commit to user 16
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, merupakan era baru dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Pemerintah Indonesia telah mengalami perubahan sistem
pemerintahan dari sistem sentralisasi manjadi sistem desentralisasi dan dekonsentrasi. Hal ini sesuai dengan pasal 18 UUD 1945 beserta penjelasannya
yaitu bahwa penyelenggaraan pemerintahan di daerah dilaksanakan melalui asas desentralisasi dan asas dekonsentrasi. Berdasarkan asas desentralisasi dan
dekonsentrasi lahirlah daerah otonom dan wilayah adminisratif yang mencerminkan pembagian tugas dan wewenang atau fungsi pemerintahan.
Tujuan dari otonomi daerah adalah daerah mampu mengurusi persoalan daerahnya secara lebih otonom, termasuk dalam perencanaan dan pelaksanaan
anggaran daerah, karena yang lebih mengetahui persoalan daerah adalah daerah itu sendiri. Harapannya Pemerintah Daerah mampu secara lebih otonom menggali
dan mengelola kekayaan daerahnya untuk membiayai pembangunan daerahnya. Dengan diberlakukannya otonomi daerah, Pemerintah Daerah diharapkan mampu
menggali potensi sumber-sumber pendapatan daerahnya, sehingga kemandirian keuangan daerah juga meningkat, yang pada akhirnya dapat dioptimalkan untuk
pembangunan daerah. Sumber pendapatan daerah dalam arti luas adalah pendapatan yang
meliputi pendapatan yang berasal dari pemerintah daerah sendiri dan pendapatan dari pemerintah pusat. Sedangkan pendaptan daerah dalam arti sempit adalah
Pendapatan Asli Daerah PAD. Sumber-sumber pendapatan daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah sebagai berikut:
commit to user 17
1. Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari:
a. Hasil pajak daerah;
b. Hasil retribusi daerah;
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
2. Dana Perimbangan
a. Dana Bagi Hasil
b. Dana Alokasi Khusus DAK
c. Dana Alokasi Umum DAU
3. Lain-lain pendaptan daerah yang sah.
Sumber-sumber Pendapatan Daerah yang sudah ditetapkan dalam Undang- undang memberikan keleluasaan bagi Pemerintah Daerah untuk menggali dan
mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah sebagai komponen utama Pendapatan Daerah. Tujuan otonomi daerah mewujudkan kemandirian keuangan daerah dapat
terwujud jika Pemerintah Daerah mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sehingga mampu membiayai pembangunan daerah, maka kesejahteraan
masyarakat yang merata di Indonesia akan terwujud. Sistem otonomi daerah diterepkan dengan harapan mampu mewujudkan
kesejahteraan masyrakat yang merata ternyata belum sesuai dengan kenyataan yang ada. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya kemandirian keuangan daerah di
berbagai daerah di Indonesia. Selama ini sumbangan dan bantuan dari pemerintah pusat masih menjadi sumber terbesar dari pendapatan daerah. Hal ini
menunjukkan bahwa ketergantungan pemerintah daerah masih cukup besar. Persoalan rendahnya kemandirian keuangan daerah juga menjadi
persoalan pada Pemerintah Kota Surakarta. Potensi Pendapatan Asli Daerah belum tergali secara optimal, sehingga kemandirian keuangan daerah Kota
Surakarta masih rendah. Realisasi penggalian Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta belum mampu mengimbangi kebutuhan belanja daerah yang cukup
besar. Sehingga ketergantungan Pendapatan Daerah Surakarta masih sangat tinggi pada dana perimbangan dari pusat. Hal ini dapat kita lihat dalam tabel 1.1 tentang
commit to user 18
kontribusi dan daya tumbuh Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan Daerah Surakarta tahun 2004-2009 sebagai berikut:
Tabel 1. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan Daerah Kota Surakarta Tahun 2004-2008
Tahun Anggaran
PAD Pendapatan
Daerah
Kontribusi
Pertumbuhan Kontribusi
1 2
3 4
5
2004 59.101.372.207
369.147.584.321 16,01
- 2005
66.134.871.255 373.595.789.346
17,70 110,57
2006 78.637.865.549
510.880.033.618 15,39
86,95 2007
89.430.977.982 601.429.870.735
14,87 84,00
2008 102.989.919.369
751.267.161.957
14,6
89,06 Rata-rata
79.259.001.272 521.264.087.995
15,54 74,12
Sumber : DPPKAD Kota Surakarta
Dari 1.1 dapat disimpulkan bahwa kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan Daerah Kota Surakarta masih sangat rendah. Rata-rata
kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan Daerah Kota Surakarta tahun 2004-2008 sebesar 521,264,087,995 atau 15,54 dari keseluruhan
Pendapatan Daerah. Bahkan kontribusi Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta menurun dari tahun ke tahun, tahun 2005 kontribusinya mencapai 17,7 dan pada
tahun 2008 menurun hingga 14,6. Pertumbuhan kontribusi Pendapatan Asli Daerah Koa Surakarta juga menurun, pada tahun 2005 sebesar 110,57 dan pada
tahun 2008 sebesar 89,06. Artinya kontribusi Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta tidak sebanding dengan banyaknya dana perimbangan dari pemerintah
pusat dan naiknya kebutuhan anggaran daerah.
commit to user 19
Tabel 2. Kontribusi Dana Perimbangan terhadap Pendapatan Daerah Kota Surakarta Tahun 2004-2008
Tahun Anggaran
Dana Perimbangan
Pendapatan Daerah
Kontribu si
Pertumbuha n Kontribusi
1 2
3 4
5
2004 272.175.050.845
369.147.584.321 16,01
- 2005
270.158.691.362 373.595.789.346
17,70 98,08
2006 431.666.955.420
510.880.033.618 15,39
116,87 2007
451.279.770.315 601.429.870.735
14,87 88,78
2008 596.707.189.804
751.267.161.957 14,6
105,85 Rata-rata
404.397.531.549 521.241.519.846
77,00 81,92
Sumber : DPPKAD Kota Surakarta
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa Pendaptan Daerah masih di dominasi oleh Dana Perimbangan dari pemerintah pusat. Dari rata-rata Pendapatan Daerah Kota
Surakara tahun 2004-2008 sebesar Rp 521.264.087.995,00 kontribusi Dana Perimbangan mencapai Rp 404.397.531.549,00 atau 77 dari total Pendapatan
Daerah. Hal ini menujukkan adanya persoalan rendahnya rasio kemandirian keuangan daerah yang serius di Kota Surakarta dan tingginya angka
ketergantungan keuangan daerah kepada dana perimbangan dari pemerintah pusat. Persoalan rendahnya rasio kemandirian keuangan daerah di Kota
Surakarta harus diatasi dengan meningkatkan dan menggali kembali potensi Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta. Pemerintah Kota Surakarta juga harus
melakukan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi penggalian Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta, sehingga dapat meningkatkan Penndapatan Asli Daerah
Kota Surakarta dan meningkatkan rasio kemandirian keuangan daerah Kota Surakarta.
Pajak daerah merupakan komponen utama dari sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta. Untuk meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah Kota Surakarta maka diperlukan evaluasi dan analisis realisasi Pajak Daerah dari penggalian yang sudah dilakukan. Analisis tersebut dapat mencakup
commit to user 20
kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta, efisiensi dan efektifitas pemungutan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kota Surakarta. Dengan analisis efisiensi dan efektifitas pemungutan pajak daerah dapat dijadikan bahan evalusi penggalian Pendapatan Asli Daerah
Kota Surakarta, yang pada akhirnya dapat dijadikan sebagai dasar untuk menentukan
rekomendasi-rekomendasi kebijakan
untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta. Akhirnya kemandirian keuangan daerah Kota Surakarta dapat meningkat dan mampu mencukupi kebutuhan belanja daerah
yang tinggi, sehingga kesejahteraan masyarakat Kota Surakarta dapat meningkat.
B. Perumusan Masalah