BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Tambahan Pangan 2.1.1 Pengertian Bahan Tambahan Pangan
Pengertian bahan tambahan pangan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 772MenkesPerIX1988 dan Nomor 168MenkesPERX1999 secara
umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak
mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan,
pengepakan, pengemasan dan penyimpanan. Bahan tambahan pangan BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam
makanan untuk mempengaruhi sifat ataupun bentuk makanan. Bahan tambahan pangan itu bisa memiliki nilai gizi, tetapi bisa pula tidak. Menurut ketentuan yang
ditetapkan, ada beberapa kategori BTP. Pertama, bahan tambahan pangan yang bersifat aman, dengan dosis yang tidak dibatasi, misalnya pati. Kedua, bahan
tambahan pangan yang digunakan dengan dosis tertentu, dan dengan demikian dosis maksimum penggunaannya juga telah ditetapkan. Ketiga, bahan tambahan
yang aman dan dalam dosis yang tepat, serta telah mendapatkan izin beredar dari instansi yang berwenang Yuliarti, 2007.
2.1.2 Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan BTP
Menurut anonim 2010, secara khusus tujuan penggunaan BTP di dalam pangan adalah untuk mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
mikroba perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan, membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan
lebih enak di mulut, memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera, meningkatkan kualitas pangan dan menghemat biaya.
Menurut Cahyadi 2009, tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya
simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Pada umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi
menjadi dua golongan besar, yaitu sebagai berikut: a.
bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud
penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa, dan membantu pengolahan, sebagai contoh pengawet, pewarna dan pengeras.
b. bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang
tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan
selama proses produksi, pengolahan dan pengemasan. Berdasarkan sumbernya, bahan tambahan pangan terbagi dua yaitu sumber
alamiah, seperti lisin, asam sitrat dan lain sebagainya dan bahan sintesis dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis,
baik susunan kimia maupun sifat meta bolismenya, misalnya β-karoten dan asam
askorbat. Pada umumnya bahan sintesis mempunyai kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih stabil dan lebih murah, tetapi adapula kelemahannya, yaitu sering terjadi
Universitas Sumatera Utara
ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan dan kadang-kadang bersifat karsinogenik yang dapat merangsang
terjadinya kanker. Bahan tambahan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila:
1. dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam
pengolahan 2.
tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan
3. tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan
dengan cara produksi yang baik untuk pangan 4.
tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.
2.1.3 Penggolongan Bahan Tambahan Pangan BTP a. Bahan Tambahan Pangan BTP yang Diizinkan