Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1991. Mahadi, Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-hak Suku Melayu Atas Tanah di
Sumatera Timur Tahun 1800-1975, Bandung: Alumni, 1978. Muhammad Yamin, Jawaban Singkat Pertanyaan-Pertanyaan Dalam Komentar
Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Edisi Revisi, Medan : Pustaka Bangsa Press, 2003.
Prof. Ediwarman, Perlindungan Hukum Bagi Korban Kasus-Kasus Pertanahan, Jakarta : Pustaka Bangsa Press, 2003.
Sihombing, Irene, Segi-Segi Hukum Tanah Nasional Dalam Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Pembangunan, Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti, 2009.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Metode Penenlitian Hukum, Jakarta : UI Press, 1984.
Supardy Marbun, Tesis: Masalah tanah Adat Melayu Deli di Kota Medan dan Perkembangannya,, Medan: SPS USU, 1999.
Zendrato, Mariati, Undang-Undang Pokok Agraria Sebagai Dasar Hukum Pertanahan di indonesia, Medan : Fakultas Hukum USU, 2012.
B. PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Pokok Agraria Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok Agraria
Instruksi Presiden No.9 Tahun 1973 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah Dan Benda-Benda Yang Ada Di Atasnya
Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional Di Bidang Pertanahan.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Penjelasan Umum Undang-Undang Pokok Agraria. Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1985 tentang Tata Cara Pengadaan Tanah Untuk Keperluan Proyek Pembangunan di Wilayah
Kecamatan. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Peratutan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Peleburan Perusahaan
Perseroan Persero. Perpres Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor
36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan untuk Kepentingan Umum
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
C. INTERNET
http:www.bpn.go.id http:waspada.co.idwartapembebasan-lahan-tol-medan-kuala-namu-
tebing-baru-70 https:id.wikipedia.orgwikiJalan_Tol_MedanE28093Kuala_Namu
E28093Tebing_Tinggi http:www.gatra.comnusantarasumatera167634-pembebasan-lahan-tol-
medan-binjai-dan-medan-kualanamu-tebing-tinggi-selesai-2017 http:industri.bisnis.comread2015072445456223perjanjian-utang-tol-
medan-tebing-tinggi-diteken-bulan-ini http:www.republika.co.idberitaekonomimakro150812nsz50d319-
percepat-proyek-tol-medankualanamu-pemerintah-tambah-dana http:beritatrans.com20150829jalan-tol-medan-kualanamu-tebing-
tinggi-30-selesai https:kotatebingtinggi.wordpress.com20150128pembebasan-lahan-tol-
medan-tebing-tinggi-kualanamu-tuntas http:bisnis.liputan6.comread2156421target-pembangunan-jalan-tol-
medan-tebing-tinggi-selesai-2017
http:www.academia.edu5835523Penyelesaian_Masalah_Hak_Ulayat_Masyara kat_Hukum_Adat_Berdasarkan_Peraturan_Menteri_Negara_Agraria.
http:www.academia.edu5425892Pengadaan_Tanah_Untuk_Kepentingan_Umu m_Banyak_Persoalan_Hukum_.
http:www.ptpn2.sumut. http:bisnis.news.viva.co.idnewsread272691-mekanisme-ganti-rugi-ruu-
pengadaan-lahan. http:www.repository.unej.ac.idhandle1234567892128.
http:www. eprints.undip.ac.id27052. httpwww.pu.go.iduploadsberitappw190906gt.html.
http:www. e-journal.uajy.ac.id32132MIH01716.pdf. http:setiawatiiriani.wordpress.com20121130hak-perseorangan-atas-tanah
http:nafi-harahap.blogspot.com201305prosedur-pengadaan-tanah-menurut- undang.html.
BAB III KEPASTIAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN PENGADAAN
TANAH JALAN TOL KOTA MEDAN – TEBING TINGGI
A.
Gambaran Umum Pengadaan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi
1. Perencanaan Pembangunan Jalan Tol
Kota Tebing Tinggi yang berjarak ± 80 km dari kota Medan ibukota Propinsi Sumatera Utara serta terletak pada jalur lalu lintas utama Sumatera,
yaitu menghubungkan Lintas Timur dan Lintas Barat Sumatera Utara pada ruas jalan Tebing Tinggi - Pematang Siantar - Parapat - Balige - Siborongborong. Luas
wilayah Kota Tebing Tinggi adalah 3.843,8 hektar atau 38,438 km² yang dilintasi oleh 5 lima buah sungai besar dan kecil yaitu sungai Padang, Sibarau,
Kelembah, Bahilang, dan Sigiling. Kota Tebing Tinggi terletak diantara 30°19’ - 30°21’ Lintang Utara dengan 98°90’ - 98°11’ Bujur Timur. Sebelah Utara dari
Kota Tebing Tinggi berbatasan dengan PTPN III Kebun Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai. Sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN IV Kebun Pabatu dan
Perkebunan Paya Pinang, Kabupaten Serdang Bedagai. Sebelah Timur berbatasan dengan PT. Socfindo Tanah Besi dan PTPN III Kebun Rambutan, Kabupaten
Serdang Bedagai. Dan Sebelah Barat berbatasan langsung dengan PTPN III Kebun Gunung Pamela, Kabupaten Serdang Bedagai.
Jalan Tol Medan – Tebing Tinggi adalah jalan tol yang direncanakan menghubungkan Medan, Tebing Tinggi serta Bandar Udara Internasional
Kualanamu. Jalan tol sepanjang 61,80 km ini merupakan bagian dari Jalan Tol
Trans – Sumatera dan terbagi dalam 2 dua seksi, yaitu Seksi I Medan – Perbarakan – Kualanamu sepanjang 17,80 km dan Seksi II Perbarakan – Tebing
Tinggi sepanjang 44 km. Jalan tol ini akan memiliki 2x2 lajur pada tahap awal dan 2x3 lajur pada tahap akhir dengan kecepatan rencana 100 kmjam.
Peletakan batu pertama tanda dimulainya konstruksi dilaksanakan pada 23 September 2014 dan diharapkan sepenuhnya selesai pada tahun 2017. Seksi I
dibangun pemerintah Indonesia sedangkan Seksi II dibangun Konsorsium BUMN yang terdiri dari Jasa Marga, Pembangunan Perumahan, Waskita Karya,
dan Hutama Karya. Jalan Tol Medan - Kuala Namu - Tebing Tinggi merupakan bagian dari
Jalan Tol Trans Sumatera dan mempunyai peranan penting dalam melayani pergerakan manusia, barang dan jasa dari Bandara Kualanamu, sekaligus sebagai
pendorong pertumbuhan perekonomian di Pulau Sumatera, khususnya di Provinsi Sumatera Utara. Pembangunan Jalan Tol ini dilakukan karena semakin padatnya
arus transportasi darat dari Kota Medan menuju Kabupaten Deli Serdang. 2.
Gambaran Umum Lokasi Pengadaan Tanah Jalan Tol Kota Medan - Tebing Tinggi
Pembangunan jalan tol dilanjutkan dari Tol Tanjung Morawa - Parbarakan - Perbaungan - Teluk Mengkudu - Sei Rampah - Tebing Tingi yang berada di
Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Hasil identifikasi Panitia Pengadaan Tanah P2T Kabupaten Deli
Serdang adalah sebagai berikut : -
Desa Bangun Sari Baru
- Desa Buntu Bedimbar
- Desa Tanjung Morawa A
- Desa Tanjung Morawa B
- Desa Punden Rejo
- Desa Padarmean
- Desa Tanjung Mulia
- Desa Sei Merah
- Desa Penara Kebun
- Desa Dagang Klambir
- Desa Pasar Melintang
- Desa Petapahan
- Desa Paluh Kemiri
- Desa Pagar Jati
- Desa Perbarakan
- Desa Pagar Merbau
- Desa Sumberrejo
B.
Data Yuridis Proses Pelaksanaan Pengadaan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi
1. Progress Pembebasan Lahan Jalan Tol Medan - Tebing Tinggi
Berdasarkan Kepemilikan Lahan.
Sesuai dengan gambaran umum pengadaan tanah jalan tol Medan - Tebing Tinggi, bahwa pelaksanaan pengadaan tanah jalan tol ini dilakukan terhadap lahan
sebesar 441,53 ha, yang dihuni oleh masyarakat sekitar. Pembangunan jalan tol
yang dilakukan sejak tahun 2009 tentu akan mengalami perkembangan setiap
waktunya.
Perkembangan Pembebasan Lahan Jalan Tol Pada Tahun 2015 :44
No KecamatanDesa
Hasil Inventarisasi
Telah dibayarkan Keterangan
Jlh. Persi
l Luas
Jlh. Persi
l Luas
M2 Perse
ntase
1. Kec. Tanjung
Morawa a.
Desa Bangun
Sari
b. Desa
Buntu Bedimbar
c. Desa
Tanjung Morawa A
d. Desa
Tanjung Morawa B
e. Desa
Punden Rejo
f. Desa
Pardamea n
g. Desa
Tanjung Mulia
h. Desa Sei
Merah i.
Desa Penara
Kebun 90
128 74
14.106 22.111
13.935 90
128 74
14.105 22.718
13.932 100
100 100
- Telah
selesai dibayarkan.
- Telah
selesai dibayarkan
- Telah
selesai dibayarkan
44 Data Panitia Pengadaan Tanah, Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang.
j. Desa
Dagang Klambir
2. Kec. Lubuk
Pakam a.
Pasar Melintang
b. Desa
Petapahan
c. Desa
Paluh Kemiri
d. Desa
Pagar Jati 128
22 26.285
19.562 128
22 26.285
19.562 100
100 -
Tanah warga 5
persil 1.375 M2,
uang persil ganti rugi
dibayarkan melalui
konsinyiasi di
Pengadilan Negeri
Lubuk Pakam.
- Telah
selesai dibayarkan.
3. Kec. Pagar
Merbau a.
Desa Perbaraka
n
b. Desa
Pagar Merbau
c. Desa
Sumberrej o
27 27
37.878 16.047
27 27
37.878 16.688
100 100
- Telah
selesai dibayarkan
- Telah
selesai dibayarkan
4. Tanah HGU
123.133 M2 a.
Desa Daluh X A
b. Desa
Telaga 1
1 6.431
8.328 1
1 6.431
8.328 100
100 -
Telah selesai
dibayarkan
- Tanah
Sari
c. Desa
Penara Kebun
d. Desa Sena
1 1
42.774 65.600
1 1
42.774 65.600
100 100
HGU 8.328 M2 telah
dibayarkan kepada
PTPN II, namun
areal dikuasai
warga 55 persil
diatasnya ada
bangunant anaman 49
unit, 6 persil tanah
kosong, untuk
bangunan dan
tanaman telah
dibayarkan 32 unit,
sisa 17 unit belum
diambil.
- Telah
selesai dibayarkan
- Telah
selesai dibayarkan
5. Tanah Eks. HGU
77.676 M2 a.
Desa Buntu
Bedimbar
b. Desa
Telaga Sari
c. Desa Sena
52 37
182 8.308
10.398 58.970
52 37
182 8.305
10.398 58.970
100 100
100 -
Telah selesai
dibayarkan
- Telah
selesai dibayarkan
- Telah
selesai dibayarkan
JUMLAH 771
339.734 771
339.73 4
100 PEMBAYARAN
LAHAN 100
1. Daftar Tanah Bangunan Dan Tanaman Milik Warga Desa Sena
Kecamatan Batang Kuis Yang Dibayarkan Melalui Konsinyiasi :45
No Nama
Pemilik Luas
Tanah M2
Nilai Tanah Rp Nilai Bangunan
Nilai Tanaman Keterangan
Nilai P2T
Yang diminta
Warga Nilai
P2T Yang
diminta Warga
Nilai P2T
Yang diminta
Warga 1
Kasigiong Manta
Siagian 401
88.220. 000
- 18.660
.153 -
395. 000
- Lahan sedang
sengketa anatara Kasigiong dengan
JununManta Siagian, P2T dan
Stker UPTD Medan teah
mengkonsinyiasik an uang ganti rugi
di Pengadilan Negeri Lubuk
Pakam.
2 PT. Tunggal
Nusantara Siman
Wijaya 385
84.700. 000
- 12.705
.892 -
650. 000
- Lahan diagunkan
ke Bank Mandirikredit
macet dan sengketa atara
Bank Mandiri, Siman Wijaya,
Wastimah P2T dan Satker UPTD
Medan telah mengkonsinyiasik
an Uang Ganti Rugi di
Pengadilan Negeri Lubuk Pakam
3 PT. Firdaus
Siman 270
59.400. 000
- 22.453
.842 -
390. 000
- Lahan diagunkan
ke Bank
45 Data Panitia Pengadaan Tanah, Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang.
Wijaya dan Dimin
Mandirikredit macet dan
sengketa atara Bank Mandiri,
Siman Wijaya, Dimin, P2T dan
Satker UPTD Medan telah
mengkonsinyiasik an Uang Ganti
Rugi di Pengadilan Negeri
Lubuk Pakam
4 MisniMiswa
n 217
47.740. 00
217.000. 000
112.13 9.256
300.000. 000
744. 500
- Ganti rugi dinilai
belum diambil Pemilik menolak
besaran nilai ganti rugi, P2T dan
Satker UPTD Medan telah
mengkonsinyiasik an uang gani rugi
di Pengadilan Negeri Lubuk
Pakam.
5 Tidak
Diketahui Pemiliknya
102 22.440.
000 -
- -
- Ganti rugi belum
diambil pemilik lahan tidak
diketahui dimana keberadaannya
namun lahan telah dikerjakan, P2T
dan Satker UPTD Medan telah
mengkonsinyiasik an uang ganti rugi
di Pengadilan Negeri Lubuk
Pakam.
JUMLAH 1.375
303.500. 000
- 339.02
0.665 -
2.70 9.50
- Rp. 645. 230.165
A. Kepastian Hukum dalam Pengadaan Tanah Jalan Tol Kota Medan -
Tebing Tinggi
Pengadaan tanah berhubungan dengan kegiatan mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang melepasakan, menyerahkan
tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Pengadaan tanah juga menyangkut dua kepentingan yaitu, kepentingan
masyarakat dan kepentingan pemerintah. Pada bab sebelumnya, telah dibahas tentang pengaturan hukum yang menjadi dasar hukum dalam Pengadaan tanah
untuk kepentingan umum. Pengadaan tanah harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan hukum untuk menjamin kepastian hukum dari proses pelaksanaan
pengadaan tanah tersebut. Dalam pengadaan tanah jalan Tol Kota Medan-Tebing
Tinggi, digunakan beberapa peraturan hukum, yaitu:
46
1. Peraturan Presiden Republik Indoensia Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
2. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaiman telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun
2006 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
Dalam pelaksanaannya, tidak semua peraturan hukum tersebut diterapkan
46
Data Panitia Pengadaan Tanah, Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang.
sesuai dengan yang tertulis. Banyak kendala-kendala yang menjadi faktor penghambat dalam penerapan peraturan tersebut.
a. Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah Untuk
Kepentingan Umum
Undang-undang No. 5 Tahun 1960 memberikan pengakuan kepada individu untuk berkedudukan sebagai subyek hak atas tanah. Individu atau
perorangan dimungkinkan untuk memperoleh atau mendapatkan hak atas tanah. Hak atas tanah tersebut tidak bersifat absolut, tetapi mempunyai fungsi
sosial, seperti yang disebutkan dalam Pasal 6 UUPA. Menurut Penjelasan Umum Angka II Nomor 4 UUPA disebutkan bahwa fungsi sosial dari hak atas
tanah mempunyai arti sebagai berikut:
47
Jika kemudian hak atas tanah tersebut dihadapkan dengan kepentingan masyarakat atau kepentingan umum, maka hak atas tanah perorangan
tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja tapi harus mendapatkan ganti rugi. Sejalan dengan itu, Perpres No. 65 Tahun 2006 jo Perpres No.
36 Tahun 2005 menentukan bahwa pengadaan tanah dilakukan dengan 1. tidak dibenarkan bahwa tanahnya akan dipergunakan tidak
dipergunakan semata- mata untuk kepentingan pribadinya; 2. penggunaannya tidak boleh menimbulkan kerugian bagi masyarakat;
3. penggunaannya harus disesuaikan dengan keadaan dan sifat dari haknya; dan 4. penggunaannya tidak saja bermanfaat bagi kesejahteraan dan
kebahagiaan pemegang haknya, tapi juga bermanfaat pula bagi masyarakat dan negara.
47
Penjelasan Umum Angka II Nomor 4 UUPA
mendasarkan prinsip penghormatan pada hak atas tanah. Prinsip penghormatan tersebut dilakukan dengan memberikan pengaturan pada bentuk
dan besar ganti rugi serta prosedur atau musyawarah dalam menentukan bentuk dan besar ganti rugi.
Ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 2 Tahun 2012 adalah: penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak dalam proses
pengadaan tanah. Ganti kerugian dimaksud diberikan berdasarkan ketentuan Pasal 33, Penilaian besarnya nilai Ganti Kerugian dalam pasal 33 UU Nomor 2
Tahun 2012 dilakukan bidang per bidang tanah, meliputi :
48
Perbandingan dengan ketentuan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang hal yang sama seperti bentuk-bentuk ganti kerugian yang dapat
diberikan dalam proses pengadaan tanah untuk kepentingan umum berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
a. tanah; b. ruang atas tanah dan bawah tanah;
c. bangunan; d. tanaman;
e. benda yang berkaitan dengan tanah; f. kerugian lain yang dapat dinilai
49
a. Dalam bentuk uang; danatau b. tanah pengganti; danatau
b. pemukiman kembali danatau
c. Gabungan dari dua atau lebih bentuk ganti kerugian sebagaimana yang
48
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Bab 4, Pasal 33.
49
Republik Indonesia, Perpres 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan untuk Kepentingan Umum, Pasal 13.
di maksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c. d.
bentuk lain yang disetujui oleh pihak- pihak yang bersangkutan, sementara itu, dalam proses pengadaan tanah bagi pelaksanaan
pembangunan untuk kepentingan umum, tidak senantiasa berjalan lancar terutama yang berkaitan dengan penentuan bentuk maupun
jumlah ganti kerugian. Mengingat ganti rugi itu selalu dalam bentuk uang, kiranya dalam proses
musyawarah perlu disampaikan pada mereka yang terkena proyek pengadaan tanah untuk dapat memilih dan menyepakati macam-macam bentuk ganti
rugi yang ditawarkan. Jika pilihan bentuk ganti rugi tersebut jatuh pada ganti rugi berupa uang. Besarnya uang ganti rugi akan didasarkan pada
penilaian. Pasal 15 Perpres No. 65 Tahun 2006 menentukan bahwa dasar perhitungan besarnya ganti rugi didasarkan pada:
50
1. Nilai Jual Obyek Pajak NJOP atau nilai nyatasebenarnya dengan
memperhatikan Nilai Jual Obyek Pajak tahun berjalan berdasarkan penilaian LembagaTim Penilai Harga Tanah yang ditunjuk oleh
Panitia; 2.
Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang bangunan;
3. Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah yang
bertanggung jawab di bidang pertanian. Dari ketentuan tersebut dapat dinyatakan bahwa peran dari LembagaTim
Penilai Harga Tanah hanya bertugas khusus terhadap tanah saja, sedangkan untuk
50
Republik Indonesia, Perpres Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan untuk Kepentingan
Umum
bangunan dan tanaman, penilaiannya melalui penaksiran dari perangkat daerah yang terkait. Lembaga Penilai Harga Tanah seharusnya merupakan
lembaga yang independen serta memiliki kompetensi di bidangnya, dan menurut Pasal 25 ayat 2 Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2007 harus
mendapat lisensi dari Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Mengingat Lembaga Penilai tersebut tidak selalu ada pada setiap daerah,
maka daerah-daerah yang belum memiliki Lembaga Penilai, penilaian harga tanah dilakukan oleh Tim Penilai Harga Tanah. Keanggotaan Tim Penilai Harga
Tanah menurut Pasal 26 ayat 2 Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2007 terdiri dari:
51
Tugas dari Tim ini menurut Pasal 28 ayat 2 Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2007 adalah melakukan penilaian harga tanah berdasarkan
Nilai Jual Obyek Pajak NJOP atau nilai nyatasebenarnya dengan memperhatikan NJOP tahun berjalan, dan dapat berpedoman pada variabel-
1. unsur instansi yang membidangi bangunan dan atau tanaman; 2. unsur instansi pemerintah pusat yang membidangi pertanahan nasional;
3. unsur instansi Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan; 4. ahli atau orang yang berpengalaman sebagai penilai harga
tanah; 5. akademisi yang mampu menilai harga tanah dan atau bangunan dan
atau tanaman dan atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah; serta tidak menutup kemungkinan apabila diperlukan ditambah unsur
Lembaga Swadaya Masyarakat LSM.
51
Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007, Pasal 26 ayat 2
variabel sebagai berikut:
52
Kesepakatan tentang bentuk dan besarnya ganti rugi yang dihasilkan dalam musyawarah ini yang dipergunakan sebagai dasar dan pedoman
dalam pelaksanaan pembayaran ganti rugi. Musyawarah dianggap telah mencapai kesepakatan, menurut Pasal 34 Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2007
1. lokasi dan letaktanah 2. status tanah;
3. peruntukan tanah; 4. kesesuaian penggunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah
atau perencanaan ruang wilayah atau kota yang telah ada; 5. sarana dan prasarana yang tersedia;
dan 6. faktor lainnya yang mempengaruhi harga
tanah. Hasil penilaian dari Tim Penilai Harga Tanah ini diserahkan pada Panitia
Pengadaan Tanah untuk digunakan sebagai dasar musyawarah antara instansi Pemerintah yang memerlukan tanah dengan para pemilik tanah. Dengan
demikian, hasil penilaian dari tim penilai tersebut hanya berkedudukan sebagai pedoman semata dan tidak mempunyai kekuatan mengikat kepada para
pihak instansi Pemerintah yang memerlukan tanah dan pemilik tanah. Hasil dari tim penilai baru mempunyai kekuatan mengikat para pihak kalau
para pihak sudah menyepakati dalam proses musyawarah yang difasilitasi dan dipimpin oleh Panitia Pengadaan Tanah.
52
Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007, Pasal 28 ayat 2
jika paling sedikit 75 tujuhpuluh lima persen dari luas tanah yang diperlukan pembangunan telah diperoleh atau jumlah pemilik tanah telah menyetujui bentuk
danatau besarnya ganti rugi. Untuk pemilik tanah yang belum menyepakati, Panitia Pengadaan Tanah mengupayakan musyawarah kembali sampai tercapai
kesepakatan mengenai bentuk danatau besarnya ganti rugi.
53
b. Perlindungan Hukum dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan
Umum
Jika dalam pelaksanaan pemberian ganti rugi yang telah disepakati tadi, ternyata
kemudian sebagian dari pemilik tanahnya tidak diketemukan, maka ganti rugi yang menjadi hak orang tersebut dititipkan konsinyasi di Pengadilan Negeri
yang wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang bersangkutan.
Hukum tanah nasional memberikan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah bahwa penggunaan dan pengawasan tanah oleh siapapun
dan untuk apapun harus dilandasi dengan hak atas tanah yang disediakan oleh hukum pertanahan nasional. Penguasaan dan penggunana tanah dilindungi hukum
terhadap gangguan-gangguan pihak manapun, baik sesama anggota masyarakat maupun pihak penguasa sekalipun, jika gangguan tersebut tidak berdasarkan
landasan hukum. Dengan kata lain, apabila tanah dikuasai oleh pemegang hak secara sah, jika diperlukan untuk pembangunan harus didahului dengan
musyawarah terlebih dahulu. Apabila musyawarah tidak mencapai kesepakatan maka proyek tersebut tidak boleh dipaksakan dan dilaksanakan di lokasi tersebut.
akan tetapi kalau proyek tesebut bersangkutan dengan kepentingan umum, maka
53
Republik Indonesia
,
Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007, Pasal 34
menurut peraturan perundang-undangan dapat dilaksanakan pencabutan hak, dengan tetap memperhatikan prinsip penghormatan pada pemilik hak atas tanah.
54
Untuk kebersamaan tersebut dalam pasal 6 UUPA tentang fungsi sosial,dimana kepentingan bersama harus didahulukan. Kepentingan perseorangan
harus tunduk pada kepentingan umum dan dapat menjamim keadilan dan kepastian hukum bagi pihak-pihak yang terkait. UU tentang HAM Nomor 39
Tahun 2009 menyebutkan bahwa HAM merupakan hak dasar yang secara kodrati, Perlindungan hukum terhadap masyarakat dalam pengadaan tanah untuk
kepentingan umum terdapat dalam Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 yang semula dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975
tentang ketentuan-ketentuan mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah, yang telah dirubah oleh Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 juncto Peraturan Presiden
Nomor 65 Tahun 2006 juncto UU Nomor 2 Tahun 2012. Perubahan ini meliputi arti kepentingan umum, pengertian hak atas anti kerugian. Perubahan Keputusan
Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tersebut adalah perubahan penyempurnaan substansi. Perubahan dan penyempurnaan tersebut bertujuan untuk mencapai hal-
hal yang lebih baik dari yang diatur sebelumnya, dalam arti, paling tidak diharapkan dapat lebih menjamim keadilan dan kepastian hukum bagi pihak-pihak
yang terkait, dalampembangunan infrastruktur, dan menyempurnakan landasan filosofi yang terdapat dalam suatu Undang-Undang.
54
Kumpulan Tulisan dalam rangka memperingati 60 tahun Prof. Arief Sukanti Hutagalung. Pergulatan Pemikiran dan aneka gagasan seputar hukum tanah nasional Suatu
Pendekatan MultidisipinerBadan Penerbit FHUI, Depok, 2011, hlm 171.
universal melekat pada diri manusia dan harus dihormati, dipertahankan, tidak boleh diabaikan.
55
Konflik pengadaan tanah juga terjadi antara pemrintah dan rakyat, antara rakyat dengan swasta yang membutuhkan tanah, disebabkan adanya kurangnya
Dalam perubahan kedua UUD 1945, dimuat dalam Bab XA tentang HAM, pasal 28 H Ayat 4. Secara implisit UUD 1945 mengakui eksistensi hak milik
sebagaihal yang bersifat asasi. Hal yang bersifat asasi, yaitu hak yang harus ada pada setiap orang untuk hidup secara wajar sebagai individu yang sekaligus juga
sebagai anggota masyarakat, selaras dengan harkat dan martabatnya sebagai pribadi yang terhormat. Demikian hak yang bersifat asasi ini ialah hak yang
dipunyai setiap orang yang pada hakikatnya tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun dengan alas an apapun, selama orang tersebut tidak menyalahgunakan
haknya atau berbuat sesuatu yang membahayakan atau merugikan orang lain. Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum merupakan
tuntutan yang tidak bisa dihindari. Semakin maju masyarakat, maka semakin banyak diperlukan tanah untuk kepentingan umum. Sebagai konsekuensi dari
kemajuan masyarakat tersebut, jika hak milik individu berhadapan dengan kepentingan umum maka kepentingan umum yang harus didahulukan. Dua pihak
yang terlibat, yaitu pemerintah dan masyarakat harus sama-sama memperhatikan dan menaati ketentuan yang berlaku tentang pengadaan tanah untuk menjamin
kepastian hukum dan perlindungan hukum agar tidak terjadi konflik atau sengketa di bidang pertanahan.
55
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 199 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 1 ayat 1.
koordinasi antara instansi yang terkait di bidang pertanahan. Misalnya, tidak ada sinkronisasi antar suatu sektor dengan sektor lainnya. Banyak sekali peraturan-
peraturan yang tidak berjalan,atau saling bertabrakan dengan peraturan lannya. Peraturan hukum mengenai pencabutan, pembebasan atau pelepasan hak-hak atas
tanah untuk keperluan pemerintah maupun swasta dalam praktik, pelaksanaan peraturan tersebut belum berjalan sesuai dengan isi dan jiwa dari ketentuan-
ketentuannya. Sehingga pada stau pihak timbul kesan seakan-akan hak dan kepentingan rakyat pemilik tanah tidak mendapat perlindungan hukum.
Untuk upaya hukum dalam memberikan perlindungan terhadap konflik pengadaan tanah, maka dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012
tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum diatur mengenai penolakan dari pihak yang berhak terhadap penetapan lokasi
pembangunan dimana pihak yang berhak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Sedangkan dalam hal tidak terjadi
kesepakatan mengenai bentuk danatau besarnya ganti kerugian, pemegang hak atas tanah yang tidak menerima keputusan panitia Pengadaan tanah mengenai
bentuk dan besarnya ganti rugi berdasarkan ketentuan Pasal 73 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri setempat.
BAB IV PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH JALAN TOL KOTA MEDAN –
TEBING TINGGI A.
Proses Pelaksanaan Pengadaan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi
1. Tahapan Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum
Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum dilakukan menurut tata cara yang diatur dalam peraturan Perundang – Undangan, sehingga semua pihak yang
terkait dapat mengetahui hak dan kewajibannya.
56
Dalam UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, pasal 1 angka 6 bahwa
makna kepentingan umum adalah menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara,
dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum pihak yang berhak.
57
56
Sihombing, Irene, Segi-Segi Hukum Tanah Nasional Dalam Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Pembangunan, Jakarta, 2009, hlm. 105.
57
Republik Indonesia, UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Pasal 1 angka 6.
Pengadaan tanah untuk kepentingan umum diselenggarakan oleh Pemerintah. Pihak yang berhak wajib melepaskan tanahnya pada saat pelaksanaan pengadaan
tanah untuk kepentingan umum setelah pemberian ganti kerugian yang layak dan adil atau berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap. Tanah yang selanjutnya dibangun sesuatu untuk kepentingan umum akan menjadi milik PemerintahPemerintah Daerah atau menjadi milik BUMN apabila
dipergunakan untuk kepentingannya.
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum sebagaimana dijelaskan diatas wajib diselenggarakan oleh Pemerintah dan tanahnya selanjutnya dimiliki
Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Untuk mengerjakan pembangunan seperti di atas, kecuali untuk pertahanan dan keamanan nasional yang diatur oleh
Perundang – Undangan, maka hal tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah yang dapat bekerja sama dengan BUMN, BUMD, dan Badan Usaha Swasta.
Dalam Pasal 13 UU Nomor 2 Tahun 2012 disebutkan tentang tahapan – tahapan pengadaan tanah :
1. Perencanaan;
2. Persiapan;
3. Pelaksanaan; dan
4. Penyerahan hasil.
1. Tahap Persiapan Pengadaan Tanah
Perencanaan pengadaan tanah untuk Kepentingan umum didasarkan atas Rencana Tata Ruang Wilayah dan prioritas pembangunan yang tercantum
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah, Rencana Strategis, Rencana Kerja Pemerintah Instansi yang bersangkutan. Perencanaan pengadaan tanah
untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam disusun dalam bentuk dokumen perencanaan pengadaan tanah, yang paling sedikit memuat:
58
a. Maksud dan tujuan rencana pembangunan;
58
Republik Indonesia, UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Pasal 15.
b. Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana
Pembangunan Nasional dan Daerah; c.
Letak tanah; d.
Luas tanah yang dibutuhkan; e.
Gambaran umum status tanah; f.
Perkiraan waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah; g.
Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan; h.
Perkiraan nilai tanah; dan i.
Rencana penganggaran. Dokumen perencanaan pengadaan tanah disusun berdasarkan studi
kelayakan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Dokumen perencanaan tersebut dibuat dan ditetapkan oleh Instansi
yang memerlukan tanah kemudian diserahkan kepada pemerintah provinsi. 2.
Tahap Persiapan Pengadaan Tanah Instansi yang memerlukan tanah bersama pemerintah provinsi berdasarkan
dokumen perencanaan pengadaan tanah:
59
a. Pemberitahuan Rencana Pembangunan
Pemberitahuan rencana pembangunan disampaikan kepada masyarakat pada rencana lokasi pembangunan untuk kepentingan umum, baik langsung
maupun tidak langsung. b.
Pendataan Awal Lokasi Rencana Pembangunan
59
Andrian S.. Implementasi Prinsip Kepentingan Umum dalam Pengadaan Tanah untuk Pembangunan., S Jakarta, 2007, hlm. 79.
Pendataan awal lokasi rencana pembangunan meliputi kegiatan pengumpulan data awal pihak yang berhak dan objek pengadaan tanah. Pendataan
awal dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari kerja sejak pemberitahuan rencana pembangunan. Hasil pendataan awal lokasi rencana
pembangunan digunakan sebagai data untuk pelaksanaan konsultasi publik rencana pembangunan.
c. Konsultasi Publik Rencana Pembangunan
Konsultasi publik adalah proses komunikasi dialogis atau musyawarah antar pihak yang berkepentingan guna mencapai kesepahaman dan kesepakatan
dalam perencanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Konsultasi publik rencana pembangunan dilaksanakan untuk mendapatkan
kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari pihak yang berhak dengan melibatkan pihak yang berhak dan masyarakat yang terkena dampak serta
dilaksanakan di tempat rencana pembangunan kepentingan umum atau di tempat yang disepakati.
Pelibatan pihak yang berhak dapat dilakukan melalui perwakilan dengan surat kuasa dari dan oleh pihak yang berhak atas lokasi rencana pembangunan.
Setelah mencapai kesepakatan, maka dituangkan dalam bentuk berita acara kesepakatan. Kemudian Instansi yang memerlukan tanah dapat mengajukan
permohonan penetapan lokasi kepada Gubernur sesuai dengan kesepakatan tersebut. Gubernur menetapkan lokasi dalam waktu paling lama 14 empat belas
hari kerja terhitung sejak di terimanya pengajuan permohonan penetapan oleh Instansi yang memerlukan tanah.
60
Konsultasi publik rencana pembangunan dilaksanakan dalam waktu paling lama 60 enam puluh hari kerja. Apabila sampai dengan jangka waktu 60 enam
puluh hari kerja pelaksanaan konsultasi publik rencana pembangunan terdapat pihak yang keberatan mengenai rencana lokasi pembangunan, dilaksanakan
konsultasi publik ulang dengan pihak yang keberatan paling lama 30 tiga puluh hari kerja.
61
a. Sekretaris Daerah provinsi atau pejabat yang ditunjuk sebagai ketua
merangkap anggota; Apabila masih terdapat pihak yang keberatan mengenai rencana
lokasi pembangunan, Instansi yang memerlukan tanah melaporkan keberatan dimaksud kepada gubernur setempat. Gubernur akan membentuk tim untuk
melakukan atas keberatan rencana lokasi pembangunan. Tim sebagaimana dimaksud terdiri atas:
b. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional sebagai sekretaris
merangkap anggota; c.
Instansi yang menangani urusan di bidang perencanaan pembangunan daerah sebagai anggota;
d. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
sebagai anggota; e.
BupatiWali Kota atau pejabat yang ditunjuk sebagai anggota; dan
60
Nafi, “Mahasiswa Hukum”. http:nafi-harahap.blogspot.com201305prosedur-pengadaan- tanah-menurut-undang.html, Diakses tanggal 9 November 2015.
61
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Pasal 19.
f. Akademisi sebagai anggota.
Tim bentukan Gubernur tersebut bertugas sebagai berikut : a.
Menginventarisasi masalah yang menjadi alasan keberatan b.
Melakukan pertemuan atau klarifikasi dengan pihak yang keberatan c.
Membuat rekomendasi diterima atau ditolaknya keberatan Hasil kajian tim berupa rekomendasi diterima atau ditolaknya keberatan
rencana lokasi pembangunan dalam waktu paling lama 14 empat belas hari kerja terhitung sejak diterimanya permohonan oleh gubernur.
62
Dalam hal setelah penetapan lokasi pembangunan masih terdapat keberatan, pihak yang berhak terhadap penetapan lokasi dapat mengajukan
gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara setempat paling lambat 30 tiga puluh hari kerja sejak dikeluarkannya penetapan lokasi. Pengadilan Tata Usaha Negara
memutuskan diterima atau ditolaknya gugatan dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari kerja sejak diterimanya gugatan. Pihak yang keberatan terhadap
putusan Pengadilan Tata Usaha Negara dalam waktu paling lama 14 empat belas Gubernur berdasarkan
rekomendasi mengeluarkan surat diterima atau ditolaknya keberatan atas rencana lokasi pembangunan.
Dalam hal ditolaknya keberatan atas rencana lokasi pembangunan, Gubernur menetapkan lokasi pembangunan. Dalam hal diterimanya keberatan atas
rencana lokasi pembangunan, Gubernur memberitahukan kepada Instansi yang memerlukan tanah untuk mengajukan rencana lokasi pembangunan di tempat lain.
62
http:nafi-harahap.blogspot.com201305prosedur-pengadaan-tanah-menurut-undang.html, Opcit.
hari kerja dapat mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia. Mahkamah Agung wajib memberikan putusan dalam waktu paling
lama 30 tiga puluh hari kerja sejak permohonan kasasi diterima. Putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap menjadi dasar diteruskan
atau tidaknya pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. 1.
Tahap Pelaksanaan Pengadaan Tanah Berdasarkan penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan
umum, Instansi yang memerlukan tanah mengajukan pelaksanaan pengadaan tanah kepada Lembaga Pertanahan. Pelaksanaan pengadaan tanah meliputi:
a. Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, dan Penggunaan Tanah
Inventarisasi penguasaan, pemilikan, penggunaan tanah dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari kerja yang meliputi kegiatan:
63
1 Pengukuran dan pemetaan bidang per bidang tanah;
2 Pengumpulan data Pihak yang Berhak dan objek pengadaan tanah.
Hasil inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah wajib diumumkan di kantor desakelurahan, kantor
kecamatan, dan tempat pengadaan tanah dilakukan dalam waktu paling lama 14 empat belas hari kerja yang dilakukan secara bertahap, parsial, atau
keseluruhan.
64
63
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Pasal 28 ayat 2.
64
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Pasal 29 ayat 1
Pengumuman hasil inventarisasi dan identifikasi meliputi subjek hak, luas, letak, dan peta bidang tanah objek pengadaan tanah.
Dalam hal tidak menerima hasil inventarisasi, pihak yang berhak dapat mengajukan keberatan kepada Lembaga Pertanahan dalam waktu paling lama 14
empat belas hari kerja terhitung sejak diumumkan hasil inventarisasi. Apabila keberatan atas hasil inventarisasi dilakukan verifikasi dan perbaikan dalam waktu
paling lama 14 empat belas hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan. Dalam hal masih juga terdapat keberatan atas hasil inventarisasi inventarisasi dan
identifikasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan. Hasil pengumuman atau verifikasi dan perbaikan ditetapkan oleh
Lembaga Pertanahan dan selanjutnya menjadi dasar penentuan pihak yang berhak dalam pemberian ganti kerugian.
b. Penilaian Ganti Kerugian
Lembaga Pertanahan menetapkan penilai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan. Lembaga Pertanahan mengumumkan penilai
yang telah ditetapkan untuk melaksanakan penilaian objek pengadaan tanah. Penilai yang ditetapkan wajib bertanggung jawab terhadap penilaian yang telah
dilaksanakan dan apabila terdapat pelanggaran dikenakan sanksi administratif danatau pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
Penilaian besarnya nilai Ganti Kerugian oleh penilai dilakukan bidang per bidang tanah, meliputi:
65
1 Tanah
2 Ruang atas tanah dan bawah tanah
3 Bangunan
65
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomr 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Pasal 33.
4 Tanaman
5 Benda yang berkaitan dengan tanah
6 Musyawarah penetapan ganti kerugian
Musyawarah Penetapan Ganti Kerugian dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional. Lembaga Pertanahan melakukan musyawarah dengan pihak yang
berhak dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari kerja sejak hasil penilaian dari penilai disampaikan kepada Lembaga Pertanahan untuk menetapkan bentuk
danatau besarnya ganti kerugian. Berdasarkan hasil penilaian ganti kerugian.
66
Dalam hal tidak terjadi kesepakatan mengenai bentuk danatau besarnya ganti kerugian, pihak yang berhak dapat mengajukan keberatan kepada pengadilan
negeri setempat dalam waktu paling lama 14 empat belas hari kerja setelah musyawarah penetapan ganti kerugian. Pengadilan Negeri memutus bentuk
danatau besarnya ganti kerugian dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari kerja sejak diterimanya pengajuan keberatan.
Hasil kesepakatan dalam musyawarah menjadi dasar pemberian ganti kerugian kepada pihak yang berhak yang dimuat dalam berita acara kesepakatan.
67
Pihak yang keberatan terhadap putusan pengadilan negeri dalam waktu paling lama 14 empat belas hari kerja
dapat mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia. Mahkamah Agung wajib memberikan putusan dalam waktu paling lama 30 tiga
puluh hari kerja sejak permohonan kasasi diterima.
68
66
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Pasal 37 ayat 1
67
http:nafi-harahap.blogspot.com201305prosedur-pengadaan-tanah-menurut-undang.html, Ibid.
68
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Pasal 38 ayat 2
Putusan Pengadilan
NegeriMahkamah Agung yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap menjadi dasar pembayaran Ganti Kerugian kepada pihak yang mengajukan keberatan.
7 Pemberian Ganti Kerugian
Pemberian ganti kerugian atas objek pengadaan tanah diberikan langsung kepada pihak yang perhak. Ganti kerugian diberikan kepada pihak yang berhak
berdasarkan hasil penilaian yang ditetapkan dalam musyawarah danatau putusan Pengadilan NegeriMahkamah Agung. Pada saat pemberian Ganti Kerugian Pihak
yang Berhak menerima Ganti Kerugian wajib:
69
a Melakukan pelepasan hak
b Menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan objek pengadaan tanah
kepada instansi yang memerlukan tanah melalui Lembaga Pertanahan.
c Bukti yang dimaksud merupakan satu – satunya alat bukti yang sah
menurut hukum dan tidak dapat diganggu gugat dikemudian hari. Pihak yang berhak menerima ganti kerugian bertanggung jawab atas kebenaran
dan keabsahan bukti penguasaan atau kepemilikan yang diserahkan. Tuntutan pihak lain atas objek pengadaan tanah yang telah diserahkan
kepada Instansi yang memerlukan tanah menjadi tanggung jawab pihak
yang berhak menerima ganti kerugian.
d Dalam hal pihak yang berhak menolak bentuk danatau besarnya ganti
kerugian berdasarkan hasil musyawarah atau putusan Pengadilan
69
https:www.academia.edu5425892Pengadaan_Tanah_Untuk_Kepentingan_Umum_Banyak_Pe rsoalan_Hukum_
,
Diakses tanggal 24 November 2015, pukul 11.16
NegeriMahkamah Agung, Ganti Kerugian dititipkan di Pengadilan Negeri
setempat.
e Penitipan ganti kerugian di Pengadilan Negeri juga dapat dilakukan
terhadap pihak yang berhak menerima ganti kerugian tidak diketahui keberadaannya, atau objek pengadaan tanah yang akan diberikan Ganti
Kerugian.
f Pada saat pelaksanaan pemberian Ganti Kerugian dan Pelepasan Hak telah
dilaksanakan atau pemberian Ganti Kerugian sudah dititipkan di Pengadilan Negeri, kepemilikan atau Hak Atas Tanah dari pihak yang
berhak menjadi hapus dan alat bukti haknya dinyatakan tidak berlaku dan
tanahnya menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh negar.
g Pelepasan Tanah Instansi
Pelepasan objek pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang dimiliki pemerintah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang mengatur pengelolaan barang milik negaradaerah. Pelepasan objek pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang dikuasai oleh pemerintah atau
dikuasaidimiliki oleh Badan Usaha Milik NegaraBadan Usaha Milik Daerah dilakukan berdasarkan UU Nomor 2 Tahun 2012.
Pelepasan Objek Pengadaan Tanah dilakukan oleh pejabat yang berwenang atau pejabat yang diberi pelimpahan kewenangan untuk itu. Pelepasan
objek pengadaan tanah tidak diberikan Ganti Kerugian, kecuali:
70
70
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Pasal 42 ayat 2
1 Objek pengadaan tanah yang telah berdiri bangunan yang dipergunakan
secara aktif untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan; 2
Objek pengadaan tanah yang dimilikidikuasai oleh Badan Usaha Milik NegaraBadan Usaha Milik Daerah; danatau
3 Objek pengadaan tanah kas desa.
Ganti kerugian atas objek pengadaan tanah diberikan dalam bentuk tanah danatau bangunan atau relokasi. Pelepasan objek pengadaan tanah dilaksanakan
paling lama 60 enam puluh hari kerja sejak penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum.
71
Dalam Bab V UU Nomor 2 Tahun 2012 diatur tentang Sumber Dana dalam Pengadaan Tanah, pasa tersebut menjelaskan bahwa Pendanaan pengadaan
tanah untuk kepentingan umum bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN danatau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD.
Apabila pelepasan objek pengadaan tanah belum selesai dalam waktu tersebut, dinyatakan telah dilepaskan dan menjadi tanah
Negara dan dapat langsung digunakan untuk pembangunan bagi kepentingan umum.
72
71
Andrian, Opcit, hlm. 85
72
Republik Indonesia, Undang-Udang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, Pasal 55.
Dalam hal Instansi yang memerlukan tanah Badan Hukum Milik NegaraBadan Usaha Milik Negara yang mendapatkan penugasan khusus, pendanaan bersumber
dari internal perusahaan atau sumber lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penugasan khusus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
Dana pengadaan tanah yang dimaksud meliputi dana:
73
a. Perencanaan
b. Persiapan
c. Pelaksanaan
d. Penyerahan Hasil
e. Administrasi dan pengelolaan; dan
f. Sosialisasi
2. Proses Ganti Rugi Pengadaan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing
Tinggi
Pengadaan tanah untuk kepentingan umum mensyaratkan adanya ganti rugi yang layak kepada pemegang hak atas tanah. Ganti kerugian tersebut
merupakan hak masyarakat yang harus dilaksanakan oleh pemerintah sebagai pihak yang memerlukan tanah.
Berdasarkan peraturan perundang – undangan hukum agraria tidak diberikan penjelasan mengenai istilah ganti rugi. Dalam hukum perdata, ganti rugi
diartikan sebagai pembayaran kerugian yang diderita oleh seseorang karena adanya perbuatan wanprestasi. Dalam hukum perdata ada tiga macam pembayaran
kerugian yang termasuk istilah ganti rugi:
74
73
Republik Indonesia, Undang-Udang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, Pasal 53.
74
Silvia Kumalasari, “Pengadaan Tanah unutk Kepentingan Umum”, https:www.academia.edu9167551pengadaan_tanah_untuk_kepentingan_umum, diakses pada
tanggal 20 Januari, Pukul 23.15 WIB.
a. Biaya yaitu segala pegeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah
dikeluarkan. b.
Rugi yaitu kerugian karena kerusakan barang-barang milik seseorang yang diakibatkan oleh kelalaian pihak lain.
c. Bunga yaitu berupa kehilangan keuntungan yang sudah dihitung atau
dibayangkan akan diperoleh. Perpres No. 36 Tahun 2005 jo Perpres No. 65 Tahun 2006 serta
Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2007, tidak memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang apa yang dimaksudkan dengan kerugian non fisik dan
bagaimana menetapkan besarnya ganti rugi yang bersifat non fisik. Hal ini nampak dalam pengaturan yang ada pada Pasal 12 Perpres No. 36 Tahun 2005
yang menyatakan bahwa ganti rugi dalam rangka pengadaan tanah diberikan untuk:
75
Bentuk ganti rugi, seperti yang ditentukan dalam Pasal 13 Perpres No. 65 Tahun 2006 dapat berupa:
a. hak atas tanah; b. bangunan;
c. tanaman; d. benda – benda lain yang berkaitan dengan tanah.
76
b. tanah pengganti; a. uang
75
Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Pasal 12.
76
Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Pasal 13.
c. pemukiman kembali; d. gabungan dari dua atau lebih bentuk ganti kerugian sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c; e. bentuk lain yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
Pasal 15 Perpres No. 65 Tahun 2006 menentukan bahwa dasar perhitungan besarnya ganti rugi didasarkan pada:
77
a. Nilai Jual Obyek Pajak NJOP atau nilai nyatasebenarnya dengan
memperhatikan Nilai Jual Obyek Pajak tahun berjalan berdasarkan penilaian LembagaTim Penilai Harga Tanah yang ditunjuk oleh Panitia;
b. Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh perangkat daerah yang
bertanggung jawab di bidang bangunan; c.
Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang pertanian.
Dari ketentuan tersebut dapat dinyatakan bahwa peran dari LembagaTim Penilai Harga Tanah hanya bertugas khusus terhadap tanah saja, sedangkan untuk
bangunan dan tanaman, penilaiannya melalui penaksiran dari perangkat daerah yang terkait. Lembaga Penilai Harga Tanah seharusnya merupakan
lembaga yang independen serta memiliki kompetensi di bidangnya, dan menurut Pasal 25 ayat 2 Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2007 harus
mendapat lisensi dari Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Mengingat Lembaga Penilai tersebut tidak selalu ada pada setiap daerah, maka
daerah – daerah yang belum memiliki Lembaga Penilai, penilaian harga tanah dilakukan oleh Tim Penilai Harga Tanah. Keanggotaan Tim Penilai Harga
77
Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Pasal 15.
Tanah menurut Pasal 26 ayat 2 Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2007 terdiri dari:
78
a. unsur instansi yang membidangi bangunan dan atau tanaman;
b. unsur instansi pemerintah pusat yang membidangi pertanahan nasional;
c. unsur instansi Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan
d. ahli atau orang yang berpengalaman sebagai penilai harga tanah;
e. akademisi yang mampu menilai harga tanah dan atau bangunan dan
atau tanaman dan atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah; serta tidak menutup kemungkinan apabila diperlukan ditambah
unsur Lembaga Swadaya Masyarakat LSM. Tugas dari Tim ini menurut Pasal 28 ayat 2 Peraturan Kepala BPN No.
3 Tahun 2007 adalah melakukan penilaian harga tanah berdasarkan Nilai Jual Obyek Pajak NJOP atau nilai nyatasebenarnya dengan memperhatikan
NJOP tahun berjalan, dan dapat berpedoman pada variabel – variable sebagai berikut:
79
a. lokasi dan letak tanah;
b. status tanah;
c. peruntukan tanah;
d. kesesuaian penggunaan tanah dengan rencana tata ruang
wilayah atau perencanaan ruang wilayah atau kota yang telah ada; e.
sarana dan prasarana yang tersedia; dan f.
faktor lainnya yang mempengaruhi harga tanah.
78
Antique, Ronito Kartika Suryani, “Mekanisme ganti rugi RUU Pengadaan Lahan” http:bisnis.news.viva.co.idnewsread272691-mekanisme-ganti-rugi-ruu-pengadaan-lahan,
diakses pada tanggal 24 November 2015, pukul 12.06
79
Republik Indonesia, Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2007, Pasal 28 ayat 2
Hasil penilaian dari Tim Penilai Harga Tanah ini diserahkan pada Panitia Pengadaan Tanah untuk digunakan sebagai dasar musyawarah antara instansi
Pemerintah yang memerlukan tanah dengan para pemilik tanah. Tata cara untuk pemberian ganti rugi dalam pengadaan tanah jalan tol kota
Medan – Tebing Tinggi masih berdasarkan Peraturan lama, yaitu Peraturan Presiden Republik Indoensia Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah
bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum dan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk
Kepentingan Umum sebagaiman telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Dalam Peraturan Presiden Republik Indoensia Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum tidak dijelaskan secara jelas tentang bagaimana musyawarah dilakukan. Pengaturan tentang musyawarah
dijelaskan dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007.
80
1 Panitia pengadaan tanah KabupatenKota menetapkan tempat dan tanggal
musyawarah untuk mengundang instansi pemerintah yang memerlukan tanah mengenai:
Pasal 31
80
Republik Indonesia
,
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007.
a. Rencana pembangunan untuk kepentingan umum di lokasi tersebut
b. Bentuk danatau besarnya ganti rugi
2 Undangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, wajib telah diterima
instansi pemerintanh yang memerlukan tanah dan para pemilik paling lambat tiga hari sebelum tanggal pelaksanaan musyawarah.
3 Musyawarah bentuk dan besarnya ganti rugi berpedoman pada:
a. Kesepakatan para pihak
b. Hasil penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
c. Tenggang waktu penyelesaian proyek pembangunan
Pasal 32 1
Musyawarah pada asasnya dilaksanakan secara langsung dan bersama- sama antara instansi pemerintah yang memerlukan tanah dengan para
pemilik yang sudah terdftar dalam peta dan daftar yang telah disahkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24.
2 Musyawarah dipimpin oleh ketua panitia pengadaan tanah kabupatenkota
3 Jika ketua panitia pengadaan tanah kabupatenkota sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 berhalangan, maka musyawarah dipimpin oleh wakil ketua. 4
Dalam hal tanah, danatau tanaman danatau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang diperlukan bagi pembangunan :
a. Menjadi objek sengketa di pengadilan maka musyawarah dilakukan
dengan para pihak yang bersengketa
b. Merupakan hak bersama, musyawarah dilakukan dengan pemegang
hak. Pasal 34
Musyawarah rencana pembangunan untuk kepentingan umum di lokasi tersebut sebagimana dimaksud dalam pasal 31 ayat 1 huruf a dianggap telah
tercapai kesepakatan, apalagi paling sedikit 75 dari: a.
Luas tanah yang diperlukan untuk pembangunan telah diperoleh b.
Jumlah pemilik yang menyetujui bentuk danatau besarnya ganti rugi. Pasal 35
1 Dalam hal musyawarah rencana pembangunan untuk kepentingan umum
di lokasi tersebut jumlahnya kurang dari 75, maka panitia pengadaan tanah kabupatenkota mengusulkan kepada instansi pemerintah yang
memerlukan tanah untuk pindah ke lokasi lain. 2
Dalam hal lokasi pembangunan tidak dapat dipindahkan ke lokasi lain sebagaimana kriteria yang dimaksdu delam pasal 39, maka panitia
pengadaan tanah kabupatenkoa melanjutkan kegiatan pengadaan tanah. Pasal 36
Pemilik tanah yang belum sepakat mengenai bentuk danatau besarnya ganti rugi, dan jumlahnya 25 dari jumlah pemilikluas tanah, panitia
pengadaan tanah kabupatenkota mengupayakan musyawarah kembali sampai tercapai kesepakatan bentuk danatau besarnya ganti rugi.
Pasal 39 3
Apabila pemilik tanah menolak penyerahan ganti rugi tau tidak emnerima penawaran penyerahan ganti rugi, maka setelah melewati 120 hari panitia
pengadaan tanah kabupatenkota memuat berita acara penyerahan ganti rugi.
4 Jika pemilik sebagaimana dimaksud pada ayat 3 tetap menolak, maka
berdasarkan berita acara sebagaimana dimaksd dalam pasal 2 dan ayat 3, panitia pengadaan tanah kabuptenkota memerintahkan agar instansi
pemerintah yang memerlukan tanah menitipkan uang ganti rugi ke pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah bagi
pelaksanaan pembangunan. Kesepakatan tentang bentuk dan besarnya ganti rugi yang dihasilkan
dalam musyawarah ini yang dipergunakan sebagai dasar dan pedoman dalam pelaksanaan pembayaran ganti rugi. Musyawarah dianggap telah mencapai
kesepakatan, menurut Pasal 34 Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2007 jika paling sedikit 75 tujuhpuluh lima persen dari luas tanah yang diperlukan
pembangunan telah diperoleh atau jumlah pemilik tanah telah menyetujui bentuk danatau besarnya ganti rugi. Untuk pemilik tanah yang belum
menyepakati, Panitia Pengadaan Tanah mengupayakan musyawarah kembali sampai tercapai kesepakatan mengenai bentuk danatau besarnya ganti
rugi. Jika dalam pelaksanaan pemberian ganti rugi yang telah disepakati tadi, ternyata sebagian dari pemilik tanahnya menolak, maka ganti rugi yang
menjadi hak orang tersebut dititipkan konsinyasi di Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang bersangkutan.
81
1. Apa dasar hukum yang digunakan dalam proses pengadaan tanah
jalan tol Kota Medan – Tebing Tinggi? Konsinyasi dalam pengadaan tanah menurut Perpres No. 36 Tahun
2005 jo Perpres No. 6 Tahun 2006 semestinya hanya dapat dilakukan jika sebelumnya telah terjadi kesepakatan tentang bentuk dan besarnya ganti rugi.
Konsinyasi yang dilakukan karena belum terjadi kesepakatan, tidak boleh dilakukan dan merupakan bentuk perbuatan melanggar hukum serta tidak
mengindahkan penghormatan terhadap hak atas tanah. Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan terhadap pengadaan tanah
jalan tol Kota Medan – Tebing Tinggi, proses ganti ruginya dilakukan dengan cara musyawarah. Berikut ini adalah wawancara dengan Bapak Edirabudin, selaku
Pegawai Badan Pertanahan Deli Serdang, khususnya di bidang Pengadaan Tanah wilayah Deli Serdang.
2. Bagaimana metode yang dilakukan dalam pemberian ganti rugi
atas pembangunan jalan tol Kota Medan - Tebing Tinggi? dan bagaimana penerapannya?
3. Apa yang menjadi pertimbangan penetapan ganti rugi tersebut?
4. Bagaimana status tanah hak masyarakat sepanjang jalan tol Kota
Medan – Tebing Tinggi?
81
Republik Indonesia
,
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007, Pasal 34.
5. Apa yang menyebabkan masih adanya status tanah yang HGU?
6. Bagaimana pengaruh status hak tersebut terhadap pemberian ganti
rugi? 7.
Bagaimana penyelesaian ganti rugi sampai sejauh ini? Berikut ini ringkasan dari jawaban dari wawancara mengenai proses ganti rugi
dalam pengadaan tanah jalan tol Kota Medan – Tebing Tinggi:
82
Pengadaan tanah jalan tol Kota Medan – Tebing Tinggi menggunakan dua dasar hukum yang digunakan, yaitu dasar hukum yang bersifat nasional dan dasar
hukum yang bersifat daerah. Peraturan nasional yang digunakan adalah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah
bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum dan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk
Kepentingan Umum sebagaiman telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Sedangkan untuk skala daerah, dasar hukumnya adalah Keputusan Bupati Deli Serdang Nomor 1512
Tahun 2007. Berdasarkan peraturan tersebut, maka metode yang digunakan untuk pemberian ganti kerugian adalah musyawarah terlebih dahulu kepada masyarakat
yang terkena pengadaan tanah jalan tol Kota Medan – Tebing Tinggi. Musyawarah dilakukan dengan cara mengumpulkan semua masyarakat yang
82
Wawancara dengan Bapak Edirabudin Pegawai Badan Pertanahan Deli Serdang, khususnya di bidang Pengadaan Tanah wilayah Deli Serdang, pada tanggal 2 November 2015, pukul 10.00
WIB.
tanahnya terkena pengadaan tanah tersebut berdasarkan desa dan kecamatannya masing-masing di kantor kelurahankecamatan masing – masing. Kemudian
panitia pengadaan tanah menjelaskan kepada masyarakat apa tujuan pembangunan jalan tol, bagaimana proses ganti ruginya, dan pertimbangan
penetapan biaya ganti ruginya. Tentang penerapannya, sebagian masyarakat menerima jumlah ganti rugi, ada juga yang menolak ganti rugi. Untuk yang
menolak kita melaksanakan proses lain yang telah ditentukan dalam undang – undang. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada, maka yang
menjadi pertimbangan dalam pemberian ganti rugi terhadap pengadaan tanah, yaitu nilai jual obyek pajak atau nilai nyatasebenarnya dengan memperhatikan
nilai jual obyek pajak tahun berjalan berdasarkan penetapan LembagaTim Penilai Harga Tanah yang ditunjuk oleh panitia, nilai jual bangunan yang
ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang bangunan, nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di
bidang pertanian. Berdasarkan status hak atas tanah yang diatur dalam UUPA Pasal 16,
status hak atas tanah di sepanjang jalan tol berbeda – beda. Ada yang sudah menjadi hak milik masyarakat, ada yang masih Eks HGU PTPN II, dan adan juga
yang masih HGU PTPN II. Perbedaan tersebut dikarenakan perpanjangan HGU. Untuk wilayah yang masih merupakan tanah HGU, dikarenakan masih ada
perpanjangan HGU dari PTPN II. Jika dilihat dari sejarahnya, wilayah tersebut dulunya diberikan kepada para pensiunan PTPN II untuk ditempati dan
digunakan. Tetapi yang terjadi adalah bukan hanya sekedar menempati dan menggunakan,oleh pensiunan pegawai PTPN II tersebut, tanah tersebut dijual
kepada masyarakat dan diterbitkan pula SK Camat, SK jual beli, dan SK tidak sah lainnya sebagai alas hak atas tanah tersebut sehingga sampai saat ini,
masyarakat masih merasa memiliki tanah tersebut karena punya alas hak. Perbedaan status hak tersebut memberikan pengaruh terhadap pemberian
ganti rugi, untuk tanah yang bersertifikat ganti rugi yang diberikan lebih besar dibandingkan tanah yang berstatus Eks HGU dan HGU. Sampai sejauh ini,
pembebasan lahan jalan tol Kota Medan – Tebing Tinggi telah hampir selesai 90, hanya ada tinggal beberapa Kepala Keluarga yang masih menolak ganti
rugi dikarenakan ketidakcocokan harga yang ditentukan. Tapi untuk masalah yang demikian, panitia pengadaan tanah telah melakukan eksekusi tanah terlebih
dahulu dan uang ganti rugi telah dititipkan ke pengadilan. Selain melakukan wawancara terhadap pegawai Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Deli Serdang, penulis juga melakukan penelitian dengan mewawancarai salah satu masyarakat yang tanahnya terkena pengadaan tanah,
yaitu Bapak Alman, hasil dari wawancara tersebut dapat penulis tuliskan sebagai berikut:
1. Bagaimana ganti rugi yang diberikan pemerintah terhadap tanah
Anda? 2.
Apa alas hak yang Anda punya atas tanah yang anda? Berikut ringkasan dari hasil wawancara penulis adalah :
83
Ganti rugi yang diberikan pemerintah berbeda-beda setiap tahun. Pada tahun 2007, dilakukan musyawarah dan disepakati bahwa ganti rugi atas seluruh tanah
yang terkena pengadaan tanah yaitu Rp. 385.000. Ganti rugi tersebut diberikan
83
Wawancara dengan Bapak Alman, pada tanggal 9 November 2015, pukul 14.30 WIB.
kepada sebagian masyarakat saja. Pada tahun 2010 dilakukan musyawarah kembali, dan ditetapkan bahwa tanah yang tidak memiliki sertifikat hanya
mendapat ganti rugi 25 dari tanah yang bersertifikat, yaitu Rp. 80.000. Dan pada tahun 2012 dilakukan kembali musyawarah dan kali ini dihadiri oleh Bapak
Gubernur, Bapak Sekda, Bapak Bupati, pihak kejaksaan, BPN, Kepala Desa, dan pada musyawarah tersebut dikatakan bahwa HGU PTPN II kembali diperpanjang
pada tahun 2012, sehingga masyarakat yang tidak memiliki sertifikat tidak berhak mendapat ganti rugi atas tanah, hanya berupa kompensasi atas bangunan,
tanaman, dan benda-benda yang melekat di atas tanah tersebut. karena ganti rugi atas tanah telah diberikan pada pihak Perkebunan PTPN II. Alas hak yang dimiliki
oleh Narasumber adalah SK Camat. Dan narasumber menyatakan bahwa dia adalah penduduk yang baik karena telah membayar pajak.
Dari hasil wawancara tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa cara pemerintah memberikan ganti rugi adalah sebagai berikut :
a. Metode yang digunakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, yaitu dengan musyawarah terlebih dahulu dalam menentukan jumlah ganti rugi dan proses ganti rugi.
b. Pertimbangan atas ganti kerugian diterapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, yaitu berdasarkan Nilai Jual Obyek Pajak atau nilai nyatasebenarnya dengan memperhatikan Nilai Jual Obyek
Pajak tahun berjalan berdasarkan penetapan LembagaTim Penilai Harga Tanah yang ditunjuk oleh panitia, nilai jual bangunan yang
ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang bangunan, nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah
yang bertanggung jawab di bidang pertanian. c.
Ganti rugi yang diberikan pada tiap warga berbeda-beda. Untuk tanah yang bersertifikat atau berstatus hak milik, ganti ruginya Rp. 385.000
meter. Tanah yang berstatus Eks HGU hanya memperoleh Rp. 80.000, yaitu 25 dari nilai tanah yang bersertifikat. Dan tanah yang masih
memiliki perpanjangan HGU PTPN II, hanya memperoleh kompensasi atas bangunan dan tanamannya saja.
B. Data Yuridis Lahan, Bangunan, dan Tanaman yang belum
dibayarkan dalam Pengadaan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi
Keterbatasan tanah untuk kepentingan pembangunan menimbulkan cara perolehan tanah yang disebut dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum
yang dalam pelaksanaaannya selalu mengalami konflik yang menjadi faktor penghambat dari pengadaan tanah.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis di lapangan, baik wawancara dengan masyarakat yang terkena pengadaan tanah di jalan tol Kota
Medan – Tebing Tinggi maupun dengan pihak Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang, khususnya bidang pengadaan tanah, maka penelitian ini
menyajikan beberapa tabel yang menjadi data yuridis tentang kendala dalam pelaksanaan pengadaan tanah jalan tol Kota Medan – Tebing Tinggi, yaitu:
84
1. Daftar Tabulasi Lahan, Bangunan Dan Tanaman Yang Belum
Dibebaskan Untuk Pebangunan Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi
No Lokasi Lahan yang
Luas Lahan Permasalahan
Tindak Lanjut Penyelesaian
84
Data Panitia Pengadaan Tanah, Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang.
belum dibebaskan Langkah yang
dilakukan Hasil
1. Kec. Lubuk Pakam
Desa Pasar Melintang 8.328
- Tanah HGU PTPN II, 8.328 M2 ganti rugi dibayarkan kepada
PTPN II, namun lahan dikuasai warga 55 persil tanah kosong,
warga menuntut ganti rugi tanah, bangunan, tanaman.
- PTPN II selaku pemegang HGU mengalami hambatan
untuk menyelesaikan penggarap. - Melalui FKFD
Provsu dan Kabupaten tanggal 29 Agusutus 2012
di Kantor Desa Pasar Melintang disosialisasikan
bahwa lahan yang sedang dikuasai warga adalah
lahan yang berstatus HGU PTN II, sesuai pendapat
hukum Kejatsu untuk ganti rugi yang diberikan
kepada PTPN II dan bangunan, tanaman milik
warga. - P2T memberitahu secara
lisan atau tulisan sebanyak tiga kali agar
uang kompensasi bangunan dan tanaman
diambil. - Bila sampai akhir Mei
2014 warga tidak mengambil uang
kompenasasi, Satker UPTD Medan akan
mengembalikan ke kas Pemprovsu dan lahan
tetap dikerjakan oleh Balai Besar Jalan
Nasional. -Satker UPTD Medan
bersama P2T sebagian telah membayarkan
bangunantanaman warga, dari 49 unit, telah
terealisasikan 32 unitdan sisanya 17 unit.
- Terhadap 17 unit bangunan dan tanaman
sampai saat ini warga belum mau mengmbil
uang kompensasi. - Sebagian warga tidak
mau meneima surat pemberitahuan dan
menyerahkan permasalahannya melalui
LSM NKRI yang berposko di Desa Pasar
Melintang - Tim percepatan
Penyelesaian Pemprovsu, Pemkab Deli Serdang,
Satker UPTD Medan, dan Balai Besar Pelaksana
Jalan Nasional sedang menunggu reaksi warga
Kec. Tanjung Morawa
Desa Bangun Sari Baru dan Desa Buntu
Bedimbar 1.375
Tanah warga 5 persil luas 1.35 M2 uang ganti rugi belum
diambil, disebabkan : - Satu Persil lahan sedang
bersengkata antara Kasigiong dengan JununManta Siagian.
- Satu Persil belum mau mengambil uang ganti rugi An
MisniMiswan- --- Dua Persil lahan diagunkan menjadi kredit
macet di bank Mandiri An. PT Tunggal Nusantara, dan PT.
FidausDimin. -Satu Persil tidak diketahui
keberadaannya. -Satker Unit Pelaksana
Teknis Daerah Medan dan Panitia Pengadaan Tanah
telah mengkonsinyiasikan uang ganti rugi ke
Pengadilan Negeri Lubuk Pakam.
-Tim Percepat Penyelesaian Pemprovsu,
Pemab Deli Serdang, Satker UPTD Medan, dan
Balau Besar Pelaksana Jalan Nasional pada telah
melakukan pembersihan. - Pengadilan Negeri
Lubuk Pakam telah memutuskan uang
penetapan konsinyiasi. - Lima Persil yang
dikonsinyiasi telah dapat dikerjakan.
C. Kendala – Kendala dalam Pengadaan Tanah Jalan Tol Kota Medan –