BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Dalam pengerjaan proses pengadaan tanah jalan tol Kota Medan-Tebing
Tinggi yang dimulai sejak tahun 2014, telah digunakan beberapa peraturan hukum yang menjadi dasar hukum dalam pelaksanaan pengadaan tanah
untuk pembangunan jalan tol Kota Medan menuju Kota Tebing Tinggi, yaitu: Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012
tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaiman telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum,
2. Terdapat beberapa kendala yang menjadi faktor penghambat dalam proses
pelaksanaan pengadaan tanah jalan tol Kota Medan-Tebing Tinggi, yaitu kepedulian masyarakat atas pengadaan tanah dinilai masih rendah,
ketidakjelasan status hak tanah masyarakat yang tanahnya terkena pengadaan, ganti kerugian yang tidak sesuai dengan keinginan pemilik
tanah.
3. Hukum tanah nasional memberikan kepastian hukum dalam bentuk
perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah bahwa penggunaan dan pengawasan tanah oleh siapapun dan untuk apapun harus dilandasi
dengan hak atas tanah yang disediakan oleh hukum pertanahan nasional. Penguasaan dan penggunana tanah dilindungi hukum terhadap gangguan-
gangguan pihak manapun, baik sesama anggota masyarakat maupun pihak penguasa sekalipun, jika gangguan tersebut tidak berdasarkan landasan
hukum. Apabila terjadi kendala yang menimbulkan sengketa, maka dapat dilakukan beberapa upaya baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat.
Upaya pemerintah dalam menyelesaikan konflik pengadaan tanah jalan tol adalah dengan musyawarah penetapan ganti rugi pada masyarakat,
keputusan yang dikeluarkan Gubernur, Bupati Daerah, Konsinyiasi di Pengadilan, dan eksekusi tanah. Sedangkan upaya dari masyarakat dalam
menyelesaikan konflik pengadaan tanah adalah dengan melaporkan kebeeratan mereka kepada LP3 Lembaga Pemantau Penyelenggaraan
Pemerintahan untuk membantu masyarakat dalam mempertahankan tanahnya dalam proses pengadaan tanah ini. LP3 memberikan bantuan
dengan melakukan musyawarah dengan masyarakat, mencari kesalahan yang ada dalam proses pengadaan tanah, dan melaporkannya pada
pengadilan dan Komnas HAM.
B. SARAN