2.2.2 Jenis Pemanis
Menurut Yuliarti 2007, dilihat dari sumber pemanis dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pemanis alami dan pemanis buatan sintesis.
1. Pemanis Alami
Beberapa jenis pemanis alami maupun buatan dapat digunakan untuk makanan. Pemanis alami yang sering digunakan untuk makanan, terutama
adalah tebu dan bit. Kedua jenis pemanis ini sering disebut gula alam atau sukrosa. Selain itu, ada berbagai pemanis lain yang dapat digunakan untuk
makanan, diantaranya laktosa, maltosa, galaktosa, glukosa, fruktosa, sorbitol, manitol, gliserol dan glisina.
2. Pemanis Sintesis
Pemanis buatan sintesis merupakan bahan tambahan yang dapat memberikan rasa manis dalam makanan, tetapi tidak memiliki nilai gizi.
Sebagai contoh adalah sakarin , siklamat, aspartam, dulsin, sorbitol sintesis dan nitro-propoksi-analin. Di antara berbagai jenis pemanis sintesis atau
buatan, hanya beberapa saja yang diizinkan penggunaannya dalam makanan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 208MenkesPerIV1985,
diantaranya sakarin, siklamat dan aspartam dalam jumlah yang dibatasi atau dengan dosis tertentu.
2.2.3 Persyaratan dan Efek Terhadap Kesehatan
Sekalipun pemanis buatan dinyatakan aman untuk dikonsumsi, tetapi bila penggunaannya tidak sesuai aturan maka akan menimbulkan efek yang
merugikan. Beberapa efek penggunaanya perlu kita kenal mengingat beberapa
Universitas Sumatera Utara
jenis bahan tambahan makanan aman dikonsumsi dalam jumlah sedikit dan baru akan membahayakan kesehatan bila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh National Academy of Science pada tahun 1968 disebutkan bahawa sakarin dapat mengakibatkan kanker pada hewan
percobaan. Dalam penelitian yang lain, tikus yang diberi siklamat dan sakarin akan mendrita kanker kantong kemih dan dapat merangsang pertumbuhan tumor.
Penggunaan aspartam berbahaya bagi penderita penyakit keturunan fenil ketonuria yang berhubungan dengan kelemahan mental Yuliarti, 2007.
Pemakaian pemanis sintesis masih diragukan keamanannya bagi kesehatan konsumen. Beberapa negara mengeluarkan peraturan secara ketat atau bahkan
melarang, seperti Kanada sejak tahun 1977 sakarin dilarang pemakaiannya, kecuali sebagai pemanis yang dijual di apotek dan dikemas dalam botol dan juga
harus mencantumkan label peringatan Cahyadi, 2009. Di Indonesia penggunaan bahan tambahan pangan pemanis, baik jenis
maupun jumlahnya diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722MenkesPerIX88. Seiring dengan pesatnya perkembangan
teknologi produksi bahan kimia dan teknologi pengolahan pangan atau produk farmasi dan kesehatan, bahan pemanis alternatif natural mulai banyak digunakan.
Penggunaan pemanis natural juga dipicu oleh adanya data-data penelitian yang menunjukkan efek samping dalam penggunaan pemanis sintesis, yaitu bersifat
karsinogenik Cahyadi, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Tabel bahan pemanis sintesis yang diizinkan sesuai peraturan
Bahan Pemanis Buatan yang
Diizinkan Sesuai Peraturan Nama
Pemanis Buatan ADI
Jenis Bahan Makanan
Batas Maksimum Penggunaan
Aspartam 0-40 mg
- -
Sakarin serta garam natrium
0-2,5 mg Makanan Berkalori Rendah
a. Permen Karet b. Permen
c. Saus d. Es Lilin
e. Jeli f. Minuman Ringan
g. Minuman Yoghurt h. Es Krim
i. Minuman Ringan terfermentasi
50 mgkg sakarin 100 mgkg Na-
Sakarin 300 mgkg Na-
Sakarin 300 mgkg Na-
Sakarin 200 mgkg Na-
Sakarin 300 mgkg Na-
Sakarin 300 mgkg Na-
Sakarin 200 mgkg Na-
Sakarin 50 mgkg sakarin
Siklamat serta garam Natrium
dan garam Kalsium
Makanan berkalori rendah :
a. Permen Karet b. Permen
c. Saus d. Es Krim dan
sejenisnya e. Es Lilin
500 mgkg dihitung sebagai asam siklamat
1 gkg dihitung sebagai asam siklamat
3 gkg dihitung sebagai asam siklamat
2 gkg dihitung sebagai asam siklamat
1 gkg dihitung sebagai asam siklamat
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Tujuan Penggunaan Pemanis Sintesis