35 ataupun kepada pihak ketiga kecuali bila yang disebut terakhir ini
dilakukan dengan tujuan sosial.
59
Yayasan dapat melakukan berbagai kegiatan atau usaha. Lebih tegas
Yayasan dapat melakukan kegiatan yang memperoleh laba, tetapi mengejar laba bukanlah tujuannya. Kegiatan dengan tujuan mengejar laba harus tidak
diperbolehkan memilih bentuk badan hukum Yayasan, tetapi bentuk badan hukum lain yang tersedia untuk maksud mengejar laba seperti Perseroan Terbatas
umpamanya.
60
Yayasan boleh memperoleh laba dengan melakukan berbagai kegiatan usaha, sejauh laba yang diperoleh dipergunakan untuk tujuan idealistis, sosial dan
kemanusiaan. Usaha yang memperoleh laba ini diperlukan agar Yayasan tidak bergantung selamanya pada bantuan dan sumbangan.
61
Mengenai siapa pemilik Yayasan, diantara berbagai kemungkinan seperti pendiri, penerima sumbangan, dan masyarakat; maka secara filsafati
masyarakatlah yang paling mungkin merupakan pemilik dari Yayasan itu. Pendiri dan penerima sumbangan tidak mungkin merupakan pemilik
Yayasan. Pendiri atas kehendaknya sendiri telah memisahkan sebagian dari kekayaannya untuk Yayasan; sedangkan penerima sumbangan
terbatas atas apa yang diberikan oleh Yayasan, dan harus dipergunakan sesuai dengan tujuan Yayasan, dan harus dipergunakan sesuai dengan
tujuan Yayasan, sebagaimana ditetapkan oleh pendirianggaran dasar Yayasan. Dalam hal Yayasan bubar, maka sisa harta kekayaan Yayasan,
yaitu setelah dikurangi kewajiban-kewajibannya, hutang-hutang dan lain sebagainya, harus diberikan kepada Yayasan lain dengan tujuan yang sama
atau hampir sama, atau menjadi milik Negara.
62
B. Mengelola Kekayaan Yayasan Indonesia
Keberadaan Yayasan merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat yang menginginkan adanya wadah atau lembaga yang bersifat dan bertujuan sosial,
59
Ibid, hal. 221.
60
Ibid, hal. 221.
61
Ibid, hal. 222.
62
Ibid, hal. 222.
Universitas Sumatera Utara
36 keagamaan, dan kemanusiaan. Pertimbangan hakikinya adalah bahwa sifat dasar
manusia sebagai makhluk sosial yang mau tidak mau harus atau setidaknya mempunyai keinginan untuk memperhatikan nasib kehidupan sosial mereka, atau
dalam arti kata memberikan cinta kasih dan menambah arti dan kualitas hidup yang positif bagi sesamanya. Yayasan dipandang sebagai bentuk ideal
philantropic untuk mewujudkan keinginan manusia, dan karena itu keberadaannya dirasakan membawa manfaat positif dari sisi sosial kemanusiaan.
Mengapa demikian? Karena Yayasan tidak semata-mata mengutamakan profit atau mengejar mencari keuntungan danatau penghasilan sebesar-besarnya
sebagaimana layaknya badan usaha lainnya.
63
Yayasan sebagai badan hukum merupakan “artificial person” orang
ciptaan hukum yang hanya dapat melakukan perbuatan hukum dengan perantaraan manusia selaku wakilnya. Yayasan sangat tergantung pada wakil-
wakilnya dalam melakukan perbuatan hukum, karenanya agar Yayasan dapat dengan mudah melakukan perbuatan hukum tersebut Yayasan harus mempunyai
organ. Ketiadaan organ menyebabkan Yayasan tidak dapat berfungsi dan mencapai maksud dan tujuan pendiriannya. Dalam menjalankan kegiatan
usahanya Yayasan dibina, diurus, dan diawasi oleh organ Yayasan. Yang termasuk sebagai organ Yayasan adalah:
64
a. Pembina; b. Pengurus;
63
Chidir Ali, Op.Cit, hal 11
64
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Op.Cit, hal. 93.
Universitas Sumatera Utara
37 c. Pengawas.
Tugas dan tanggung jawab organ Yayasan bersumber pada:
65
i ketergantungan Yayasan kepada organ tersebut mengingat bahwa Yayasan tidak
dapat berfungsi tanpa organ, dan ii kenyataan bahwa organ adalah sebab bagi keberadaan
raison d’etre Yayasan, karena apabila tidak ada Yayasan, maka juga tidak akan ada organ.
Antara Yayasan
dengan masing-masing organ terdapat fiduciary relationship hubungan kepercayaan yang melahirkan fiduciary duties.
Adanya hubungan kepercayaan atau fiduciary relationship antara Yayasan dengan organnya berarti bahwa keberadaan organ adalah semata-mata demi
kepentingan dan tujuan Yayasan yang dipertegas dalam Pasal 3 ayat 2 Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No. 28 Tahun 2004
tentang Yayasan. Guna menjaga fiduciary relationship dan fiduciary duties antara Yayasan dengan organ Yayasan, maka Undang-Undang Yayasan juga
mengatur mengenai adanya larangan perangkapan jabatan dan larangan menerima gaji, upah, atau honor tetap, yang tidak lain gunanya menghindari
conflict of interest antara kepentingan Yayasan dengan kepentingan pribadi organ Yayasan.
66
Kekayaan Yayasan yang berasal dari kegiatan usaha maupun dari sumbangan pihak ketiga, merupakan milik Yayasan dan sesuai dengan Pasal 3 ayat 2 dan Pasal
5 ayat 1 tidak boleh dibagikan atau dialihkan kepada Pembina, Pengurus, maupun Pengawas Yayasan. Aturan main yang demikian, tujuannya untuk menghindari agar
sebuah Yayasan jangan sampai disalahgunakan untuk mencari dana atau keuntungan bagi para personel organ Yayasan. Juga untuk melindungi Yayasan, supaya Yayasan
tetap dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan. Cara yang demikian sebagai cara yang terbuka bahwa dalam mengelola kekayaan Yayasan tidak tergantung kepada
kemauan Pembina, Pengurus, atau pegawai Yayasan. Masing-masing organ Yayasan maupun pegawai Yayasan dapat mengontrol pengelolaan kekayaan Yayasan.
65
Ibid, hal 94
66
Bahari Adib, Prosedur Pendirian Yayasan, Pustaka Yustitia. Yogyakarta. 2010, hal 10
Universitas Sumatera Utara
38
Pada dasarnya Yayasan sebagai suatu badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan guna mencapai tujuan tertentu
di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Hal ini memberi makna bahwa kekayaan Yayasan terpisah dari
kekayaan pendiri ataupun kekayaan organ-organ terkait. Selain itu Yayasan merupakan subjek hukum entitas hukum mandiri yang tidak bergantung
pada keberadaan organ Yayasan, dalam pengertian bahwa organ Yayasan bukanlah pemilik Yayasan melainkan sebagai pengelola kelangsungan hidup
Yayasan, di mana organ Yayasan bertanggung jawab penuh terhadap pengelolaan kekayaan Yayasan untuk mencapai maksud dan tujuan
Yayasan.
67
Kecenderungan masyarakat untuk mendirikan Yayasan guna berlindung di balik status badan hukum Yayasan, yang tidak hanya bertujuan sosial,
keagamaan dan kemanusiaan, tetapi sering dijadikan sebagai suatu wadah untuk memperkaya diri pribadi dari organ-organ Yayasan itu sendiri, sering
menimbulkan beragam permasalahan terutama berkaitan dengan kegiatan Yayasan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan yang
tercantum dalam anggaran dasar Yayasan. Prinsip Yayasan pada masa itu jauh dari indikasi adanya penerapan transparansi, di mana hanya penyantun dan
organ Yayasan yang mengetahui jumlah kekayaan dan bentuk kegiatan usaha Yayasan yang sebenarnya. Ada anggapan bahwa
orang luar dalam hal ini masyarakat tidak berhak untuk mengetahui dan campur tangan dalam urusan
Yayasan.
68
C. Penyebab Penyimpangan Pengelolaan Yayasan