5
2.1.3. Habitat dan daerah tumbuhan
Pluchea indica L. Less pada umumnya di Indonesia dikenal dengan
nama beluntas, khususnya bagi masyarakat Sumatra, Jawa dan Madura. Sulawesi disebut lamutasa dan di Timor disebut lenabou. Dalam pengobatan Cina dikenal
dengan luan yi dan di Eropa dikenal dengan marsh heabane Hariana, 2005. Beluntas umumnya tumbuh liar di daerah kering pada tanah yang keras atau
berbatu atau ditanam sebagai tanaman pagar. Tumbuhan ini memerlukan cukup cahaya matahari atau sedikit naungan, banyak ditemukan pada daerah pantai dekat
laut, terdapat sampai 1000 m di atas permukaan laut Ardiansyah, 2005. 2.1.4. Kandungan kimia beluntas
Daun beluntas mengandung alkaloid, flavonoida, tanin, minyak atsiri, asam chlorogenik, kalium, aluminium, kalsium, magnesium dan fosfor. Akarnya
mengandung flavonoida dan tanin Dalimartha, 1999.
2.1.5. Manfaat tumbuhan
Tumbuhan Beluntas dapat digunakan untuk menghilangkan bau badan dan bau mulut, kurang nafsu makan, gangguan pencernaan pada anak, TBC kelenjar
skrofuloderma, nyeri pada rematik, nyeri tulang, sakit pinggang, demam, dating haid tidak teratur dan keputihan Dalimartha, 1999.
2.2. Kandungan Senyawa Kimia 2.2.1. Alkaloid
Alkaloida merupakan golongan zat sekunder yang terbesar. Alkaloida mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen,
biasanya sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloida mempunyai aktivitas fisiologi yang menonjol, sehingga banyak diantaranya digunakan dalam bidang
pengobatan Harborne, 1987.
Universitas Sumatera Utara
6
2.2.2. Flavonoida
Flavonoida umumnya terdapat pada tumbuhan sebagai glikosida. Flavonoid berupa senyawa fenol dan telah diketahui memiliki respon terhadap
mikroba Robinson, 1995. Aktivitasnya dikarenakan kemampuannya membentuk kompleks dengan protein seluler dan dinding sel bakteri Cowan, 1999.
2.2.3. Tanin
Tanin pada tanaman merupakan senyawa fenolik yang larut dalam air yang memiliki berat molekul antara 300-3000 dan menghasilkan reaksi warna biru
dengan besi III klorida. Tanin berasal dari bahasa Prancis ‘tanin’ yang merupakan fenol alami Khanbabaea, 2001. Secara kimia tanin tumbuhan terbagi
dua, yaitu tanin terkondensasi tanin katekin dan tanin terhidrolisis Robison, 1995.
Tanin memiliki kemampuan untuk mengendapkan protein, memiliki aktivitas sebagai antioksidan, antitumor Robinson, 1995. Sifat antibakteri tanin
berhubungan dengan kemampuannya membentuk komplek dengan protein bakteri Cowan, 1999.
2.2.4. Glikosida
Glikosida adalah suatu golongan senyawa bila dihidrolisis akan terurai menjadi gula glikon dan senyawa lain aglikon atau genin. Glikosida mudah
terhidrolisis oleh asam mineral atau enzim. Hidrolisis oleh asam memerlukan panas, sedangkan hidrolisis oleh enzim tidak memerlukan panas Sirait, 2007.
Berdasarkan ikatan antara glikon dan aglikon, glikosida dapat dibedakan menjadi:
a. Tipe O-glikosida, ikatan antara bagian glikon dengan aglikon melalui jembatan
O.Mayoritas glikosida termasuk ke dalam kelompok ini.
Universitas Sumatera Utara
7 b.
Tipe C-glikosida, ikatan antara bagian glikon dengan aglikon melalui jembatan C, yakni gula melekat pada aglikon melalui ikatan karbon-karbon.
c. Tipe S-glikosida, ikatan antara bagian glikon dengan aglikon melalui jembatan
S. Contoh: sinigrinC
10
H
16
NS
2
K yang termasuk ke dalam glikosida glukosinolat dari tumbuhan Brassicaceae.
d. Tipe N-glikosida, ikatan antara bagian dari glikon dengan aglikon melalui
jembatan N. Contoh: nikleosidin, kronotosidin.
2.2.5. Saponin
Saponin tersebar luas diantara tanaman tingkat tinggi. Saponin merupakan senyawa berasa pahit, menusuk, menyebabkan bersin dan mengakibatkan iritasi
terhadap selaput lendir. Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun bahasa Latin sapo berarti sabun. Saponin adalah
senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah
merah. Saponin sangat beracun dalam larutan yang sangat encer, untuk ikan dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan oleh penduduk sebagai
racun ikan selama beratus-ratus tahun. Beberapa saponin bekerja sebagai
antimikroba Robinson, 1995. 2.2.6. Steroidtriterpenoid
Steroid adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidropenantren Harbone, 1987. Triterpenoid adalah senyawa
yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis masuk jalur asam mevalonat yang diturunkan dari hidrokarbon C
30
asiklik, yaitu skualena. Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard yang
Universitas Sumatera Utara
8 dengan kebanyakan triterpen dan sterol memberikan warna hijau-biru Harborne,
1987. Steroid pada umumnya berupa alkohol dengan gugus hidroksil pada C
3
sehingga steroid sering juga disebut sterol Robinson, 1995. Gambar struktur dasar dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Struktur dasarsteroid
Robinson, 1995
2.3. Ekstraksi