Kedudukan hukum dalam mengelola kekayaan Yayasan di Indonesia

64

F. Kedudukan hukum dalam mengelola kekayaan Yayasan di Indonesia

Pada masa pemeritntahan Orde Baru banyak Yayasan yang didirikan oleh lembaga lembaga atau instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah termasuk badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah, maupun swasta yang bergerak dalam banyak kegiatan, bahkan banyak yang cenderung komersial. Pembentukan Yayasan yang dilakukan oleh pemerintah telah banyak membawa konsekuensi hukum. Sebagian keuangan negara telah dipisahkan dalam arti di lepaskan penguasaannya untuk mendirikan Yayasan tersebut. Keuangan negara yang dipisahkan atau di lepaskan penguasaannya tersebut bukan lagi milik negara, karena itu negara tidak lagi memiliki kekuasaan secara nyata atas keuangan negara yang dipisahkan tersebut. 113 Namun demikian pendirian Yayasan oleh lembaga-lembaga pemerintah termasuk badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah pada umumnya juga memanfaatkan fasilitas lembaga pemerintah atau badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang bersangkutan, baik dalam bentuk sarana, prasarana, ataupun kewenangan-kewenangan publik yang melekat pada lembaga pemerintah atau badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah tersebut. 114 Kedudukan lembaga pemerintah atau badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah sebagai pendiri Yayasan pada umumnya diwakili oleh pejabat pada lembaga atau badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang bersangkutan baik secara ex offisio maupun secara pribadi, namun kewenangan-kewenangan publik yang melekat pada sirinya sering dimanfaatkan untuk memupuk keuntungan Yayasan. Dengan demikian dalam kiprahnya Yayasan tersebut tampak seperti kuasa lembaga pemerintah, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah. 115 113 Ali Rido, Op.Cit, hal 13 114 Chatamarrasjid, , Op.Cit, hal 48 115 Ibid, hal 17 Universitas Sumatera Utara 65 Demikian pula Yayasan yang didirikan oleh swasta, tengarai Yayasan- Yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan telah berubah arah dari tujuan sosial ke tujuan komersil, sehingga aparat pajak mulai mengincar Yayasan pendidikan sebagai wajib pajak yang merupakan salah satu target pemasukan pendapatan negara. Keinginan untuk segera memiliki UU Yayasan sebenarnya sudah lama, bahkan belakangan di era reformasi keinginan untuk segera memiliki UU Yayasan itu berbarengan dengan keinginan untuk menertibkan Yayasan yang semula didirikan oleh pemerintah dan kemudian dipimpin oleh mantan tokoh-tokoh pemerintah pemerintahan, seperti mantan Presiden Suharto yang ditengarai sebagai sarang KKN, namun sayang belakangan ini mualai tidak kedengaran lagi karena kalah dengan euforia politik. Yayasan adalah suatu entitas hukum yang keberadaannya dalam lalu lintas hukum di Indonesia sudah di akui oleh masyarakat berdasarkan realita hukum positif yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia. Namun demikian aturan perUndangUndangan yang mengatur entitas Yayasan sebagai badan hukum belum ada sampai saat ini. UU tentang Yayasan telah dibuat oleh pemerintah, namun demikian sampai saat ini belum ada kejelasan nasibnya. Kecenderungan masyarakat memilih bentuk Yayasan antara lain karena alasan : 1. Proses pendiriannya sederhana, 2. Tanpa memerlukan pengesahan dari pemerintah, 3. Adanya persepsi dari masyarakat bahwa Yayasan bukan merupakan subyek pajak. 116 Pengakuan Yayasan sebagai badan hukum yang berarti sebagai subyek hukum mandiri seperti halnya orang, secara teoritis dalam kenyataannya hanya didasarkan antara lain : karena adanya kekayaan terpisah, tidak membagi kekayaan atau penghasilannya kepada pendiri atau pengurusnya, mempunyai 116 Sunardiati Maria Kusumastuti Arie, Op.Cit, hal 13 Universitas Sumatera Utara 66 tujuan tertentu, mempunyai tujuan tertentu, mempunyai organisasi yang teratur, didirikan dengan akta notaris. Berdasarkan hukum kebiasaan dan asumsi hukum yang berlaku umum di masyarakat, maka dapat dikemukakan ciri-ciri Yayasan sebagai suatu entitas hukum sebagai berikut : 117 1. Eksistensi Yayasan sebagai entitas hukum di Indonesia belum didasarkan pada peraturan perUndangUndangan yang berlaku, 2. Pengakuan Yayasan sebagai badan hukum belum ada dasar yuridis yang tegas berbeda halnya dengan PT, Koperasi dn badan hukum yang lain, 3. Yayasan dibentuk dengan memisahkan kekayaan pribadi pendiri untuk tujuan nirlaba, unutk tujuan religius, sosial keagamaan, kemanusiaan dan tujuan-tujuan idiil yang lain, 4. Yayasan didirikan dengan akta notaris atau dengan surat keputusan pejabat yang bersangkutan dengan pendirian Yayasan, 5. Yayasan tidak memiliki anggota dan tidak dimiliki oleh siapapun, namun mempunyai Pengurus atau organ untuk merealisasikan tujuan Yayasan, 6. Yayasan, mempunyai kedudukan yang mandiri, sebagai akibat dari adanya kekayaan terpisah dari kekayaan pribadi pendiri atau pengurusnya dan mempunyai tujuan sendiri beda atau lepas dari tujuan pribadi pendirian atau Pengurus, 7. Yayasan diakui sebagai badan hukum seperti halnya orang yang berarti ia diakui sebagai subyek hukum mandiri yang dapat menyandang hak dan kewajiban mandiri, didirikan dengan akta dan didaftarkan di kantor kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat, 8. Yayasan dapat dibubarkan oleh pengadilan bila tujuan Yayasan bertentangandengan hukum, dapat dilikuidasi dan dapat dinyatakan pailit. Dengan dikeluarkannya UU No. 16 Tahun 2001 dan mengacu pada di atas, dapat disimpulkan bahwa Yayasan telah diakui sebagai badan hukum privat, yang berarti diakui subyek hukum mandiri yang terlepas dari kedudukan subyek hukum para pendiri atau pengurusnya. Sebagai subyek hukum mandiri berarti Yayasan dapat menyandang hak dan kewajiban, dapat menjadi debitur maupun kreditur, dengan kata lain Yayasan dapat melakukan hubungan hukum apapun dengan pihak ketiga. Kapan ia menjadi badan hukum menurut UU Yayasan adalah sejak akta pendiriannya yang dibuat di hadapan Notaris disahkan oleh Menteri Hukum dan PerUndangUndangan dan HAM. 118 117 Barohima Anwar, Op.Cit, hal 50 118 Chatamarrasjid, Op.Cit, hal 49 Universitas Sumatera Utara 67 Yayasan yang sebagian kekayaannya berasal dari bantuan Negara, bantuan luar negeri dan atau sumbangan masyarakat yang diperolehnya sebagai akibat berlakunya suatu peraturan perUndangUndangan wajib mengumumkan iktisar laporan tahunan sebgaimana dimaksud oleh Pasal 52 Ayat 1 UU Yayadan yang mencakup kekayaannya selama 10 sepuluh tahun sebelum UU Yayasan diUndangkan. Pengumuman ini tidak menghapus hak dari pihak berwajib untuk melakukan pemeriksaan, penyidikan dna penuntutan apabila ada dugaan terjadi pelanggaran hukum. Ditinjau dari cara pendirian atau pembentukannya, jenis Yayasan dapat dibagi dua yaitu Yayasan yang didirikan oleh Penguasa atau pemerintah termasuk BUMN dan BUMD dan Yayasan yang didirikan oleh orang perorangan atau swasta. Yayasan yang didirikan oleh Pemerintah sebelum keluarnya UU Yayasan, ada yang didirikan hanya dengan Surat Keputusan dari Pejabat yang berwenang untuk itu dan ada yang didirikan dengan akta notaris. Kekayaan awal Yayasan seperti ini dapat diambilkan dari kekayaan negara yang dipisahkan atau dilepaskan penguasanya dari pemerintah dan dari kekayaan pribadi sendiri. Kedudukan kekayaan negara yang dipisahkanatau dilepaskan penguasaannya, secara yuridis akan dapat disamakan dengan hibah, sehingga segala konsekuensi penggunaan, pengelolaan, dan pengawasan atas kekayaan tersebut akan lepas sama sekali dari pihak yang memberi atau yang menghibahkan. 119 Yayasan yang didirikan oleh swasta atau perorangan biasanya dilakukan dengan akta notaris dan menurut UU Yayasan yang baru justru harus dengan akta notaris. Kekayaan yang dipisahkan datang dari milik para pendiri atau Pengurus Yayasan yang bersangkutan. Kebiasaan yang terjadi akta notaris tersebut didaftarkan di Kantor kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat. Banyak dijumpai 119 YB. Sigit Hutomo, Op.Cit, hal 27 Universitas Sumatera Utara 68 di masyarakat Yayasan yang didirikan untuk tujuan sosial, keagamaan, pendidikan dan lain sebagainya yang didirikan oleh pihak swasta. Dewasa ini terdapat kecenderungan seseorang mendirikan Yayasan yang sudah menyimpang dari tujuan semula. Banyak dijumpai Yayasan yang sudah mengarah kepada usahausaha yang berorientasi profit sebagaimana halnya sebuah perusahaan. Ia telah melakukan kegaiatan usaha sedemikian rupa dalam lalu lintas dagang. Unsurunsur menjalankan perusahaan, seperti membuat dokumen perusahaan, mempunyai ijin usaha, dikenai pajak, menggaji Pengurus dan terutama memperhitungkan atau menghitung untung ruginya dan semua dicatat dalam pembukuan adalah ciri-ciri suatu kegiatan yang berbentuk hukum perusahaan. Tandatanda Yayasan mulai menyimpang dari tujuan semula, secara nyata dituangkan di dalam anggaran dasar suatu Yayasan tertentu Dapat dilihat dalam suatu anggaran dasar diatur adanya keanggotaan Yayasan yang abadi, pendiri mempunyai kekuasaan mutlak dan abadi bahkan kedudukannya dapat diwariskan. Yayasan tersebut bergerak dalam bidang pendidikan. Pendiri berasumsi bahwa lembaga yang didirikan dalam naungan wadah Yayasan tersebut suatu saat kalau berkembang dalam konteks bisinis untung, maka Yayasan tersebut harus tidak boleh lepas dari kekuasannya, selaku pendiri. Oleh karena itu untuk mengamankan kedudukannya, di dalam anggaran dasar diatur kedudukan pendiri : abadi, dapat diwariskan, mempunyai hak veto, dan sebagainya. Cara-cara demikian ditinjau dari hakekat Yayasan jelas suatu penyimpangan. 120 Dengan keluarnya UU Yayasan eksistensi Yayasan sebagi entitas hukum privat tidak perlu dipermasalahkan lagi atau tidak perlu diragukan algi. Ia adalah badan hukum privat yang sudah mempunyai landasan yuridis yang kuat. Yayasan pada hakekatnya adalah kekayaan yang dipisahkan yang oleh Undang-Undang diberi status badan hukum. Ia adalah subyek hukum seperti halnya orang. Oleh karena ia bukan orang sungguhan, maka diperlukan organ agar ia bisa berfungsi seperti orang sungguhan. Organ itu yang disebut Pembina, Pengawas dan Pengurus. Analog dengan hukum PT, kedudukan Dewan Pembina itu sama halnya 120 Tumbuan, Fred BG., Op.Cit, hal 63 Universitas Sumatera Utara 69 dengan RUPS, Pengawas itu sama halnya dengan Komisaris dan Pengurus itu sama halnya dengan Direksi. 121 Kekayaan yang dipisahkan itu bagi Yayasan diperuntukkan bagi pencapaian tujuan tertentu di bidang sosial, idiil, kemanusiaan dan keagamaan. Dengan demikian Yayasan pada hakekatnya adalah : 1. Harta kekayaan yang dipisahkan, 2. Harta kekayaan tersebut diberi status badan hukum, 3. Keberadaannya untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, kemanusiaan dan keagamaan tersebut. Secara teoritis Yayasan dapat didirikan oleh satu orang, dua orang atau lebih. Yayasan tidak mempunyai anggota semacam pemegang saham dalam PT dan eksistensinya sematamata diperuntukkan untuk mencapai tutujan tertentu dalam bidang sosial, kemanusiaan dan keagamaan tersebut. Oleh sebab itu semua kegiatan Yayasan harus diabdikan kepada pencapaian tujuan tersebut. UU Yayasan menegaskan hal ini dengan melarang pembagian hasil usaha kepada organ Yayasan, serta ancaman pidana. Praktek peradilan selama ini terfokus pada syarat pemisahan harta kekayaan dan akta notariil sebagai syarat pendirian Yayasan. Syarat pemisahan harta kekayaan sangat banyak dijadikan alasan menurut para Pengurus Yayasan karena pada umumnya hasil usaha Yayasan telah dijadikan obyek perebutan kedudukan dalam kepengurusan Yayasan. Anak keturunan kpara pendiri sering muncul jadi pihak berperkara karena melihat adanya kelemahan organisasi Yayasan dan karena alasanalasan subyektif. Isi akte pendirian sering dijadikan alasan untuk mengalihkan harta kekayaan Yayasan, seolaholah akta pendirian itu dapat diubah setiap saat sesuai dengan keinginan Pengurus Yayasan. 122 121 Ali Rido, Op.Cit, hal 47 122 http:www.mail-archive.comrantau-netgroups.or.idmsg03892.html diakses 10 Januari 2013 Universitas Sumatera Utara 70

BAB III KEWENANGAN DALAM PEMINDAHAN HAK

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

7 121 117

Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Kekayaan Yayasan Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

0 60 257

Suatu Tinjauan Terhadap Penerapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan Oleh Yayasan AFTA sebagai Badan Hukum.

0 0 6

undang undang nomor 28 tahun 2004 tentang perubahan atas uu nomor 16 tahun 2001 tentang yayasan

0 0 22

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 2004 PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NO 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

0 0 7

BAB II PENGELOLAAN YAYASAN OLEH ORGAN YAYASAN A. Keberadaan Yayasan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 - Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

0 0 19

Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

0 0 11

Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

0 0 39

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

0 0 26