperatur udara ambien. Temperatur gas buang hasil proses pembakaran adalah sekitar 850 K dengan tekanan mendekati 1 atm. Hukum Hess menyatakan bahwa kalor yang diperlukan untuk menguraikan gas buang hidrokarbon menjadi komponen C dan H adalah tetap, serta tidak tergantung pada tahapan proses. Sesuai dengan hukum Hess, maka besarnya energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan atom H dan C adalah tetap. Dengan demikian, maka energi panas yang harus disalurkan pada pipa haruslah tetap yang dijaga dengan commit to user 19 menggunakan isolasi asbes. Sistem pertukaran panas akan menjamin tetap nya energi panas yang mengalir di pipa. Meskipun untuk menguraikan gas buang HC tidak tergantung pada proses, namun waktu untuk menguraikan gas buang HC tetap diperhitungkan sesingkat mungkin dengan cara menukarkan panas sebesar mungkin. Hal ini dapat terwujud apabila tekanan kerja juga dapat dipertahankan konstan. Alat tambahan harus bekerja pada tekanan konstan di mana penurunan tekanan tidak boleh melebihi 10 dari tekanan kerjanya. Karena fluida yang mengalir di dalam pipa dan distributor adalah gas, maka faktor kompresibilitas diperhitungkan secara seksama mengingat harga massa jenis gas yang sangat kecil. Bentuk distributor gas adalah dalam upaya memperkecil faktor kompresibilitas tersebut. Separasi pada aliran gas buang, tepatnya di daerah ceratan, mengakibatkan timbulnya bentuk re-sirkulasi aliran. Aliran utama gas buang terus mengalir serta selanjutnya berangsur-angsur mengalami perlambatan. Pada wilayah tersebut maka luas permukaan aliran menjadi sangat minimum, sehingga dikhawatirkan terjadi penurunan tekanan akibat adanya perubahan permukaan secara tiba – tiba abrupt contraction, meskipun tekanan adalah seragam sepanjang permukaan. Karena tekanan dipertahankan konstan, maka kecepatan aliran di titik 2 mendekati nol, sedemikian juga yang terjadi dengan laju aliran massa teoritisnya. Karenanya, bentuk dan ukuran distributor gas dan posisi pendistribusian gas buang merupakan dua parameter penting dalam perancangan distributor, agar aliran gas panas dari distributor tidak mengalami perlambatan saat masuk ke dalam pipa. Sistem pada alat tambahan bekerja pada kondisi tekanan konstan. Karenanya, faktor penting yang perlu dikaji dalam perancangan alat tambahan adalah upaya untuk mempertahankan agar penurunan tekanan tidak melebihi 10 dari tekanan kerja, sehingga dikategorikan sebagai suatu sistem dengan kondisi tekanan konstan. Penurunan tekanan selain disebabkan oleh adanya rugi – rugi commit to user 20 pada saat masuk dan keluar, juga sangat tergantung pada bentuk dan ukuran dari alat tambahan. Penurunan tekanan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Δp = . + k c + k e + σ. .ρ Dimana: Δp = penurunan tekanan di dalam alat f = faktor gesek permukaan alat L = panjang alat D = diameter alat k c = faktor penurunan tekanan akibat adanya saluran masuk k e = faktor penurunan tekanan akibat adanya saluran keluar σ = faktor penurunan tekanan akibat perbedaan luas penampang V = kecepatan gas yang mengalir dalam alat ρ = massa jenis gas buang yang mengalir Setiap mol gas buang HC yang diuraikan, memerlukan kalor sebesar 26 kkal. Proses perpindahan panas adalah serupa dengan proses pertukaran panas pada penukar panas ringkas compact heat exchanger gas to gas, sehingga besarnya perpindahan panas di dalam alat tambahan dicari dengan persamaan: Q = UAΔT lmtd Di mana: U = harga perpindahan panas menyeluruh yang mampu dipertukarkan di dalam alat tambahan, A = luas permukaan total dari alat tambahan, T lmtd = beda temperatur logaritmik antara gas buang temperatur tinggi dengan gas buang temperatur rendah. T 2i = temperatur gas buang yang masuk ke dalam alat tambahan, T 2o = temperatur gas buang yang disirkulasikan kembali, commit to user 21 T 1i = temperatur gas buang dari knalpot T 1o = temperatur gas buang yang dilepas ke udara bebas, h hot = koefisien pertukaran panas konveksi pada temperatur T 2i , h cold = koefisien pertukaran panas konveksi pada temperatur T 1i . Keduanya dicari berdasarkan pada bilangan Reynolds dan Prandtl, dengan persamaan berikut: Di mana: k = konduktivitas termis gas buang pada temperatur logaritmik D = diameter alat tambahan. Sedangkan harga Reynolds number tergantung pada kecepatan aliran V, massa jenis ρ dan kekentalan dinamis μ dari gas buang, pada temperatur logaritmik. Harga Prandtl number Pr dicari pada tabel di buku perpindahan panas juga pada temperatur logaritmik. Dari pemaparan di atas, maka ada beberapa parameter yang mesti dikontrol, yang meliputi: temperatur gas buang yang keluar dari knalpot, temperatur gas buang yang didistribusikan untuk proses pemanasan, temperatur gas buang yang akan disirkulasikan kembali, temperatur gas buang yang dilepas ke udara bebas, diameter dan panjang pipa untuk distribusi gas bertemperatur tinggi dan diameter dan panjang pipa untuk sirkulasi gas bertemperatur lebih rendah. Ukuran alat tambahan tergantung pada nilai temperatur yang akan dilepaskan ke udara, dimana semakin rendah temperatur yang akan dilepaskan maka semakin panjang ukuran alat tambahan tersebut. Sumber: IGB Kusuma, 1995

B. Penelitian yang Relevan

Beragam eksperimen dengan bahan yang berbeda ataupun sama telah dilakukan para peneliti sebelumnya antara lain Javavonic et al., 1995, menggunakan bahan Ruthenium Ru sebagai katalis untuk mengontrol

Dokumen yang terkait

PERANCANGAN KNALPOT BERBASIS SPONGE STEEL UNTUK MENURUNKAN EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR

1 11 65

PENGARUH PENAMBAHAN REHEATER PADA KNALPOT TERHADAP EMISI GAS BUANG CO SEPEDA MOTOR YAMAHA JUPITER Z TAHUN 2004

0 5 49

PENGARUH PENGGUNAAN KUNINGAN SEBAGAI KATALIS PADA SALURAN BUANG YAMAHA JUPITER Z TAHUN 2004 TERHADAP KONSENTRASI GAS HC

0 3 57

pengaruh pengunaan busi pijar sebagai pemanas dan jenis bahan bakar terhadp emisi gas buang CO dan HC pada sepeda motor yamaha jupiter Z 2008.

0 0 4

PENGARUH PENGGUNAAN BUSI PIJAR SEBAGAI PEMANAS BAHAN BAKAR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG CO DAN HC PADA SEPEDA MOTOR JUPITER Z TAHUN 2008 SEBAGAI PENGAYAAN MATA KULIAH SEPEDA MOTOR.

0 1 4

PENGARUH VARIASI JUMLAH BUSI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP EMISI GAS BUANG CO SEPEDA MOTOR YAMAHA JUPITER Z TAHUN 2009.

0 0 17

PENGARUH PEMASANGAN ELEKTROMAGNET PADA SISTEM BAHAN BAKAR DAN IGNITION BOOSTER PADA KABEL BUSI TERHADAP EMISI GAS BUANG CO DAN HC PADA SEPEDA MOTOR YAMAHA JUPITER Z.

1 5 19

PENGARUH RASIO KOMPRESI TERHADAP EMISI GAS BUANG CO DAN HC DENGAN BAHAN BAKAR LIQUEFIED PETROLEUM GAS PADA SEPEDA MOTOR YAMAHA JUPITER Z 110 CC.

0 0 20

PENGARUH RASIO KOMPRESI TERHADAP EMISI GAS BUANG CO DAN HC DENGAN BAHAN BAKAR LIQUEFIED PETROLEUM GAS PADA SEPEDA MOTOR YAMAHA JUPITER Z 110 CC | Indrawan | Jurnal Nosel 8196 17175 1 SM

0 1 10

PENGARUH VARIASI JUMLAH BUSI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP EMISI GAS BUANG CO SEPEDA MOTOR YAMAHA JUPITER Z TAHUN 2009 | Hakim | Jurnal Nosel 8186 17157 1 SM

0 0 13