2.3.1 Faktor Personal
Tingkat rasa takut terhadap perawatan gigi pada anak dapat bervariasi pada hasil beberapa penelitian. Hal ini disebabkan karena perbedaan kriteria penilaian rasa
takut terhadap perawatan gigi, perbedaan ukuran sampel dan teknik seleksi sampel, dan perbedaan usia. Namun faktor yang paling utama yang dapat menjelaskan rasa
takut anak terhadap perawatan gigi adalah usia anak. Rasa takut terhadap perawatan gigi umumnya terjadi pada anak yang masih muda, hal ini berhubungan dengan
perkembangan psikologis anak dalam kemampuannya menghadapi perawatan gigi.
18
Anak memulai perawatan giginya pada saat usia sekolah yaitu pada usia 6-12 tahun. Pada usia sekolah merupakan periode perkembangan sosial anak, dimana anak
belajar dari lingkungan sosialnya dan belajar menerima kebutuhan di lingkungan sosialnya.
20
Pada usia ini keingintahuan anak sangat tinggi, seperti dalam perawatan gigi anak sangat ingin tahu tindakan yang akan diterimanya. Oleh karena itu
komunikasi yang baik diperlukan dalam menjelaskan prosedur perawatan yang akan dilakukan dan jangan membuat anak merasa tidaknyaman karena akan membuat anak
tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
21
Usia anak dapat membedakan tingkat rasa takut anak terhadap perawatan gigi, anak yang lebih muda memiliki rasa takut yang
tinggi terhadap perawatan gigi. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan psikologis,
sosial dan emosi anak.
22
Selanjutnya yang dapat menyebabkan rasa takut anak terhadap perawatan gigi adalah temperamen. Temperamen adalah kualitas emosi personal bawaan yang
cenderung stabil. Temperamen ini juga disebabkan pengaruh genetik. Kecenderungan temperamen ini adalah sifat malu, yang ditemukan pada 10 populasi anak. Anak
merasa tidak nyaman ketika bertemu dengan orang yang baru dikenalnya atau orang yang dirasakan asing baginya. Sifat temperamen ini akan menimbulkan emosi negatif
seperti menangis, takut, dan marah. Rasa takut dapat mempengaruhi tingkah laku anak terhadap perawatan gigi. Hal ini berhubungan dengan pengalaman yang tidak
menyenangkan yang diterima anak pada perawatan gigi sebelumnya. Pengalaman yang tidak menyenangkan pada perawatan gigi sebelumnya akan membuat anak
merasa takut untuk melakukan perawatan gigi pada kunjungan berikutnya.
19
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Faktor Eksternal