39 tentunya tidak mempunyai pilihan lain selain menggunakan Yayasan sebagaimana
dipersyaratkan oleh peraturan perUndang-Undangan. Akibatnya adalah Yayasan didirikan untuk sekedar memenuhi persyaratan peraturan perUndang-Undangan.
Padahal Yayasan tersebut dikelola sebagaimana layaknya sebuah PT yang merupakan badan hukum yang mencari keuntungan.
Ketiga, Yayasan digunakan sebagaimana layaknya PT. Yayasan demikian didirikan dengan maksud sebenarnya untuk mencari keuntungan baik
langsung maupun tidak langsung. Banyak contoh untuk hal ini. Yayasan didirikan untuk memiliki saham, untuk mengelola gedung secara
komersial, bahkan biro perjalanan yang menawarkan perjalanan ke tempat- tempat suci sering menggunakan Yayasan
sebagai badan “usaha”-nya. Masuk dalam katagori ini adalah perusahaan-perusahaan yang mendirikan
Yayasan untuk mendapat keringanan pajak. Padahal selain mendapat keringanan pajak, perusahaan tersebut akan terkesandimata banyak orang
sebagai tidak semata-mata mencari keuntungan tetapi juga mempunyai kepedulian terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh
masyarakat kegiatan ini sering disebut sebagai image building. Pada contoh ini keuntungan diperoleh secara tidak langsung.
69
D. Prinsip Pertanggungjawaban Pengurus dalam Pengelola Kekayaan Yayasan
Peranan Pengurus amat dominan pada suatu organisasi. Pada Yayasan Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan Yayasan.
Sebelum adanya Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang – Undang
Nomor 28 Tahun 2004, sering terjadi Pendiri merangkap sebagai Pengurus atau demikian sebaliknya. Hal ini mengakibatkan sering timbulnya kepentingan
pribadi dari Pengurus Yayasan tersebut yang merugikan Yayasan dalam menjalankan kegiatannya.
69
http:pascasarjana.esaunggul.ac.id diakses 11 Januari 2013
Universitas Sumatera Utara
40 Peran Pengurus dalam Undang
– Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan diatur dalam Pasal 31 sampai dengan Pasal 39. Pengurus tidak boleh
merangkap sebagai Pembina atau Pengawas. Larangan perangkapan jabatan dimaksud untuk meghindari kemungkinan tumpang tindih kewenangan, tugas dan
tanggung jawab antara Pembina, Pengurus, dan Pengawas yang dapat merugikan kepentingan Yayasan atau pihak lain.
Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan Yayasan baik didalam maupun di luar Yayasan. Pengurus mempunyai tugas dan
kewenangan melaksanakan kepengurusan dan perwakilan yang harus dijalankan semata
– mata untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan. Adapun yang dapat diangkat menjadi Pengurus Yayasan adalah orang perseorangan yang mampu
melakukan perbuatan hukum. Kewenangan Pengurus meliputi :
a. Melaksanakan kepengurusan Yayasan
b. Mewakili Yayasan, baik di dalam maupun di luar pengadilan
c. Mengangkat dan memberhentikan pelaksanaan kegiatan Yayasan
d. Bersama – sama dengan anggota Pengawas mengangkat anggota
pembina jika Yayasan tidak lagi mempunyai pembina e.
Mengajukan perpanjangan jangka waktu pendirian, jika Yayasan didirikan untuk jangka waktu tertentu
f. Menandatangani laporan tahunan bersama – sama dengan Pengawas
g. Mengusulkan kepada pembina tentang perlunya penggabungan
h. Bertindak selaku likuidator jika tidak ditunjuk likuidator.
70
Disini nampak bahwa Pengurus mempunyai tugas dan kewenangan yaitu
melaksanakan kepengurusan dan mewakili Yayasan. Sehubungan dengan tugas dan kewenanagan tersebut, Undang
– Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 menegaskan bahwa setiap anggota Pengurus
70
Chatama Rasjid, Op.Cit, hal 17
Universitas Sumatera Utara
41 bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan menjalankan
tugasnya tidak mematuhi ketentuan anggaran dasar Yayasan sehingga mengakibatkan kerugian bagi Yayasan atau pihak ketiga.
71
Ketentuan ini merupakan konsekwensi dari fidusiary relationship antara Yayasan dengan
Pengurus selaku organ Yayasan. Undang
– Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 memberi kebebasan kepada Yayasan untuk mengangkat anggota
Pengurus, yang tidak harus berasal dari dalam Yayasan. Jika ada anggota Pengurus yang diangkat dari luar Yayasan sama sekali tidak dilarang. Undang
– Undang Yayasan dalam hal ini menganut azas bebas dan terbuka dalam
pengangkatan Pengurus. Pengurus tidak boleh merangkap sebagai pembina atau Pengawas.
72
Larangan merangkap jabatan ini. menurut penjelasan Pasal 31 Ayat 3 Undang
– Undang Nomor 16 Tahun 2001 tersebut, untuk menghindari kemungkinan tumpang tindih kewenangan, tugas, dan tanggung jawab antara
Pembina, Pengurus, Pengawas yang dapat merugikan kepentingan Yayasan atau pihak lain.
Ketentuan Pasal 31 ayat 2 maupun Pasal 40 ayat 3 menghendaki agar pengangkatan anggota Pengurus maupun Pengawas, syaratnya adalah orang
perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum. Namun bukan berarti semua orang dapat diangkat dengan mempertimbangkan berbagai aspek, seperti
aspek pendidikan dan pengalaman, aspek kemampuan dan tanggung jawab, aspek menejerial dan profesional.
71
Anwar Borahima, Op. Cit, Hal 222
72
Pasal 31 ayat 3 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
Universitas Sumatera Utara
42 Pembina, Pengurus dan Pengawas dilarang merangkap jabatan dan
masing-masing harus bekerja secara profesional. Pihak ketiga dapat mengawasi kerja dari organ Yayasan tersebut, sebagai bagian pengawasan dari luar untuk
menyelesaikan permasalahan Yayasan secara represif. Jadi lembaga pemerikasaan di sini sebenarnya juga untuk menilai profesionalitas personel organ Yayasan.
Pengurus Yayasan diangkat oleh Pembina berdasarkan keputusan rapat Pembina untuk jangka waktu selama 5 lima tahun dan dapat diangkat kembali
setelah jabatan pertama berakhir untuk masa jabatan 5 tahun dan ditentukan dalam anggaran dasar, dan tidak ditentukan untuk berapa kali pengangkatan. Pengurus
yang baru harus meberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia tentang pergantian Pengurus sebelumnya.
73
Pengangkatan, pemberhentian, atau penggantian Pengurus yang tidak sesuai dengan ketentuan anggaran dasar dapat dibatalkan oleh pengadilan,
atas permohonan yang berkepentingan atau atas permintaan kejaksaan yang mewakili kepentingan umum. Dalam hal Pengurus selama
menjalankan tugas melakukan tindakan yang oleh pembina dinilai merugikan Yayasan, maka berdasarkan keputusan rapat pembina,
Pengurus tersebut dapat diberhentikan sebelum masa kepengurusannya berakhir. Ketentuan mengenai tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan
penggantian Pengurus diatur dalam anggaran dasar susunan Pengurus sekurang kurangnya terdiri dari atas seorang ketua, seorang sekretaris dan
seorang bendahara.
74
Dalam praktek, seorang ketua Pengurus Yayasan harus dapat menjadi penggerak Yayasan yang mendorong Yayasan untuk bergerak mencapai
maksud dan tujuannya. Oleh karenanya sebelum berlakunya Undang –
Undang Yayasan, biasanya yang diangkat menjadi ketua Yayasan adalah para pencetus tujuan Yayasan dan para pendiri Yayasan dengan masa
jabatan yang tidak dibatasi. Namun dengan berlakunya Undang –Undang
Yayasan, hal itu tidak dimungkinkan lagi oleh karena Undang – Undang
Yayasan telah secara tegas mengatur pembatasan masa jabatan dan
73
Pasal 32 dan 33 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004
74
Barohima Anwar, Kedudukan Yayasan di Indonesia: Eksistensi, Tujuan, dan Tanggung jawab Yayasan, Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 2010, hal 57
Universitas Sumatera Utara
43 mekanisme pemberhentian dan penggantian Pengurus Yayasan termasuk
didalamnya adalah ketua Pengurus Yayasan.
75
Pengurus Yayasan mewakili Yayasan didalam dan di luar pengadilan.
Pengurus Yayasan menerima pengangkatan berdasarkan kepercayaan atau berdasarkan fiduciary duty. Hal ini terlihat dalam Pasal 35 ayat 2 Undang
– Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Undang
– Undang ini pun membedakan antara Pengurus dan Pelaksana Kegiatan Yayasan. Jika Pengurus
tidak menerima gaji, upah, atau honorarium, maka terbuka kemungkinan pembayaran kontraprestasi bagi pelaksana kegiatan Yayasan.
Anggota Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan jika terjadi perkara didepan pengadilan antara Yayasan dan anggota Pengurus yang bersangkutan.
Juga dalam hal terdapat kepentingan yang berbeda antara anggota Pengurus dan kepentingan Yayasan.
76
Kewenangan Pengurus juga dibatasi dalam hal – hal yang
mengikat Yayasan sebagai penjamin hutang, pengalihan kekayaan Yayasan, atau pembebanan atas kekayaan Yayasan untuk kepentingan pihak lain.
77
Jika Pengurus melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama Yayasan, anggaran dasar dapat membatasi kewenangan tersebut dengan menentukan bahwa
untuk perbuatan hukum tertentu diperlukan persetujuan terlebih dahulu dari Pembina dan atau Pengawas, misalnya untuk menjaminkan kekayaan Yayasan
guna membangun sekolah atau rumah sakit. Yayasan cakap melakukan perbuatan hukum sepanjang perbuatan hukum
itu tercakup dalam maksud dan tujuan Yayasan yang dituangkan dalam anggaran dasar Yayasan tersebut. Dalam hal Yayasan melakukan
75
Sunardiati Maria Kusumastuti Arie, Hukum Yayasan di Indonesia, PT Abadi. Jakarta. 2003, hal 15
76
Pasal 36 ayat 1 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
77
Pasal 37 ayat 1 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
Universitas Sumatera Utara
44 perbuatan hukum ultra vires, yang diluar batas kecakapannya, maka
perbuatan hukum tersebut batal demi hukum. Guna menghindari pembatalan tersebut, maka diperlukan penafsiran atau rumusan maksud
dan tujuan Yayasan, berpegang pada pengertian yang lazim menurut kebiasaan, dan memperhatikan sejauh mana perbuatan tersebut dapat
menunjang kegiatan Yayasan dalam rangka pencapaian maksud dan tujuan Yayasan.
78
Undang-Undang Yayasan juga membuka kemungkinan Pengurus bertanggung jawab tidak terbatas atas kerugian yang diderita oleh
Yayasan. Jika kepailitan terjadi karena kesalahan Pengurus, Pengurus dapat bertanggung jawab secara tanggung renteng, kecuali Pengurus yang
dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya, Pengurus yang dinyatakan bersalah oleh Pengadilan dalam
mengurus suatu Yayasan, selama 5 lima tahun sejak tanggal putusan memperoleh kekuatan hukum tetap, tidak dapat menjadi Pengurus
Yayasan manapun.
79
Pengurus dalam Yayasan yang akta pendiriannya belum disahkan menjadi badan hukum, apabila melakukan perbuatan hukum yang dilakukannya atas nama
Yayasan sebelum Yayasan memperoleh status badan hukum menjadi tanggung jawab Pengurus secara tanggung renteng, hal ini disebabkan kerena belum
disahkannya akata pendirian Yayasan, berarti ketentuan tentang tata cara pengangkatan Pengurus yang diatur didalam anggaran dasarnya belum sah.
Berlakunya Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan,
berarti telah terjadi reformasi terhadap Yayasan terutama yang berhubungan dengan anggaran dasar. Reformasi yang perlu dilakukan
mencakup aspek organ Yayasan Pembina, Pengurus dan Pengawas serta wewenang masing
– masing unsur organ Yayasan, pengelolaan kegiatan usaha Yayasan menjadi jelas sehingga tidak menjadi tempat
persembunyian harta oleh para pendirinya dan pengelolaan kegiatan usaha Yayasan haruslah dikelola secara profesional.
80
Mengenai pertanggungjawaban Pengurus terhadap kegiatan usaha Yayasan berkaitan erat dengan prinsip fiduciary relationship antara Yayasan dengan
Pengurus selaku organ Yayasan oleh karena adanya perbuatan ultra vires yang mengakibatkan kerugian bagi Yayasan atau pihak ketiga. Kesalahan
78
Barohima Anwar, Op.Cit, hal 59
79
Sunardiati Maria Kusumastuti Arie, Op.Cit, hal 18
80
YB, Sigit Hutomo, Op.Cit, 2002, hal 144
Universitas Sumatera Utara
45 Pengurus tersebut merupakan kesalahan langsung karena telah
menyebabkan kerugian maupun kesalahan karena ikut menyebabkan kerugian. Untuk itu maka tanggung jawab kegiatan usaha Yayasan sangat
penting dilakukan oleh setiap Pengurus berdasarkan prinsip kehati – hatian
dan tanggung jawab. Pengelolaan kegiatan usaha Yayasan berkaitan erat dengan pengelolaan harta kekayaan Yayasan, karena hasil kegiatan usaha
merupakan salah satu bentuk pendapatan yang menjadi harta kekayaan Yayasan.
81
Pengurus Yayasan bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan dan tujuan Yayasan.
82
Setiap Pengurus menjalankan tugas dengan itikad baik, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan
Yayasan.
83
Setiap Pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya tidak sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar, yang mengakibatkan kerugian Yayasan atau pihak ketiga.
84
Yayasan sangat bergantung pada organ Pengurus sebagai organ yang dipercayakan untuk melakukan kegiatan dan melaksanakan fungsinya.
Sehingga antara Yayasan dengan organ Pengurus terdapat fiduciary relationship yang melahirkan fiduciary duties. Pengurus hanya berhak dan
berwenang bertindak atas nama dan untuk kepentingan Yayasan serta dalam batas
– batas yang ditentukankan dalam Undang – Undang Yayasan dan anggaran dasar Yayasan. Setiap tindakan yang dilakukan Pengurus
diluar kewenangan yang diberikan tersebut tidak akan mengikat Yayasan. Hal ini berarti, Pengurus dalam melakukan tugasnya haruslah bertanggung
jawab mempergunakan wewenang yang dimilikinya berdasarkan anggaran dasar Yayasan, untuk tujuan yang patut yang sesuai dengan maksud dan
tujuan Yayasan yang tertuang dalam anggaran dasar Yayasan.
85
Pengurus tidak boleh memperoleh keuntungan untuk dirinya pribadi bila
keuntungan tersebut diperoleh karena kedudukannya sebagai Pengurus pada Yayasan itu.
81
Wijaya Gunawan, Yayasan di Indonesia Suatu Panduan Konprehensip, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2002, hal 44
82
Pasal 35 ayat 1 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
83
Pasal 35 ayat 2 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
84
Pasal 35 ayat 5 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
85
Wahyono,L, Boedi, Hukum Yayasan Antara Fungsi Kariatif Atau Komersial, Novindo Pustaka Mandiri,Jakarta : 2001, hal 38
Universitas Sumatera Utara
46 Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang
– Undang Nomor 16 Tahun 2001 dengan tegas menyatakan bahwa Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas
kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Dari
ketentuan Pasal 1 angka 1, maka Pengurus mempunyai tanggung jawab agar dapat mengelola harta kekayaan yang dipisahkan tersebut untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan pada akta pendirian Yayasan. Dalam melakukan pengelolaan harta tersebut sepenuhnya diarahkan untuk dapat mencapai tujuan
pendirian Yayasan dengan melaksanakan pengelolaan kegiatan usaha Yayasan yang sebaik mungkin.
Pasal 5 ayat 1 Undang – Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004
mengatur tentang harta kekayaan baik berupa uang, barang maupun kekayaan lain yang diperoleh Yayasan berdasarkan Undang
– Undang ini, dilarang dialihkan untuk dibagikan secara langsung atau tidak langsung baik dalam bentuk gaji,
upah, maupun honorium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada Pembina, Pengurus dan Pengawas. Dengan adanya ketentuan ini maka dengan
sendirinya setiap Pengurus Yayasan tidak dibenarkan menerima pengalihan harta Yayasan dengan alasan apapun.
Ditinjau dari
aspek manajerial,
agar Yayasan
dapat tumbuh
berkesinambungan dalam mencapai maksud dan tujuan Yayasan, maka Yayasan kiranya perlu mempertimbangkan hal
– hal berikut : 1.
Pendiri dan Pengurus harus bersedia meninggalkan kepentingan pribadi secara sukarela menyumbangkan pikiran dan sumber daya lainnya bagi
pencapaian maksud dan tujuan Yayasan. 2.
Visi dan misi Yayasan harus dirumuskan dengan jelas dan tegas sebagai dasar untuk memberi arah dalam penyusunan rencana strategis
dalam pencapaian maksud dan tujuan Yayasan.
Universitas Sumatera Utara
47 3.
Pengelolaan Yayasan harus dijalankan secara transparan, karena pemodal, masyarakat, dan pemerintah menuntut adanya keterbukaan
dan akuntabilitas yang baik. 4.
Profesionalisme pengelolaan Yayasan akan menciptakan citra yang positif dimata pemodal, masyarakat dan pemerintah. Dengan citra yang
positif akan memudahkan Yayasan menggalang dukungan dan partisipasi berbagai pihak dalam menggali sumber perdanaan untuk
mencapai maksud dan tujuan Yayasan.
5. Pengelolaan Yayasan dilakukan secara efektif dan efisien sebagaimana
halnya suatu organisasi bisnis, namun dana yang dihasilkan diperuntukkan sepenuhnya untuk pencapaian maksud dan tujuan
Yayasan. Pengelolaan Yayasan dilakukan berdasarkan prinsip profesinalisme dan tidak cukup hanya dengan idealisme.
6. Manajer dan karyawan harus diberikan kompensasi yang layak kerena
mereka harus dituntut berprestasi sebagaimana layaknya maneger perusahaan biasa. Untuk menutupi pengeluaran yang tinggi Yayasan
harus menciptakan gagasan yang kreatif dan kegiatan yang menghasilkan nilai tambahan added value sehingga dengan mudah
mendapat dukungan dan simpati masyarakat serta tentunya akan dapat menghasilkan dana bagi Yayasan.
7. Yayasan harus menciptakan kegiatan dan program yang kreatif yang
berorientasi pasar. Program yang berorientasi pasar akan sangat disukai oleh konsumen sehingga memudahkan Yayasan menggali sumber
pendanaan untuk mendukung kegiatanya. Untuk itu sudah layaknya Yayasan mengimplementasikan strategi pemasaran dalam upaya
mengidentifikasi potensi pasar, menciptakan program yang dibutuhkan masyarakat dan melakukan promosi atas program
– program tersebut. Pemasaran bukan lagi dominasi dunia bisnis, tetapi sudah saatnya
dilakukan oleh Yayasan. Strategi pemasaran yang berhasil akan menciptakan kepuasan konsumen, meningkatkan partisipasi konsumen,
meningkatkan
dukungan publik,
dukungan pemodal
serta meningkatkan efisiensi.
8. Pengelolaan keuangan dilakukan secara profesional berlandaskan
prinsip transparansi, efisiensi dan akuntabilitas. Walaupun uang bukan segalanya, tetapi tanpa uang Yayasan tidak dapat menjalankan
kegiatannya. Oleh karena itu,pembukuan harus diselenggarakan dengan tertib dan informasi keuangan dihasilkan tepat waktu sehingga dapat
dimanfaatkan oleh Pengurus untuk tujuan evaluasi. Pengawasan dan perencanaan.
9. Pengurus harus meningkatkan pemahaman tentang Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan serta berbagai aspek hukum lainnya yang relavan untuk meyakinkan bahwa segala tindakan dan
keputusan Yayasan telah sesuai dengan ketentuan perUndang- Undangan yang berlaku.
86
86
HP.Pangabean, Op.cit, hal 157
Universitas Sumatera Utara
48 Apabila Yayasan memiliki kegiatan kegiatan usaha maka pendapatan dan
biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan usaha tersebut perlu dicatat secara terpisah. Bahkan Yayasan dapat membentuk badan usaha tersendiri
yang mengelola kegiatan bisnis dari Yayasan. Kegiatan usaha dari badan usaha yang dimiliki oleh Yayasan dapat mencakup antara lain, kesenian
dan budaya, olahraga, perlindungan konsumen, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan dan ilmu pengetahuan. Kegiatan usaha tersebut sebaiknya
diserahkan
kepada orang
yang memiliki
kompetensi dalam
pengelolaannya, sehingga tidak dianggap merugikan oleh pembina, Pengurus dan Pengawas Yayasan.
87
Keuntungan dari kegiatan komersial ini akan menjadi sumber penerimaan
kas bagi Yayasan dan keuntungan ini tidak boleh dibagikan kepada pembina, Pengurus dan Pengawas Yayasan. Hal ini bertentangan dengan kebiasaan
Pengurus Yayasan di masa lalu, seringkali hasil usaha Yayasan itu untuk pribadi, bahkan akta pendirian Yayasan seringkali dijadikan alasan untuk mengalihkan
harta kekayaan Yayasan kepada Pengurus dan anak keturunnya.
88
Dalam mengelola kegiatan usaha Yayasan Pengurus harus selalu mengedepankan pengelolaan berdasarkan prinsip keterbukaan dan
akuntabilitas yaitu ikhtisar laporan tahunan disampaikan Pengurus ke dalam rapat tahunan pembina dan apabila rapat tahunan pembina
menyetujui ikhtisar laporan tersebut, berarti memberikan perlunasan dan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada para anggota Pengurus
dan Pengawas atau pengurusan dan pengawasan yang telah dijalankan selama satu tahun buku.
89
Pertanggung jawaban dalam melaksanakan kegiatan usaha Yayasan harus dilakukan secara transparansi dan akuntabilitas kepada publik. Untuk
dapat menentukan siapa yang dapat bertanggung jawab terhadap kerugian pada penyelenggaraan usaha Yayasan, maka yang bertanggung jawab itu
siapa yang melakukan kesalahan, apabila Pengurus yang melakukan kesalahan atau kelalaian maka penguruslah yang melakukan pertanggung
jawaban, akan tetapi apabila kesalahan itu merupakan kesalahan penyelenggara usaha maka penyelenggaralah yang bertanggung jawab.
90
87
YB. Sigit Hutomo, Op.Cit, hal 80
88
Ibid, hal 131
89
Ibid, hal 132
90
Ibid , hal 133
Universitas Sumatera Utara
49 Akan tetapi bagi Pengurus yang dinyatakan bersalah dalam melakukan
pengurusan Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan, masyarakat atau negara berdasarkan putusan pengadilan, maka dalam
jangka waktu 5 lima tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut memperoleh kekuatan hukum yang tetap, tidak dapat diangkat menjadi
Pengurus Yayasan dimanapun. Namun tentang pertanggung jawaban Pengurus terhadap kerugian penyelenggaraan kegiatan Yayasan, Pengurus
dapat juga dipersalahkan. Hal ini berdasarkan Pasal 1367 Ayat 1 Kitab Undang
– Undang Hukum Perdata yang menyebutkan bahwa seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena
perbuatan orang – orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan
oleh barang – barang yang berada dibawah pengawasannya.
91
Setiap kerugian yang terjadi dalam penyelenggaraan kegiatan usaha
Yayasan harus dapat dipertanggung jawabkan Pengurus, terutama pertanggung jawaban ini akan disampaikan pada rapat Dewan Pembina setahun sekali. Apabila
pembina bermaksud untuk mendirikan suatu kegiatan usaha yang mempergunakan modal dari harta Yayasan, maka pembina harus mengusulkan hal ini kepada
Pengurus, pembina tidak dibenarkan menyelenggarakan kegiatan usaha Yayasan tanpa sepengatahuan Pengurus. Sebab dalam organ Yayasan, pembina hanya
berwenang untuk menetapkan kebijakan umum dan rancangan anggaran tahunan, hal ini dipertegas dalam Pasal 28 ayat 1 dan ayat 2 Undang
– Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang
– Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004 yang menyebutkan bahwa pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai
kewenangan yang tidak diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas oleh Undang – Undang dan kewenangan pembina meliputi :
1. Keputusan untuk melakukan perubahan Anggaran Dasar Yayasan. 2. Pengangkatan dan Pemberhentian anggota Pengurus dan anggota Pengawas
Yayasan.
91
Ibid , hal 134
Universitas Sumatera Utara
50 3. Penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan,
4. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan. Dari ketentuan tersebut terlihat bahwa Pembina hanya berwenang untuk
menetapkan kebijakan – kebijakan umum sesuai dengan Anggaran Dasar Yayasan
bukan mengurusi operasional penyelengaraan kegiatan Yayasan apalagi Pembina sampai merangkap jabatan sebagai penyelenggara kegiatan Yayasan, maka hal ini
sangat bertentangan dengan Undang – Undang Yayasan yang ada.
92
Dalam menjalankan tanggung jawab tugasnya seorang Pengurus harus berlandaskan pada prinsip :
1. Fiduciary duty adalah prinsip yang lahir karena tugas dan kedudukan yang
dipercaya oleh Yayasan kepada Pengurus. 2.
Duty of skill and care adalah prinsip yang menunjuk kepada kemampuan serta kehati
– hatian tindakan Pengurus. 3.
Statutory duty adalah prinsip yang berkaitan dengan kekuasaan dan wewenang serta tanggung jawab Pengurus Yayasan.
93
Ketiga prinsip ini menuntut Pengurus untuk bertindak secara hati – hati
dan disertai dengan iktikad baik semata – semata untuk kepentingan dan tujuan
Yayasan. Sebagai badan yang berbadan hukum artificial Person Yayasan tidak bertindak sendiri dalam menjalankan segala kegiatannya. Untuk itu diperlukan
orang – orang yang memiliki kehendak, yang akan menjalankan Yayasan tersebut,
sesuai dengan maksud dan tujuan pendirian Yayasan. Orang – orang yang akan
92
Nindyo Pramono, Reformasi Yayasan Perspektif Hukum dan Manajemen Kedudukan Hukum Yayasan di Indonesia, Penerbit Andi, Yogyakarta. 2002, hal 66
93
Tumbuan, Fred BG.Op.Cit, hal 36
Universitas Sumatera Utara
51 menjalankan, mengelola dan mengurus Yayasan dalam Undang
– Undang Yayasan pasal 2 disebut dengan istilah organ Yayasan.
94
Fiduciary fidusia dalam bahasa latin dikenal sebagai fiduciaries yang berarti kepercayaan. Kepercayaan yang dipegang seseorang untuk kepentingan
orang lain Fiduciary duty adalah tugas yang dijalankan oleh Pengurus dengan penuh
tanggung jawab untuk kepentingan benefit orang atau pihak lain Yayasan. Seseorang memiliki kepastian fiduciary duty jika bisnis yang
ditransaksikannya, harta benda atau kekayaan yang dikuasainya bukan untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi untuk kepentingan orang lain.
Orang yang memberikan kewenangan tersebut memiliki kepercayaan yang besar kepadanya. Sebagai pemegang amanah, wajib memiliki itikad baik
dalam menjalankan tugasnya.
95
Berdasarkan fiduciary duty, Pengurus dalam melakukan tugasnya haruslah
berdasarkan kepercayaan yang diberikan oleh pembinapendiri, jadi harus berbuat bonafide,
96
untuk kepentingan Yayasan secara keseluruhan dan bukanlah untuk kepentingan pribadi organ Yayasan, serta harus sesuai dengan tujuan dan maksud
Yayasan. Pengurus bertanggung jawab sepenuhnya atas kepengurusan Yayasan,
baik untuk kepentingan maupun tujuan Yayasan serta mewakili Yayasan, baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan azas persona standi in judicio.
Pengurus bertanggung jawab secara pribadi apabila yang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya tidak sesuai dengan anggaran dasar.
94
Pasal 2 Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 menyatakan bahwa Yayasan
mempunyai oragan yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan Pengawas.
95
Munir Fuady, Perseroan Terbatas-Paradikma Baru, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal 33
96
Bonafide berarti : in or with good faith, honestly,opernly, and sincerely, withaout deceit or fraud, etc. Black’s Law Dictionary
Universitas Sumatera Utara
52 Berdasarkan
kewenangan yang
ada, Pengurus
harus mampu
mengekspresikan dan menjalankan tugasnya dengan baik, agar Yayasan selalu berjalan pada jalur yang benar atau layak. Hal ini ditegaskan dalam Undang-
Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 Pasal 35 yaitu : 1.
Pengurus Yayasan bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan dan tujuan Yayasan serta berhak mewakili Yayasan, baik di
dalam maupun di luar pengadilan. 2.
Setiap Pengurus menjalankan tugas dengan iktikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan Yayasan.
3. Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, Pengurus
dapat mengangkat dan memberhentikan pelaksana kegiatan Yayasan, 4.
Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian pelaksana kegiatan Yayasan diatur dalam Anggaran Dasar Yayasan.
5. Setiap Pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang
bersangkutan dalam menjalankan tugasnya tidak sesuai dengan ketentuan anggaran dasar, yang mengakibatkan kerugian Yayasan atau pihak ketiga
Ketentuan dalam Pasal 35 ayat 1 artinya, kegiatan yang dilakukan dan keputusan yang diambil, harus dilakukan demi kepentingan dan tujuan Yayasan
dan Pengurus tidak boleh mengatasnamakan Yayasan untuk melakukan segala sesuatu di luar kepentingan dan tujuan Yayasan, kepentingan pribadi dan atau
orang lain.
97
Dengan demikian Pengurus harus mampu menghindarkan Yayasan dari tindakan
– tindakan ilegal, bertentangan dengan peraturan dan kepentingan
97
Wahyono Darmabrata,” Implomentasi Good Corporate Govermance Menyikapi Bentuk – Bentuk Penyimpangan Fiduciary Duty Direksi dan Komisaris Perseroan Terbatas”
Jurnal Hukum Bisnis, Vol 22. Nomor 6 Tahun 2003, hal 31
Universitas Sumatera Utara
53 umum serta bertentangan dengan kesepakatan yang dibuat dengan organ Yayasan
lain. Pada Pasal 35 ayat 2 menunjukan bahwa Pengurus dalam melakukan tugasnya berdasarkan fiduciary duty.
Bilamana Pengurus berbuat untuk keuntungan bagi diri mereka sendiri, atau pihak ketiga, atau merugikan Yayasan, perbuatan tersebut memperlihatkan
tidak adanya iktikad baik dari para Pengurus tersebut. Ada 2 dua prinsip standar yang harus dipenuhi oleh Pengurus dalam membuat keputusan. Pertama, ia harus
dilakukan dengan iktikad baik untuk kepentingan Yayasan, dan ke dua, harus dibuat untuk tujuan yang benar sesuai dengan tujuan Yayasan.
Pengurus juga berpedoman pada prinsip – prinsip dalam doktrin fiduciary
duty, yaitu:
98
1. Pengurus di dalam melakukan tugasnya tidak boleh melakukannya
untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan pihak ketiga, tanpa persetujuan dan atau sepengetahuan Yayasan the conflict rule
2. Pengurus tidak boleh memanfaatkan kedudukannya sebagai Pengurus
untuk memperoleh keuntungan, baik untuk dirinya sendiri maupun pihak ketiga, kecuali atas persetujuan Yayasan the profit rule
3. Pengurus tidak boleh mempergunakan atau menyalahgunakan milik
Yayasan untuk kepentingannya sendiri dan atau pihak ketiga the misappropriation rule.
Prinsip di atas konsepnya berbeda satu sama lain,tetapi sering kali diterapkan secara bersamaan dan berhimpitan. Dalam hubungan dengan Pengurus
tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi karena posisi yang dijabatnya. Maka dari itu, diantara tindakan Pengurus yang dapat merugikan Yayasan adalah
melakukan transaksi antara Yayasan dan dirinya sendiri ataupun mengambil
98
Chatamarrasjid Ais, Badan Hukum Yayasan Edisi Revisi, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal 108.
Universitas Sumatera Utara
54 kesempatan meperoleh keuntungan yang seharusnya untuk Yayasan, dilaksanakan
sendiri bagi kepentingan sendiri. Berdasarkan konsep tersebut, Pengurus harus menghindari konflik
kepentingan. Tidak seorang Pengurus pun boleh melibatkan diri dalam suatu kontrak, dimana ia memiliki kepentingan pribadi,yang dapat
menimbulkan kemungkinan terjadinya konflik kepentingan dengan kepentingan perusahaan yang harus dilindunginya. Kontrak yang
melibatkan konflik kepentingan seperti ini disebut dengan ”voidable”. Didalam fiduciary duty juga terdapat kewajiban bagi Pengurus untuk
melaporkan setiap keuntungan pribadi yang dimilikinya atau dimiliki keluarga., ketentuan ini dimaksud untuk mendeteksi kemungkinan adanya
self dealing yaitu mengetahui keuntungan yang dimiliki Pengurus atau keluarga karena posisi yang dijabatnya dengan melakukan transaksi antara
Yayasan ataupun mengambil kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya untuk Yayasan, dilaksanakan sendiri bagi kepentingan
sendiri.
99
Pengurus tidak hanya bertanggung jawab terhadap ketidak jujuran yang
disengaja dishonesty.Tetapi juga bertanggung jawab secara hukum terhadap tindakan kesalahan manajemen, kelalaian, kegagalan, atau tidak melakukan
sesuatu yang penting bagi Yayasanperseroan.
100
Dengan demikian, Pengurus bertanggung jawab penuh atas pengurusan Yayasan, artinya secara Fiduciary
harus melaksanakan standartd of care. Sepanjang Pengurus bertindak dengan itikad baik, dan tindakan tersebut
semata-mata untuk kepentingan Yayasan, tetapi ternyata Yayasan tetap menderita kerugian, maka Pengurus tidak serta merta bertanggung jawab secara pribadi atas
kerugian tersebut. Sehubungan dengan hal ini Pasal 39 ayat 2 Undang – Undang
Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 menyatakan bahwa Pengurus tidak dapat dipertanggung jawabkan atas kerugian tersebut, apabila dapat membuktikan :
99
Ibid, hal 109
100
Munir Fuady.Op.Cit. hal 82
Universitas Sumatera Utara
55 1.
Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya 2.
Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati – hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud Yayasan.
3. Tidak mempunyai benturan langsung maupun tidak langsung atas tindakan
pengurusan yang mengakibatkan kerugian. 4.
Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutan kerugian tersebut.
Ketentuan diatas memperlihatkan bahwa Pengurus tidak boleh menimbulkan kerugian bagi Yayasan, yang disebabkan ketidakcakapannya
ataupun kelalaiannya. Pengurus Yayasan dalam menjalankan tugasnya berdasarkan prisip fiduciary duties, harus melakukan pertimbangan sebagai
berikut.
101
1. Pengurus harus mempertanggungjawabkan keuntungan pribadi karena
jabatannya kepada Yayasan 2.
Menghindari terjadinya konflik kepentingan dengan tidak terlibat dalam sebuah kontrak dimana satu pihak yang terlibat dalam kontrak
tersebut adalah Yayasan 3.
Menghindari posisi yang memprioritaskan kepentingan pribadi atau pihak lain.
Jika Pengurus tidak melaksanakan ketiga prinsip tersebut dalam menjalankan tugasnya tentu Yayasan dapat mengalami kerugian yaitu
102
: a. Bertransaksi dengan Yayasan
b. Keuntungan Yayasan diambil untuk kepentingan pribadi c. Melibatkan diri dalam perjanjian yang menimbulkan benturan kepentingan
dengan Yayasan.
101
Rita M-L Law Firm, Op,Cit,hal 121
102
Ibid
Universitas Sumatera Utara
56 d. Melakukan hal yang dapat memperoleh kontra prestasi dengan Yayasan.
Untuk mengetahui apakah seseorang Pengurus telah melakukan tugasnya secara baik dengan mengunakan kemampuan dan kepeduliannya duties of
care and skill, maka standar yuridis yang umum adalah bahwa Pengurus harus menunjukan derejat kepeduliannya care dan kemampuan skill
seperti yang diharapkan secara reasonable dari orang yang memiliki pengetahuan knowledge dan pengalaman experience. Dengan demikian
fiduciary duty dapat dikatakan sebagai tugas yang diemban oleh Pengurus, dengan penuh tanggung jawab dalam kapasitas dan fungsinya, demi
kepentingan Yayasan. Pengurus berkewajiban untuk mengelola Yayasan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab, serta mengutamakan
kepentingan Yayasan diatas kepentingan pribadi, atau bahkan kepentingan organ Yayasan sekalipun.
103
Duty of skill and care ini dianut dalam Pasal 39 Undang – Undang
Yayasan Nomor 16 Tahun 2001. Tugas yang harus dilakukan dengan care and diligence timbul dari kepatutan atau kewajaran equity, sebagaimana tugas care
and diligence timbul dari hubungan trustee dengan beneficiary. Tugas – tugas
Pengurus tentu saja diatur menurut peraturan PerUndang – Undangan yang
berlaku serta anggaran dasar Yayasan yang berlaku sebagai Undang – Undang
bagi Yayasan tersebut. Kemampuan atau keahlian mengurus Yayasan merupakan persyaratan
yang harus dimiliki oleh Pengurus dan Pengawas. Sebagai puncak pimpinan, kualifikasi profesional ini menjadi persyaratan yang tidak dapat ditawar.
104
Pengurus harus mempunyai keahlian duty of skill dan pengetahuan knowlarge serta kehati
– hatian duty of care dengan derajat yang paling tinggi untuk mengelola suatu Yayasan. Oleh karena itu setelah diangkat, anggota Pengurus
sudah harus mampu mengelola Yayasan dengan sebaik – baiknya.
103
YB. Sigit Hutomo, Op.Cit, hal 79
104
Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas dalam Rangka Good Corporate Govermance, Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, Jakarta, 2002, hal 144.
Universitas Sumatera Utara
57 Tugas dan kewajiban Pengurus dalam hubungan dengan duty of skill and
care bersumber dari kontrak, keputusankewajaran, peraturan Undang –
Undang serta Anggaran Dasar. Tugas yang harus dilakukan tentu saja diatur menurut peraturan perUndang
– Undangan yang berlaku serta Anggaran Dasar Yayasan yang berlaku sebagai Undang
– Undang bagi Yayasan tersebut. Dengan adanya duty of cere, Pengurus diharuskan
untuk bertindak dengan kehati-hatian dalam membuat segala keputusan dan
kebijakan Yayasan.
Kebijakan yang
dibuat harus
tetap mempertimbangkan segala informasi-informasi yang ada secara patut dan
wajar.
105
Berdasarkan kewenangan yang ada, Pengurus harus selalu waspada dan
bertindak dengan perhitungan yang cermat. Dalam kebijakan yang dibuatnya dan mempertimbangkan keadaan, kondisi, dan biaya pengelolaan yang benar.
106
Apabila Pengurus mengetahui perbuatan yang akan dilakukannya bertentangan dengan hukum atau peraturan yang berlaku, maka Pengurus Yayasan
tersebut sudah seharusnya tidak melakukannya. Berdasarkan doktrin business judgement rule, Pengurus tidak bertanggung
jawab atas kerugian yang timbul dari suatu tindakan pengembilan keputusan, apabila tindakan tersebut didasarkan pada itikad baik dan
kehati – hatian serta jujur honestly. Jika Pengurus memiliki benturan
kepentingan dengan Yayasan ataupun melakukan perbuatan curang, bertindak dengan itikad buruk atau jika mereka membuat keputusan yang
ilegal. Pengurus akan diajukan kepengadilan. Business judgement rule memberikan perlindungan bagi Pengurus sepanjang Pengurus benar
– benar telah melaksanakan tugasnya dengan itikad baik dan semata
– mata untuk kepentingan Yayasan.
107
Standart of care merupakan suatu standar yang mewajibkan seseorang
dalam bertindak untuk memperhatikan segala resiko. Prinsip kehati – hatian dan
ketelitian harus diditerapkan, supaya dapat menghindari segala kemungkinan –
kemungkinan yang tidak diinginkan.
105
Budi Untung, Op.Cit, hal 68
106
Ibid, hal 140
107
Gunawan Widjaya, Op.Cit, hal 70
Universitas Sumatera Utara
58 Kelalaian atau kealpaan Pengurus dapat dihubungkan dengan Pasal 1366
KUHPerdata ”Setiap oraang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian
atau kurang kehati – hatian.
Undang –Undang menganggap perlu memberikan pembatasan bahkan
larangan bagi Pengurus Yayasan untuk melakukan tindakan pengurusan tertentu. Karena tindakan
– tindakan yang dilarang ditentukan secara tegas dalam Undang- Undang.
Ketentuan didalam Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001
yang mengatur tentang kekuasaan dan wewenang serta tanggung jawab Pengurus Yayasan ada pada Pasal 35 ayat 5 yang menyebutkan : setiap Pengurus
bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya tidak sesuai dengan ketentuan anggaran dasar, yang
mengakibatkan kerugian Yayasan atau pihak ketiga. Dari ketentuan Pasal 35 ayat 5 diatas bahwa kekuasaan dan wewenang Pengurus Yayasan didasarkan dan
dibatasi oleh anggaran dasar Yayasan yang bersangkutan. Kewenangan bertindak Pengurus Yayasan, seperti halnya kewenangan
bertindak Pengurus suatu badan hukum dirumuskan dalam anggaran dasarnya. Anggaran dasar merupakan hukum positif yang mengikat semua
organ Yayasan. Kekuatan mengikat anggaran dasar tidak dapat dikesampingkan. Dalam hal ingin melakukan hal
– hal yang bertentangan atau tidak sejalan dengan anggaran dasar sesuai dengan ketentuan dalam
Undang – Undang Yayasan dan Aggaran Dasar itu sendiri. Dengan
demikian, Pengurus Yayasan menjalankan apa yang dikenal sebagai perwakilan statuter yaitu perwakilan berdasarkan anggaran dasar.
108
108
Budi Untung, Op.Cit, hal 72
Universitas Sumatera Utara
59
E. Penataan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan
Lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tersebut, dipandang tergolong lama, jika hal itu diukur sejak Negara Indonesia telah merdeka.
Kelahirannya seolah-olah menunggu setelah adanya reformasi. Setelah itu juga dikarenakan kemungkinan persoalan Yayasan yang ada dipandang tidak begitu
merugikan masyarakat pada umumnya. Lambatnya membentuk Undang-Undang Yayasan ini, dapat berakibat
lambatnya masyarakat Indonesia untuk menyesuaikan diri terhadap Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tersebut terutama bagi Yayasan
yang telah berdiri sebelumnya, karena masyarakat Indonesia telah terbiasa mengelola Yayasan secara tradisional yang mana norma-normanya telah
mendarah daging internalized. Sedangkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 diUndangkan untuk melakukan perubahan dalam masyarakat
agent of change atas paradigma selama ini terhadap Yayasan. Dengan kata lain tujuan diUndangkannya Undang-Undang Yayasan tersebut
adalah untuk dapat mengelola Yayasan secara profesional dan mampu berperan maksimal dalam masyarakat Indonesia.
109
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan menyebutkan bahwa Undang-Undang Yayasan dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai Yayasan,
menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan fungsi Yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan dan kemanusiaan. Undang-Undang ini menegaskan bahwa Yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan yang bersifat
sosial, keagamaan dan kemanusiaan, didirikan dengan memperhatikan persyaratan formal yang ditentukan dalam Undang-Undang.
109
Chidir Ali, Op.Cit, hal 26
Universitas Sumatera Utara
60 Dipertegasnya kedudukan Yayasan sebagai badan hukum menurut penulis
merupakan langkah maju yang dilakukan pembentuk Undang-Undang Yayasan. Hal ini menjadi penting untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum agar
Yayasan dapat berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan dan akutanbilitas kepada masyarakat.
Dengan berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2001 tentang Yayasan, maka secara yuridis akan mempengaruhi eksistensi Yayasan ke dalam dan keluar. Ketentuan ini membawa konsekuensi yuridis
bahwa Yayasan yang selama masa waktu 3 tiga tahun setelah berlakunya Undang-Undang Yayasan belum atau tidak menyesuaikan dengan ketentuan
Undang-Undang Yayasan, maka status Yayasan tersebut bukan sebagai badan hukum.
110
Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Dasar dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud tidak dapat menggunakan kata “Yayasan“ di depan
namanya dan dapat dibubarkan berdasarkan Keputusan Pengadilan atas Permohonan Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan. Berlakunya Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan,
tidak diikuti dengan penyediaan sarana yaitu baik peraturan pemerintah maupun perangkat administrasi lainnya. Sehingga dalam prakteknya pengesahan serta
pendirian Yayasan sejak berlakunya Undang-Undang tersebut menemui banyak
110
Widjaya, Gunawan.Op.Cit, hal 54
Universitas Sumatera Utara
61 masalah dan tidak dapat dilaksanakan, sehingga penulis berpendapat praktek
pengesahan Yayasan berdasar Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2001 tentang Yayasan tidak efisien dan belum dapat dilaksanakan karena tidak adanya :
1. Peraturan Pemerintah tentang pelaksanaan Undang-Undang Yayasan;
2. Petunjuk Pelaksanaan tentang Pengesahan Yayasan ;
3. Fasilitas administrasi pada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak
Azasi Manusia; Mengamati hal tersebut kiranya pemerintah perlu segera menetapkan
Peraturan Pemerintah, Petunjuk Pelaksanaan, serta fasilitas administrasi untuk pengesahan pendirian Yayasan, sehingga masyarakat yang akan mendirikan atau
menyesuaikan dengan Undang-Undang Yayasan, segera mendapat kepastian hukum dan masalah pendirian Yayasan tidak terkatung-katung. Proses pengesahan
Yayasan sebagai badan hukum perlu diperjelas mekanismenya melalui suatu peraturan pelaksana tehnis yang dapat berupa peraturan pemerintah dan atau
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, agar visi dan misi Undang-Undang Yayasan dapat terwujud. Setelah disahkannya Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan,
maka keberadaan Yayasan sebagai badan hukum telah dipertegas. Untuk memperoleh status badan hukum Yayasan harus mendapatkan pengesahan
terlebih dahulu dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
62 Akan tetapi dengan tidak diikuti penyediaan sarana yaitu baik peraturan
pemerintah maupun perangkat administrasi lainnya, sehingga dalam prakteknya pengesahan serta pendirian Yayasan sejak berlakunya Undang-Undang tersebut
menemui banyak masalah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya proses pengesahan Yayasan yang
dikembalikan oleh Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia kepada Notaris selaku kuasa dari pendiri, karena: salah nama, kesamaan nama
dengan nama Yayasan yang lain. Sehingga hal ini mengakibatkan proses pengesahan Yayasan sangat lama, dan tidak efisien. Hal ini tidak
dipungkiri akan berakibat negatif bagi pihak-pihak yang berhubungan dengan pendirian Yayasan tersebut baik para pendirinya, Notaris juga
Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia itupun sendiri. Yayasan tersebut baik para pendirinya, Notaris juga Departemen Hukum dan Hak
Azasi Manusia itupun sendiri.
111
Setelah disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, memang telah memecahkan kebuntuan yang
selama ini menjadi pertanyaan mengenai status Badan Hukum Yayasan, akan tetapi dengan tidak diikuti penyediaan sarana, yaitu baik peraturan pemerintah
maupun perangkat administrasi lainnya, sehingga dalam prakteknya pengesahan serta pendirian Yayasan sejak berlakunya Undang-Undang tersebut menemui
banyak masalah. Keberadaan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 yang diubah dengan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan UU Yayasan, nampak adanya keinginan pemerintah untuk menampung kebutuhan akan pengaturan
masalah Yayasan ini. Prinsip yang ingin diwujudkan dalam ketentuan UU Yayasan adalah kemandirian Yayasan sebagai badan hukum, keterbukaan seluruh
111
Budi Untung, Op.Cit, hal 27
Universitas Sumatera Utara
63 kegiatan yang dilakukan Yayasan, dan akuntabilitas kepada masyarakat mengenai
apa yang telah dilakukan oleh Yayasan, serta prinsip nirlaba yang merupakan prinsip yang fundamental bagi suatu Yayasan.
Hal itu terlihat dari beberapa ketentuan dalam Undang-Undang tersebut. Misalnya dengan adanya kewajiban pada setiap pendiri Yayasan untuk
memintakan pengesahan badan hukum kepada Menteri Hukum dan HAM, dan seterusnya setiap ada perubahan mengenai nama dan kegiatan ikhtisar laporan
tahunan yang menyangkut keuangan dan kegiatan Yayasan dalam tahun yang lampau.
Keinginan pemerintah untuk mengatur dan mengendalikan pendirian dan pengoperasian Yayasan tentunya didasarkan kepada pengalaman di masa lampau,
tatkala banyak Yayasan yang menyalahgunakan segala kemudahan yang diberikan kepada Yayasan. Secara praktis, asumsi demikian memang perlu dibuktikan
dengan suatu penelitian khusus. Namun secara kualitatif dapat dirasakan dan juga disaksikan berbagai Yayasan yang disalahgunakan untuk kepentingan tertentu,
baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan golongan.
112
Menurut UU Yayasan, semua Yayasan yang telah berdiri dan didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia, atau didaftarkan di pengadilan negeri dan mempunyai izin melakukan kegiatan dari instansi terkait tetap diakui sebagai badan hukum, dengan ketentuan
dalam waktu paling lambat 5 lima tahun sejak dimulai berlakunya Undang- Undang tersebut wajib disesuaikan Anggaran Dasar.
112
Ahmad Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1998, hal. 491-492.
Universitas Sumatera Utara
64
F. Kedudukan hukum dalam mengelola kekayaan Yayasan di Indonesia