commit to user 41
D. Rancangan Penelitian
Murti Sumarni 2005:47 mengatakan bahwa, ―desain penelitian merupakan perencanaan, struktur, dan strategi penelitian dalam rangka menjawab pertanyaan
dan mengendalikan penyimpangan yang mungkin terjadi.‖ Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa kontribusi dan tingkat
efisiensi dan efektifitas pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta. Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan
analisis rasio. Mudrajad Kuncoro 2003 mengatakan bahwa, ―analisis kuantitatif merupakan analisis yang menggunakan data yang dikutip dalam suatu skala
numerik atau angka.‖ Analisis deskriptis menurut Murti Sumarni 2006:101 mengatakan bahwa, ―analisis deskriptif berguna untuk menunjukkan pengukuran
kondisi atau posisi suatu subyek pada waktu tertentu‖.
Proses penelitian ini diawali dengan pengambilan data-data yang terkait dengan kierja pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta, yang meliputi data
realisasi Pendapatan Asli Daerah, terget pemungutan Pajak Daerah, realisasi pemungutan Pajak Daerah, dan biaya pemungutan Pajak Daerah. Data yang sudah
terkumpul dilakukan proses berikutnya yaitu penghitungan secara kuantitatif kontribusi, efisiensi dan efektifitas pemungutan Pajak Daerah dengan
menggunakan metode analisis rasio, disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil analisis kemudian di diskripsikan untuk menjelaskan kontribusi dan tingkat
efisiensi dan efektifitas pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta beserta faktor- faktor yang mempengaruhi.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses urut-urutan data dengan mengorganisir data dalam satu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu dengan mengunakan metode analisis rasio atau Cost of Collection Efficiensy Ratio CCER, yaitu dengan membandingkan input atau
biaya yang dikeluarkan dalam pemungutan Pajak Daerah dan realissasi penerimaan Pajak Daerah. Untuk mengetahui tingkat efektivitas pemungutan
commit to user 42
Pajak Daerah dilakukan dengan membandingkan antara target penerimaan Pajak Daerah dengan Realisasi penerimaan Pajak Daerah.
1. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah
Terhadap Pendapatan Daerah
Kontribusi Pendapatan Asli Daerah adalah indikator yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan Pendapatan Asli Daerah terhadap total
Pendapatan A Daerah. Untuk menghitung kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Pandapatan Daerah menggunakan rumus sebagai berikut:
Kontribusi Pendapatan Asli Daerah menunjukkan tingkat rasio kemandirian keuangan daerah. Semakin tinggi kontribusi Pendapatan Asli Daerah,
berarti semakin tinggi rasio kemandirian keuangan daerah. Artinya semakin tinggai rasio kemandirian keuangan daerah Pemerintah Kota Surakarta sudah
mampu mengoptimalkan penggalian potensi Pendapatan Asli Daerah dan ketergantungan keuangan daerah terhadap Dana Perimbangan dari Pemerintah
Pusat semakin rendah. Dengan demikian Pendapatan Daerah tinggi dan bisa digunakan sebesar-besarnya untuk pembangaunan daerah.
2. Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kontribusi Pajak Daerah adalah indikator yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan Pajak Daerah terhadap total Pendapatan
Asli Daerah. Untuk menghitung kontribusi Pajak Daerah terhadap Pandapatan Asli Daerah menggunakan rumus sebagai berikut:
Penerimaan Pajak Daerah tahun ke-n Kontribusi Pajak Daerah =
x 100 Penerimaan PAD tahun ke-n
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah tahun ke-n Kontribusi PAD =
x 100 Pendapatan Daerah tahun ke-n
commit to user 43
Semakin besar penerimaan Pajak Daerah berarti semakin besar pula tingkat kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah. Dimana bila
kontribusi Retribusi Daerah semakin tinggi maka Pendapatan Asli Daerah akan meningkat. Apabila terjadi hal sebaliknya dimana kontribusi Pajak Daerah turun
maka perlu usaha untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui pemungutan Pajak Daerah.
3. Tingkat Efisiensi Pemungutan Pajak Daerah
Efisiensi daya guna mempunyai pengertian yang berhubungan erat degan konsep produktivitas. Menurut Mohammad Mahsun 2006: 187 menyatakan
bahwa ―Pengukuran efisiensi dilakukan dengan mengguakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan
cost output”. Sehingga untuk mengukur tingkat efisiensi pemungutan Pajak Daerah adalah dengan
membandingkan biaya untuk memperoleh Pajak Daerah dengan hasil perolehan Pajak Daerah.
Untuk menghitung efisiensi pemungutan Pajak Daerah menggunakan rumus sebagai berikut:
Kriteria Efisiensi adalah : Jika diperoleh nilai kurang dari 100 x 100 berarti efisien.
Jika diperoleh nilai sama dengan 100 x = 100 berarti efisiensi
berimbang. Jika diperoleh nilai lebih dari 100 x 100 berarti tidak efisien.
4. Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Daerah
Efektivitas hasil guna merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Pengertian efektifitas pada dasarnya
berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan
Biaya Pemungutan Pajak Daerah tahun ke-n Efisiensi Pajak Daerah =
x 100 Penerimaan Pajak Daerah tahun ke-n
commit to user 44
dan sasaran akhir. Untuk menghitung efektivitas pemungutan Pajak Daerah dilakukan dengan membandingkan antara realisasi pendapatan Pajak Daerah
dengan target pendapatan Pajak Daerah. Menurut Mohammad Mahsun 2006:187 menyatakan bahwa ―Pengukuran tingkat efektivitas memerlukan data-data
realisasi pendapatan dan anggaran atau target pendapatan.‖
Untuk menghitung efektivitas pemungutan Pajak Daerah bisa dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kriteria Efektivitas: Jika diperoleh nilai kurang dari 100 x 100 berarti tidak efektif.
Jika diperoleh nilai sama dengan 100 x = 100 berarti efektivitas
berimbang. Jika diperoleh nilai lebih dari 100 x 100 berarti efektif.
Realisasi Pendapatan Pajak Daerah tahun ke-n Efektivitas Pajak Daerah =
x 100 Target Penerimaan Pajak Daerah tahun ke-n
commit to user 45
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Surakarta, Propinsi Jawa Tengah. Kota Surakarta dikenal sebagai kota perdagangan dan jasa. Kota Surakarta saat ini telah
mengalami pertumbuhan yang pesat, karena letaknya yang strategis, karena diapit oleh Kabupaten Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, dan Klaten. Selain itu
Kota Surakarta juga berada di tengah-tengah di antara wilayah DIY dan Semarang, hal ini sangat menguntungkan karena dapat meningkatan pendapatan
daerah yaitu yang berasal dari sektor pariwisata dan perdagangan. Tumbuhnya sektor perdagangan dan jasa di Kota Surakarta memicu
tumbuhnya potensi pendapatan Pajak Daerah Kota Surakarta, yang merupakan salah satu penopang pendaptan Asli Daerah Kota Surakarta, sehingga menarik
untuk melakukan penelitian tentang Pajak Daerah di Kota Surakarta. Berikut di sampaikan deskripsi Kota Surakarta yang meliputi kondisi geografis, kondisi
sosial dan sumber daya manusia, dan kondisi ekonomi regional.
1. Kondisi Geografis dan Sumberdaya Alam
Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo, merupakan sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan
pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 meter diatas permukaan air laut. Dengan luas sekitar 44km
2
, Kota Surakarta terletak di an tara 110 45’ 15‖ – 110
45’ 35‖ Bujur Timur dan 70’ 36‖ – 70’ 56‖ Lintang Selatan. Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh tiga sungai besar yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes,
dan Kali Pepe. Sungai Bengawan Solo pada zaman dahulu sangat terkenal dengan keelokan panorama serta lalu lintas perdagangan.
Batas wilayah kota Surakarta sebelah utara adalah Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali. Batas wilayah sebelah timur adalah Kabupaten
Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar. Batas wilayah sebelah barat adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, sedang batas wilayah sebelah
commit to user 46
selatan adalah Kabupaten Sukoharjo. Surakarta terbagi dalam lima wilayah kecamatan yang terdiri dari 51 kelurahan yang mencangkup 592 RW dan 2644
RT. Suhu udara maksimum Kota Surakarta adalah 32,5
o
Celcius, sedang suhu udara minimum adalah 21,9
o
Celcius. Rata-rata tekanan udara adalah 1010,9 MBS dengan kelembaban udara 75. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah angin 240
o
. Solo beriklim tropis, sedang musim penghujan dan kemarau bergantian sepanjang
6 bulan tiap tahunnya. Kota Surakarta merupakan salah satu Kota Budaya di Indonesia, hal ini
dapat dilihat dengan adanya peninggalan sejarah yaitu berupa bangunan Keraton Kasunanan dan Keraton Mangkunegaran, bangunan oleh kolonialisme Belanda
Benteng Verstenburg dan Bangunan Pasar Gedhe Hardjonegoro yang dahulu kala merupakan pusat perekonomian di Kota Surakarta.
Kota Surakarta merupakan urban area, sehingga potensi sumber daya alam yang terkandung di dalamnya relatif terbatas. Sebagaimana karakteristik daerah
perkotaan lainnya, sektor pertanian di Kota Surakarta memiliki peranan dan kontribusi yang semakin menurun dalam pembentukan produksi daerah, bahkan
untuk kepentingan penyediaan hasil bumi, Kota Surakarta mengandalkan dari daerah sekitar, baik produk pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan,
maupun peternakan. Lahan pertanian yang ada di wilayah Kota Surakarta sudah banyak beralih fungsi menjadi areal pemukimam dan industri.
2. Kondisi Sosial dan Sumber Daya Manusia
Kondisi sosial politik sejak tahun 2004 lalu dapat dikatakan relatif tenang dan stabil. Modal dasar ini nampaknya tidak disia-siakan oleh para pelaku
ekonomi. Pulihnya Pasar Gedhe juga member andil bergeraknya pembangunan ekonomi di Kota Surakarta. Keadaan di atas tentu merupakan hasil upaya terpadu
baik dari pemerintah maupun masyarakat. Tahun 2004 merupakan tahun dengan situasi sosial politik yang paling kondusif sejak terjadinya krisis multidimensi
beberapa waktu yang lalu. Keadaan ini mendorong para pelaku ekonomi tumbuh kembali secara sehat.
commit to user 47
Jumlah penduduk yang besar di suatu wilayah merupakan unsur penting bagi pembagunan. Penduduk yang besar jika dibina dan dikembangkan dengan
baik akan menjadi potensi dan Sumber Daya Manusia yang tangguh dalam mendukung pembangunan. Jumlah penduduk Kota Surakarta dari tahun ke tahun
terus bertambah. Penduduk merupakan sumber daya manusia yang secara potensial dan dinamis mampu mengelola Sumber Daya Alam dan Sumber daya
Buatan yang ada yang ada untuk mecapai tingkat produktivitas yang optimal sehingga dapat meningkatan kesejahteraan masyarakat secara luas. Meningkatnya
jumlah penduduk disebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini di karenakan untuk di Jawa Tengah Kota Surakarta termasuk dalam kota yang
cukup maju dan berkembang dibandingkan kota-kota lainnya di jawa tengah.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun
Laki-laki Perempuan
Jumlah Total Rasio Jenis
Kelamin 1
2 3
4 5
2003 242,591
254,643 254,643
95,27 2004
249,278 261,433
261,433 95,35
2005 250,868
283,672 283,672
88,44 2006
254,259 258,639
258,639 98,31
2007 246,132
269,240 515,372
91,42 2008
247,245 275,690
522,935 89,68
Sumber: BPS Kota Surakarta
Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2008 adalah 522,935 jiwa terdiri dari 247,245 laki-laki dan 275,690 perempuan. Jumlah penduduk tahun
2008 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk lima tahun sebelumnya pada tahun 2003 hasil sensus sebesar 254,643 jiwa, berarti dalam lima tahun terakhir
Kota Surakarta mengalami kenaikan sebanyak 21,047 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk disebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi.
commit to user 48
Tabel 4. Luas Daerah, Pembagian Wilayah Administrasi dan Jumlah Penduduk Kota Surakarta tahun 2008
Kecamatan Luas
Wilayah km
2
Jumlah Penduduk
Kelurahan Kepadatan
Penduduk 1
2 3
4 5
Serengan 3,19
63,558 7
19,899 Laweyan
8,63 109,930
11 12,723
Jebres 12,58
142,292 11
11,311 Pasar Kliwon
4,82 87,980
9 18,272
Banjarsari 14,81
162,093 13
10,945 Jumlah
44,04 565,853
51 12,849
Sumber : BPS Kota Surakarta
Apabila jumlah penduduk pada Tahun 2008 tersebut dibandingkan dengan luas wilayah yang sebesar 4.404 km
2
, kepadatan penduduknya adalah 12.849 jiwakm
2
yang tersebar di 5 lima kecamatan, 51 kelurahan yang mencakup 529 RW dan 2645 RT. Sebagaian besar penduduk bekerja di sektor perdagangan dan
juga sektor industri dan jasa. Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah kecamatan Banjarsari. Sedangan yang paling sempit wilayahnya adalah Serengan.
Dan wilayah serengan merupakan kecamatan yang terpadat penduduknya, dengan luas wilayah yang kecil yaitu 3,19 km
2
kepadatan pendudunya mencapai 19.899 jiwakm
2
.
commit to user 49
Tabel 5. Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1995-2008
Tahun Jumlah
Penduduk Pertumbuhan Jiwa dari
Kurun Waktu Sebelumnya Pertumbuhan
Penduduk 1
2 3
4 2003
497234 7020
0.48 2004
510711 13477
2.71 2005
534540 23829
4.66 2006
512898 -21642
-4.05 2007
515372 2.474
0,48 2008
522.935 7.563
1,47 Sumber : BPS Kota Surakarta
Berdasarkan tabel pertumbuhan penduduk diatas, penduduk di wilayah Kota Surakarta selalu mengalami tingkat pertumbuhan yang positif, kecuali pada
2006. Pada tahun 2006, pertumbuhan penduduk di angka -4,05 hal ini terjadi karena adanya factor mortalitas atau kematian dan berpindahnya tempat tinggal
seseorang.
3. Kondisi Sosial Ekonomi
a. Kemampuan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Komposisi berdasarkan tingkat pendidikan adalah jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan yang telah dan sedang ditempuh, dalam hal ini
pendidikan formal. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Surakarta, komposisi penduduk dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini:
commit to user 50
Tabel 6. Penduduk Usia 5 tahun ke atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan di Kota Surakarta tahun 2008
Pendidikan Tertinggi Laki-laki
Perempuan Jumlah Total
1 2
3 4
Tdk Punya Ijasah SD 36.745
41.008 77.752
SD 36.268
49.779 86.047
SMP Umum Kejuruan 41.246
43.139 84.384
Madrasah Tsanawiyah 474
474 948
SMU 1423
1897 3.319
Madrasah Aliyah 54.995
53.341 108.337
SMK 237
474 711
D I II 12.566
14.220 26.786
D IIISarmud 1.658
3.319 4.977
DIV S1 9.244
10.902 20.146
S2S3 28.448
24.656 53.103
JUMLAH 1.897
24.656 53.103
Sumber : Kota Surakarta Dalam Angka 2006 diolah
Pendidian yang paling tinggi yang ditamatkan di wilayah Kota Surakarta yang jumlahnya paling besar adalah tamatan Madrasah Aliyah. Sedangan untuk
urutan yang ke dua, adalah penduduk dengan lulusan SD. Kemudian penduduk tamatan SMP berada di urutan ke tiga. Sedangan untuk tamatan dari sebuah PT
atau seorang sarjana sebesar 20.146jiwa. Pendidikan terakhir seseorang penduduk dapat menentukan tingkat mata pencaharian di wilayah Kota
Surakarta.
b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Komposisi menurut mata pencaharian merupakan jumlah penduduk yang bekerja usia 10 tahun ke atas menurut pekerjaan yang dijalaninya. Berdasarkan
data dari Badan Pusat Statistik Surakarta, pada tahun 2008 jenis lapangan
commit to user 51
pekerjaan yang ditekuni penduduk Kota Surakarta ada berbagai macam. Pada table dibawah akan memperlihatkan banyaknya penduduk menurut mata
pencahariannya.
Tabel 7. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian Usia 10 tahun ke atas di Kota Surakarta Tahun 2007-2008
Mata Pencaharian 2007
2008 1
2 4
Petani Sendiri 450
456 Buruh Tani
438 429
Pengusaha 8.752
8.254 Buruh Industri
74.655 70.034
Buruh Bangunan 63.114
62.759 Pedagang
32.710 32.374
Angkutan 15.347
15.776 PNSTNIPOLRI
26.445 26.424
Pensiunan 16.974
22.683 Lain-lain
162.526 162.290
JUMLAH 401.411
401.179 Sumber : Kota Surakarta Dalam Angka 2006 diolah
Mata pencaharian yang paling banyak berdasarkan tabel diatas adalah sebagai buruh industri sebesar 70.034. banyak penduduk Sedangan dari mata
pencaharian yang lain menunjukan angka pertumbuhan yang negatif, ini berarti banyak penduduk yang alih profesi.
c. Produk Domestik Regional Bruto PDRB
PDRB merupakan salah satu indikator perkembangan perekonomian suatu daerah. Perhitungan PDRB yang dilakukan dengan harga konstan berarti dalam
perhitungan telah dihilangkan pengaruh-pengaruh terhadap merosotnya nilai mata uang.
commit to user 52
Perhitungan PDRB Kota Surakarta Tahun 2007-2008 berdasarkan harga konstan 2000 dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :
Tabel 8. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun 2005-2006
Jutaan Rupiah Lapangan Usaha
2007 2008
1 2
4 Pertanian
4.259,39 4.726,23
Penggalian 2.525,78
2.945,24 Industri Pengolahan
1.681.790,35 1.838.499,20
Listrik, Gas, dan Air bersih 186.120,5
203.337,92 Bangunan
924.664,68 1.140.846,43
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
1.711.789,42 1.984.698,20
Angkutan dan Komunikasi 802.106,24
884.951,75 Keuangan, Sewa, dan Jasa
Perusahaan 763.887,99
863.921,29 Jasa-jasa
831.953,32 977.959,30
PDRB 6.909.094,57
7.901.886,06 Sumber : Kota Surakarta Dalam Angka 2006 diolah
Berdasarkan table 4.6 di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2007-2008 sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran memberikan kontribusi paling besar
pada PDRB Kota Surakarta. Dan yang memberikan kontribusi paling kecil adalah sektor penggalian yaitu sebesar 2.945,24. Sektor pertanian merupakan
sektor yang konstan. Dan untuk sektor-sektor lainnya industri pengolahan; bangunan; perdagangan; angutan dan kominikasi; keuangan, sewa dan jasa
perusahaan dan jasa-jasa mengalami kenaikan.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian