70
BAB III KEWENANGAN DALAM PEMINDAHAN HAK
ATAS KEKAYAAN YAYASAN
A. Kekayaan dan Sumber-sumbernya
Kekayaan Yayasan diatur dalam Pasal 5 jo. Pasal 26 ayat 1 jo. Pasal 26 ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 Tentang Yayasan, diketahui bahwa,
kekayaan Yayasan merupakan kekayaan yang dipisahkan dapat berupa uang ,barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh Yayasan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 16 tahun 2001 Tentang Yayasan, yakni : Kekayaan yang dapat diperoleh dari :
a. Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat
b. Wakaf
c. Hibah
d. Hibah wasiat legat, dan
e. Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan
danatau peraturan perUndang-Undangan yang berlaku deviden, bunga tabungan bank, sewa gedung atau perolehan dari usaha Yayasan.
Yayasan terdiri atas kekayaan yang dipisahkan adalah konsekuensi logis dari bentuk hukum Yayasan sebagai badan hukum. Meskipun penjelasan Undang-
Undang Nomor 16 tahun 2001 Tentang Yayasan tidak memberikan penjelasan lebih lanjut, hal ini dapat disimpulkan bahwa Yayasan bukan terdiri atas orang-
orang termasuk badan-badan atau saham-saham yang dimiliki oleh orang-orang termasuk badan-badan.
Universitas Sumatera Utara
71 Kekayaan yang dipisahkan tersebut merupakan modal bagi usaha Yayasan
yang berasal dari modal para pendiri sebagai modal awal dan kekayaan yang berasal dari sumber-sumber lainnya.
B. Kegiatan Usaha Badan Hukum Yayasan Menurut Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2004
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Yayasan dengan Nomor 16 tahun 2001 memberikan kesempatan pada Yayasan untuk melakukan kegiatan
usaha sebagaimana dituangkan dalam Pasal 3, Pasal 7 dan Pasal 8.
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 Tentang Yayasan : 1.
Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan atau ikut
serta dalam suatu badan usaha; 2.
Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada Pembina, Pengurus dan Pengawas.
Makna yang terkandung dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 Tentang Yayasan bahwa tersebut kegiatan usaha Yayasan adalah untuk
menunjang pencapaian maksud dan tujuannya yaitu suatu tujuan yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Hal ini mengakibatkan seseorang yang
menjadi organ Yayasan harus bekerja secara sukarela tanpa menerima gaji, upah atau honor tetap, hal ini lebih dipertegas dalam ayat 2 Pasal 3 tersebut.
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 Tentang Yayasan, menyebutkan bahwa : Kegiatan usaha dari badan usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat 1 harus sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan serta tidak
Universitas Sumatera Utara
72 bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan atau peraturan perUndang-
Undangan yang berlaku. Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 Tentang
Yayasan : Kegiatan usaha dari badan usaha Yayasan mempunyai cakupan yang luas,
termasuk antara lain hak asasi manusia, kesenian, olah raga, perlindungan konsumen, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan dan ilmu
pengetahuan. Ketentuan di dalam Pasal-Pasal tersebutlah yang menjadi dasar bahwa
Yayasan boleh melakukan usaha atau mendirikan suatu badan usaha untuk memperoleh laba, namun laba tersebut hanya sebatas kegiatan bukan semata-mata
sebagai tujuannya. C. Kewenangan Pengurus dan Pengawas
Peranan Pengurus dalam suatu organisasi sangatlah dominan, Pengurus Yayasan menurut Pasal 31 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001
Tentang Yayasan, Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan Yayasan. Yang dapat diangkat menjadi Pengurus adalah orang
perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 Tentang Yayasan. Pengurus Yayasan
diangkat oleh Pembina berdasarkan keputusan rapat Pembina Pasal 32 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 Tentang Yayasan.
Pengurus mempunyai tugas dan kewenangan melaksanakan kepengurusan dan perwakilan yang harus dijalankan semata-mata untuk mencapai
maksud dan tujuan Yayasan Sehubungan dengan kewenangan Pengawas
Universitas Sumatera Utara
73 Yayasan, Undang-Undang Yayasan memberikan hak kepada Pengawas
Yayasan untuk memberhentikan sementara anggota Pengurus dengan menyebutkan alasan yang jelas. Pemberhentian sementara yang dilakukan
oleh Pengawas Yayasan harus dalam jangka waktu paling lambat 7 tujuh hari terhitung sejak tangggal pemberhentian sementara, dilaporkan secara
tertulis kepada Pembina. Selanjutnya dalam jangka waktu 7 tujuh hari terhitung sejak tanggal laporan diterima. Pembina wajib memanggil
anggota Pengurus yang bersangkutan untuk diberi kesempatan untuk membela diri. Dalam jangka waktu 7 tujuh hari setelah pembelaan diri,
Pembina
wajib mencabut
pemberhentian sementara
dan atau
memberhentikan anggota Pengurus yang bersangkutan.
123
Apabila Pembina tidak melaksanakan hal tersebut maka pemberhentian sementara tersebut batal demi hukum dan Pengurus Yayasan yang diberhentikan
sementara tersebut kembali memangku jabatan dan karenanya melaksanakan kembali tugasnya sebagai Pengurus Yayasan.
Undang-Undang Yayasan menentukan bahwa mereka yang dapat diangkat menjadi Pengawas adalah orang-orang yang mampu dan cakap untuk
melaksanakan perbuatan hukum. Setiap anggota Pengawas yang dinyatakan bersalah dalam melaksanakan pengawasan Yayasan yang menyebabkan kerugian
Yayasan, masyarakat dan negara berdasarkan putusan tetap Pengadilan dalam jangka waktu 5 lima tahun sejak putusan tersebut, tidak dapat menjadi
Pengawas. Jabatan Pengawas tidak dapat dirangkap dengan jabatan lain seperti sebagai Pengurus atau Pembina.
Pengawas Yayasan diangkat oleh Pembina berdasarkan rapat Pembina untuk jangka waktu selama 5 lima tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1
satu kali masa jabatan. Pengawas dapat diberhentikan sewaktu-waktu dengan keputusan rapat Pembina, dengan menyebutkan alasannya. Ketentuan mengenai
123
Gunawan Wijaya, Op.Cit, hal 43
Universitas Sumatera Utara
74 susunan, tata cara pengangkatan, pemberhentian, penggantian Pengawas diatur
dalam Anggaran Dasar Yayasan. Dalam hal terjadi penggantian Pengawas, Pembina wajib melaporkan
secara tertulis kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia paling lambat 30 tiga puluh hari terhitungsejak tanggal penggantian. Dalam hal
pengangkatan, pemberhentian, penggantian tidak sesuai dengan Angaran Dasar maka dapat dimintakan pembatalan atas permohonan yang
berkepentingan atau Kejaksaan. Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Pengawas dalam melakukan tugas pengawasan
dan kekayaan Yayasan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan tersebut, setiap anggota Pengawas secara tanggung renteng
bertanggungjawab atas kerugian tersebut. Anggota Pengawas yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya,
tidak bertanggung jawab secara tenggung renteng atas kerugian tersebut.
124
D. Pemeriksaan terhadap Yayasan